Ron dan lainnya sedang berada di ruang kelas. Aku berada di dalam mobil. Ron sedang memoto setiap sudut ruang kelas dan tubuh korban.
Pertama Ron mengambil gambar dengan efek normal. Kedua dia menggunakan efek negatif. Dan terakhir menggunakan efek seperti thermal(alat untuk melihat dalam gelap, beda dengan night vision).
Aku kembali ke ruang kelas. Aku sudah siap untuk melanjuti kasus ini, tadi aku hanya sediki.t terkejut karena kasus ini.
"Ron apakah kau menemukan sesuatu ?" kataku sambil berjalan.
"Aku belum tahu. Aku baru selesai mengambil gambar dengan efek normal, negatif, dam thermal. Aku menggunakan dua efek itu karena siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu atau petunjuk." jawab Ron matanya tertuju ke hasil jepretan kameranya.
"Sudah kah kau melihat setiap sudut kelas dalam keadaan gelap ?"
Ron menoleh ke arahku.
"Siapa tahu dia meninggalkan pesan menggunakan tinta glow in the dark."
"Belum. Aku belum melakukannya."
"Minta para petugas lainnya untuk memasangkan kain hitam di jendela dan di pintu, untuk di pintu potongan kecil saja."
Ron meminta pada petugas lainnya untuk memasangkan kain hitam di ruang kelas. Pemasanngan kain memakan waktu sekitar delapan menit. Setelah selesai, hanya ada aku, Ron, Cassidy, dan Ryan. Kami semua ada di dalam ruangan kelas.
"Baiklah, mari kita lakukan ini. Aku sudah siap untuk memecahkan kasus ini walau akan memakan waktu seumur hidupku."
Aku mulai mencari petunjuk. Aku sudah siapkan senter. Ron memulai melihat salah satu meja yang di dekatnya. Di ruangan ini hanya ada empat orang.
Kelly melihat salah satu tangan korban yang terputus dari tangannya. Tangannya bersimbah darah. Kelly menyenter tangan itu. Tidak ada apa apa.
Ryan menggeser meja meja. Lalu menyorotnya dengan senter. Bila pelaku menggunakan spidol dengan tinta glow in the dark, tidak perlu di sorot lampu senter tinta sudah terlihat. Bila menggunakan lemon, harus di sorot lampu senter agar terlihat. Cassidy mencari Petunjuk di tubuh korban.
Aku menyorot lampu senter ke arah rantai yang menggantung. Aku menemukan sesuatu, seperti tinta glow in he dark. Ternyata......rantai itu memang berwarna lebih terang. Warna rantai adalah coklat karat. Bagian, itu memang lebih terang dari lainnya.
Ryan sudah menggeser semua meja yang ada. Lalu mulai menyorot dengan cahaya senter. Dia belum mendapatkan sesuatu. Yang di temukannya adalah....
"Aku mendapatkan sesuatu." kata Ryan. Itu semua menarik kami semua.
Ryan mengambil itu.
Sebuah tongkat baseball besi.
"Mungkin pelaku memecahkan kaca."
"Bila pelaku memecahkan kaca, di mana serpihan kaca ?, aku tidak menemukan apapun. Tidak ada satu bukti perusakan." kata Ron.
"Mungkin pelaku mengganti kacanya dengan yang baru."
"Butuh berapa lama untuk menganti kaca tersebut, sebelum itu, dia harus menunggu kaca datang, dan pemasangan kaca memakan waktu yang cukup lama." kataku.
"Benar juga."
"Ini benar benar pembunuhan yang rapih. Sangat rapih dalam aksi maupun rencana. Siapa dia ?, ini semua benar benar bersih." kataku.
"Mari kita lanjutkan menemukan petunjuk." kata Ryan. Setelah itu kami melanjuti mencari petunjuk.
Dua puluh menit kemudian.
Kami sudah selesai mencari petunjuk. Ruangan kelas sudah seperti biasa. Aku sudah meminta petugas lain untuk mengerok film yang terdapat pada kaca.
"Kita bisa mengetahui ini kaca lama atau baru bila kita bertanya kepada penjaga sekolah." kataku.
Penjaga sekolah sudah ada di ruangan kelas.
"Sebelumnya aku ingin mengetahui namamu pak. Siapa namamu ?" tanyaku. aku sudah menyalakan tipku.
