Cassidy Ling-Cow Manhattan and Ryan Brand

704 52 0
                                    

Akhirnya Ben keluar dari ruangan bersama Ron. Aku bisa melihat dari wajah Ben bahwa di dalam sangat kacau. Ben wajahnya datar, dan juga terlihat kesal, tetapi dia tidak bisa menutupinya.

"Ryan, bagaimana perasaanmu bisa memeluk wanita Asia ?"

Ron hanya tertawa.

"Kejadian ini membuatku gila, asal kalian tahu saja, ini tidak kalah rumit seperti di sekolah itu. Aku dan Ron sempat berbincang sebentar bagaimana pelaku bisa mendapatkan akses masuk ke dalam. Lupakan itu, sekarang kau harus masuk ke dalam Ryan, dan kau juga Cassidy."

Aku beranjak dari duduku. "Apa ini mbuatmu gila Ben ?" tanyaku."

"Pertanyaan yang sangat jenius. Jawabannya adalah, aku bisa mengalami gangguan jiwa karena ini."

Aku tertawa kecil. Lalu aku mengenakan masker untuk bersiap masuk ke dalam ruangan. Ryan mengambil masker di saku jas panjangku.

"Kalian terlihat sangat siap melihat apa yang ada di dalam." kata Ron.

Aku hanya tersenyum, Ron melihatnya dari mataku.

"Baiklah, semoga sukses." kata Ben, dan setelah itu aku dan Ryan masuk ke dalam ruangan.

"Apa kau sudah siap Cassidy ?" tanya Ryan sambil menutup pintu.

"Aku sudah siap Ryan, traumaku sekarang sudah tidak begitu parah lagi."

"Apa kau takut dengan darah sampai kau seperti itu ?"

"Tidak juga, aku hanya terkejut sekali saja. Itu mengapa aku menjadi seperti itu."

Ryan mengangguk.

"Ryan cek semua korban siapa tahu kau menemukan sesuatu, kau memiliki pisau bedah ?"

"Aku mempunyai pisau lipat yang tajam melebihi pisau bedah."

Aku hanya mengangguk. Aku berjalan ke korban yang ada di depanku. Aku berdiri di sisi kiri. Aku berjalan ke arah korban terdekat denganku.

Di depan korban ada senjata shotgun mossberg, kaliber 12 gauge, ledakan yang besar dan luka yang membuat seseorang meregang nyawa bila terkena olehnya. Kepalanya hancur delapan puluh lima persen. Cara pembunuhan yang cukup kejam, senjata dengan kaliber besar di taruh dalam jarak dekat. Manusia bersifat iblis.

Aku membuka baju korban, lalu aku membedah sedikit. Mungkin hanya melihat apakah ada luka sebelum ini, apa pelaku sudah melakukan kekerasan sebelum ini semua terjadi.

Sementara Ryan.

Ryan baru saja memulai untuk membedah, hanya ada satu korban wanita di sini, dan lainnya adalah pria.

Ryan menyayat leher korban dengan perlahan, karena, siapa tahu suatu pesan di sembunyikan di bawah kulit, seperti dalam film The Autopsy Of Jane Doe. Karena bahwasannya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.

Setelah melakukan sayatan yang membuka kulit, setelah itu Ryan melakukan penyatan untuk melihat isi kerongkongan. Ryan melakukannya dengan sangat hati-hati.

Isi kerongkongan korban kotor. "Orang ini pasti perokok, kerongkongannya kotor." keluh Ryan.

Ryan melihat rongga mulut korban, Ryan melihat gigi korban. Karena di saat Ben dan Ron melihat semua korban mereka psati tidak mengecek mereka semua dengan detail. Ryan menyorot gigi korban dengan senter, melihat gigi korban satu persatu, karena bisa saja pelaku menyembunyikan pesan di di gigi kroban, contohnya seperti film Saw seri ke tujuh.

Ryan tidak menemukan apapun di dalam rongga mulut dan gigi korban. Di kerongkongan pun tidak ada. "Aku ingin membedah perutnya, tetapi itu akan kulakukan nanti bila mayat ini sudah di bawa ke ruang otopsi." kata Ryan.

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang