pukul 20.00 malam.
Anak dan istriku sudah terlelap. Sebenarnya aku juga lelah, tetapi aku mempunyai suatu kerjaan kecil yang sekiranya bisa kukerjakan di rumah. Aku mempunyai rahsaia tentang dua kasus yang sekarang sedang kuhadapi. Sebenarnya, di sekolah terlantar bukan ada dua puluh satu korban, sebenarnya ada dua puluh tiga. Namun Cassidy membawa mereka karena kondisi mereka sudah tidak memungkinkan untuk di lihat lagi. Di sekolah itu pula aku sudah melihat semua ruangan yang ada di sekolah itu. Ben datang ke sekolah itu dalam keadaan korban ada dua puluh satu, syukurnya dia datang belakangan, Cassidy mempunyai cukup waktu untuk membawa dua korban itu. Alhasil Ben hanya mengetahui bila hanya ada dua puluh satu korban. Selama ini Ben berceloteh ada dua puluh satu korban, aku dan Cassidy hanya diam saja. Sedangkan Ryan...... sebenarnya dia mengetahui rahasaia ini juga, tetapi dia mengetahuinya bahwa ada dua puluh dua korban.
Lalu di saat Ryan mendengar Ben berkata ada dua puluh satu korban, dia hanya diam saja, sepertinya Ryan menyadarinya bahwa ini adalah rasahasia. Bocah pintar, tidak sia-sia berada satu tim dengannya.
Di tempat terlantar yang baru saja kutemukan, sebenarnya aku sudah merekam tempat itu secara menyeluruh. Aku mengendarai drone dengan cepat, tetapi Ben tidak menyadarinya. Dan di saat kami turun ke lapangan, sebenarnya Ryan membawa sebuah kamera pocket, dia mengambil gambar yang ada di tempat itu. Cassidy juga dia menyimpan rahasia, sebenarnya di dekat tempat itu ada sebuah kamera cctv, dengan kualitas gambar yang bagus dan juga dapat melihat tempat itu dengan cukup bebas. Beberapa menit sebelum turun ke lapangan, Cassidy sudah meretasnya, dia menghubungkan cctv itu dengan komputer di kantor dan juga laptop yang di bawanya.
Di saat aku mengambil gambar kelas sekolah terlantar, memang benar aku menggunakan tiga efek, aku hanya menunjukan beberapa foto ke pada Ben, sebenarnya aku mempunyai lima puluh foto tentang kelas itu, termasuk korban yang tewas di tempat, aku juga mengambil gambar mereka. Di saat Ryan menemukan sebuah tongkat baseball, sebenarnya aku menemukan sebuah kukri lipat, di saat aku ingin mengambil itu, aku memberikan tongkat itu terlebih dahulu. Syukur sekali, kukri lipat itu bisa di gantungkan di celana panjangku, aku menaruhnya di belakangku. Tidak ada yang mengetahui ini.
Sebelum kami membicarakan untuk mencari petunjuk, aku sudah melakukan scan pada kukri lipat itu, sayangnya kukri itu karatan. Bila kukri itu di kaitkan dengan pembunuhan di sekolah terlantar itu, itu tidak ada hubungannya. Bila kurasa, mungkin sebenarnya ada darah kering pada kukri itu, namun tertutup oleh kukri itu. Bila kukri itu belum lama, pasti ada seseorang yang menggunakan cairan kimia sehingga besi itu karat, dan darah tertutup dengan sempurna. Apa ini ada kaitannya ?
Sebelum pembunuhan di kantor terjadi, aku pergi ke suatu tempat terlantar juga, di mana aku menemukan sebuah tas berisi sekumpulan pisau, yang terakhir ada sebuah pisau zombie hammer. Sebenarnya aku menemukan sebuah senjata rifle, namun sudah rusak, selain rusak secara teknis, senjata itu juga sudah hancur dan hampir tidak mungkin untuk di perbaiki. Di saat itu aku sendirian, dan di lantai paling atas aku melihat sesorang berjalan meninggalkan lokasiku dengan jaket berwanra cream, sebelum aku meninggalkan tempat itu aku sudah mendapatkan siapa identitas pria itu. Dia adalah Browny Alen. Dia bukanlah pelaku. Karena sebelum aku meninggalkan tempat itu, aku sempat mencari apa yang sekiranya dia tinggalkan di tempat itu, dan itu tidak ada. Lalu aku kembali ke tempatku bekerja.
Di saat pembunuhan di kantor terjadi, aku dan Ben masuk terlebih dahulu. Sebenarnya di kantor itu, bukan ada dau puluh satu korban, tetapi ada dua puluh empat korban. Sebelum kami semua naik ke lokasi, Cassidy bertanya ke pada polisi ada berapa jumlah korban dan polisi sudah membawa tiga korban. Cassidy memberitahuku itu, sedangkan Ryan dan Ben tidak tahu.
Di saat aku masuk bersama Ben, aku mengambil beberapa longsong peluru shotgun yang berjatuhan, lalu aku mengambilnya dan meperhatikan peluru beberapa lama. Tidak ada yang janggal terhadap peluru. Lalu aku menaruh kembali peluru itu. Di saat Ben melihat korban di daerahnya, aku sebenanrya membedah seluruh korban, mulai dari pembedahan kecil sampai pembedahan yang sedang, hasilnya aku tidak menemukan apapun. Aku hanya menemukan luka dalam pada organ korban, sepertinya korban memiliki penyakit dalam. Aku mendapatkan satu korban yang ada sesuatu di jantungnya, bila kulihat seperti serangan jantung, tetapi kurasa, di saat korban merasa terkena serangan jantung, lalu senjata shotgun di tembakkan, jadi korban dengan jelas tewas dengan cara tertembak.
Aku bangkit dari mejaku ke arah papan tulis yang ada di depanku. Di samping papan tulis ada sebuah sterofom yang cukup keras, aku menaruh peta di situ. lalu aku menusukan jarum menarik garis, siapa tahu aku bisa mendapatkan petunjuk. Aku juga menarik garis pada tempat terlantar yang baru saja kutemukan.
Tidak menghasilkan apapun.
Oh sial!, ini benar benar kasus yang sulit. Karena apa yang kulakukan di sini tidak membuahkan apapun. Aku harap kasus ini cepat selesai. Karena aku juga ingin menghabiskan banyak waktu dengan anak dan istriku. Bila dengan terjadinya pembunuhan secara terus menerus akan menyelesaikan kasus, aku akan berharap pembunuhan terus terjadi. Aku akan melayani kasus ini dengan senang hati walau sebenarnya aku tidak menjalani ini dnegan senang hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cases Of Genocide
Mystery / ThrillerPembunuhan secara besar-besaran terjadi, korban tewas dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang tertinggal di lokasi pembunuhan maupun di tubuh korban. Detektif Ben Zeckliff, bersama teman-temannya mencoba menyelidiki siapa otak di balik s...