"Browni."
"Baik, pak Browni, apa kaca di ruangan kelas ini baru atau sudah lama ?"
"Kaca di ruangan kelas ini baru. Sebentar....... kaca ini, kaca lama. Sebentar, kaca ini kaca lama. Maaf, aku lupa."
Aku hanya menatap pak Browni dengan lembut. Di dalam hati, harapanku hancur untuk mendapatkan informasi.
"Terima kasih atas infonya pak Browni."
Pak Browni mengangguk.
"Maaf sekali detektif." kata pak Browni dengan wajah meminta maaf.
"Tidak apa pak Browni".Setelah itu pak Browni meninggalkan kami.
"Aku baru saja kehilangan harapan. Ryan, pecahkan kaca, lalu kau dan Ron mencari toko kaca yang memproduksi kaca seperti ini. Jangan lupa untuk mengambil gambar dari sekolah ini. Casiddy, bawa semua mayat ke ruang otopsi. Aku akan di situ bersamamu."
Casiddy berjalan untuk memanggil teman temannya untuk membawa mayat ke ruang otopsi.
Ryan berjalan ke arah kaca. lalu memecahkan kaca dengan tongkat baseball. Kaca pecah, pecahan kaca jatuh ke luar. Ryan mengeluarkan tangan dan tongkat baseball lalu memecahkan kaca dari luar. Pecahan kaca jatuh ke dalam, ada pecahan yang cukup besar. Ryan mengambilnya. Setelah itu berjalan ke luar bersama Ron untuk mengambil gambar gedung sekolah.
Casiddy sudah membawa mayat ke mobil untuk di bawa ke ruang otopsi. Aku berjalan keluar dari ruang kelas. Mengendarai mobilku mengikuti mobil yang membawa para mayat.
Ron dan Ryan dalam perjalanan untuk ke toko kaca. Di sekitar sekolah itu ada toko kaca. Setiap toko kaca berjarak dua kilometer dari toko yang kau lewati.
Ron dan Ryan sudah sampai di toko kaca pertama. Mereka segera menemui pemilik dari toko kaca itu. Mereka melihat seorang pria duduk di meja dengan menulis sesuatu di buku.
"Permisi apa kau pemilik dari toko ini ?" tanya Ryan.
"Ya, aku pemilik toko kaca ini."
Ryan menunjukan lencananya.
"Apa kau menjual kaca seperti ini ?" sambil mengeluarkan pecahan kaca.
"Tidak. Aku tidak memproduksi kaca seperti ini. Memangnya ada apa ?"
"Telah terjadi pembunuhan genosida di sekolah ini." sambil menunjukan foto.
"Kami hanya ingin mengetahui saja. Kami sedang berurusan dengan pembunuh pandai. Terima kasih atas waktumu." lalu Ryan berjalan meninggalkan toko.
"Sama sama. Senang rasanya bisa membantu seorang FBI" kata pemilik toko di saat Ryan sudah berjalan jauh.
"Toko pertama nihil." kata Ryan di saat duduk di jok mobil.
"Mungkin di toko selanjutnya." kata Ron.
Toko kedua. Mereka melakukan hal yang sama. Di saat Ryan menanyakan apa mereka kaca yang di bawa, hasilnya..... nihil.
Toko ketiga dan seterusnya. Toko terakhir yang mereka temukan.
"Aku tidak memproduksi kaca seperti ini. Kacaku selalu megkilat, licin dan halus di tangan. Sedikit tebal juga. Untuk memecahkan kacaku, setidaknya harus ada dua orang yang memukul dengan tongkat baseball besi." kata pemilik.
"Terima kasih atas waktumu." kata Ron.
Mereka kembali ke mobil.
"Hasilnya nihil lagi dan lagi." kata Ryan sambil berjalan ke mobil.
"Setidaknya kita sudah berusaha." kata Ron sambil masuk ke dalam mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cases Of Genocide
Mystery / ThrillerPembunuhan secara besar-besaran terjadi, korban tewas dengan cara yang berbeda-beda. Tidak ada pesan yang tertinggal di lokasi pembunuhan maupun di tubuh korban. Detektif Ben Zeckliff, bersama teman-temannya mencoba menyelidiki siapa otak di balik s...