Akhirnya Ryan meminum Dalmore yang kuberikan padanya, dan aku meminum late yang Ryan beli. Ryan menerima dengan lapang dada aku menikmati latenya. Kami tidak berbicara selama beberapa menit, kami hening, kami hanya mendengarkan suara orang-orang yang berbicara di kantin saja, sedangkan kami hening. Tiba-tiba Cassidy datang dan duduk di sampingku.
"Cassidy, apa kau dari suatu tempat yang lain ?" tanyaku.
"Tidak, aku hanya selesai membeli satu kap late."
"Aku juga meminum satu kap late."
"Bukankah itu late Ryan ?"
"Ya memang, tetapi Ryan lebih suka Dalmore. Kau bisa lihat Ryan menenggaknya dengan cepat layaknya dia sedang meminum air mineral."
"Alkoholik." kata Cassidy.
"Waw, aku sangat menyukai Dalmore ini. Bila kurasa ini bukan Dalmore tahun sembilan belas sembilan dua." kata Ryan.
"Itu tahun sembilan dua bodoh!" kataku.
"Sepertinya aku terlalu banyak meminum Wiski." kata Ryan setelah itu dia menaruh botol Dalmorenya yang hampir kosong.
Ryan mengeluarkan sebuah pisau.
"Paradox pisau butterfly produksi cold steel ?" kataku.
"Tepat sekali." kata Ryan.
Cassidy mengambilnya.
"Jangan bermain dengan pisau itu, itu bahaya."
"Jangan meremehkanku, aku mempunyai dua puluh pisau butterfly di rumah." kata Cassidy.
"Aku mempunyai pisau butterfly kurang lebih lima puluh buah. Mereka kumasukkan dalam koper." kataku.
"Waw, rupanya kau blade addict(pecinta pisau atau pecandu senjata tajam) ya ?"
"Itu hobiku semenjak aku sekolah menengah pertama kelas dua."
"Cassidy apa kau tidak kembali ke atas ?" kataku.
"Benar, tim medisku sudah datang." lalu menaruh pisau milik Ryan di meja dalam keadaan tertutup.
"Kau membawa mainan yang tepat untuk di bawa bekerja Ryan." kataku sambil bersandar.
"Ya, sepertinya begitu."
Aku mengeluarkan benda yang sama tetapi berwarna hitam.
"Pisau seharga enam ratus tujuh puluh tiga Dollar ini, tidak mengingkari harga."
"Ya aku tahu itu. Aku tidak meragukan produk cold steel, kau sudah tahukan produk cold steel ?"
"Ya aku mengetahuinya. Bagi mereka yang lebih suka mengoleksi sepatu, mereka akan berkata, "untuk apa merogoh kocek dalam hanya untuk sebilah pisau,". Mereka hanya tidak mengerti apa yang akan di miliki."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cases Of Genocide
Mystery / ThrillerPembunuhan secara besar-besaran terjadi, korban tewas dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang tertinggal di lokasi pembunuhan maupun di tubuh korban. Detektif Ben Zeckliff, bersama teman-temannya mencoba menyelidiki siapa otak di balik s...