Cassidy unexpose

383 27 0
                                    

Pukul 22.00 malam.

Aku berada di ruang kerjaku. Bagi para pekerja kantoran mereka masih ada di ruangan mereka, menghadapi pekerjaan yang masih menumpuk yang harus di selesaikan. Bertatap wajah dengan monitor yang juga merasa lelah, karena telah di gunakan selama satu hari penuh. Tetapi ini tidak untukku. Aku lelah, aku ingin isitrahat. Rega sudah terlelap satu jam lalu, di pelukkannya terdapat anak kami. Aku juga ingin berada di ranjang, istirahat dan juga memeluk anakku. Setidaknya anakku tidak kekurangan kasih sayang. Kasus ini memang sangat merepotkan.

Kejadian pertama tepatnya di sekolah terlantar itu, sebenarnya ada dua puluh tiga korban, tetapi di saat aku datang di tempat aku segera memanggil timku untuk membawa mereka ke ruang otopsi, karena mereka sudah tidak memungkinkan lagi untuk di lihat.  Setelah mereka melakukan otopsi kecil, mereka segera melakukan identifikasi. Syukur sekali di saat itu internet sedang sangat stabil dan cepat, korban teridentifikasi dalam hitungan jam. Mereka adalah Philip Carrigan, dan Carlos McDawn. Kedua korban mereka adalah pekerja kantoran. Mengapa pelaku membunuh korban ?, memang apa salah korban ?, aku tidak tahu menahu tentang masalah pribadi mereka.

Satu hari sebelum kejadian pembunuhan, aku sengaja melewati sekolah itu. Aku hanya ingin mengetahui sekolah itu. Aku sudah melihat seisi gedung sekolah itu, jadi aku hafal dengan baik sekolah itu. Di saat aku memasuki kelas yang akan di jadikan tempat pejagalan, isi kelas hanya perabotan untuk belajar, yang lainnya tidak jauh untuk metode pembelajaran. Aku juga sempat melihat isi kelas itu. Namun di saat itu tidak menemukan apapun, tidak ada juga orang yang mengintai. Karena aku sangat sensitif, aku bisa merasakan bila keberadaan orang lain bersamaku.

Aku terkejut di saat Ryan mendapatkan sebuah tongkat baseball besi. Aku juga merasa bingung dari mana datangnya tongkat itu, satu hari yang lalu sudah melihat ruangan itu dan aku tidak menemukan apapun. Bila kurasa tongkat itu di gunakan utnuk menyakiti korban sebelum di bunuh, tetapi anehnya aku tidak menemukan bekas luka dari senjata yang di gunakan. Apa pelaku menyakiti korban, lalu di bunuh, setelah itu pelaku membersihkan luka korban. Karena aku melihat suatu produk kosmetik di Instagram itu bisa menutupi apa yang ada di kulit, seperti tato, produk itu bisa menutupinya dengan sempurna seperti kulitmu sebelum bertato. Tetapi aku sudah membersihkan anggota tubuh korban. Tetapi tidak ada apa-apa. Menyebalkan.

Di saat aku berada di ruang otopsi sendirian, sebenarnya aku mendapatkan sesuatu yaitu bekas luka. Yaitu bekas luka gores pisau, itu ada di korban yang kelima kulihat. Ada di sepanjang bisep kirinya. Bila kulihat sepertinya korban sedikit brandal, walau dia adalah sebenarnya adalah seorang pekerja kantoran. Tetapi aku tidak begitu yakin bahwa luka di bisep itu adalah luka dari pelaku. Karena luka goresan pisau itu speerti luka yang hampir menghilang. Bila kurasa itu luka yang sudah cukup lama, bila hampir menghilang, berarti korban tangannya di jahit. Bila tidak, akan meniggalkan luka berbentuk keloid.

Di saat Ben datang keruang otopsi bersama Ron, aku mendengar apa yang mereka bicarakan. Mereka menemukan sebuah plastik wrap di usus korban, sebenarnya aku juga sempat membedah usus beberapa korban, termasuk usus korban yang Ben lihat. Tetapi aku tidak menemukan plastik wrap di usus korban, mengapa mereka bisa menemukan itu sedangkan aku tidak menemukan. Mungkin aku kurang jeli dalam melihat.

Di saat kejadian kedua, tepatnya di kantor itu, ada dua puluh empat korban. Polisi sudah membawa tiga dari mereka, karena mereka sudah sulit untuk di kenali. Di saat aku melihat mereka memang sudah sulit untuk di kenali. Karena dari efek senjata shotgun yang luar biasa, sehingga menghancurkan wajah dan juga kepala korban. Akhirnya aku membiarkan polisi membawa itu dan membiarkan pihak yang lain melakukan identifikasi terhdap korban.

Di saat aku pertama kali melihat ruang jagal itu aku memang sangat terkejut sehingga membuat traumaku kambuh, dulu sebelum aku mengenal Ben, aku dulu adalah seorang bawahan detektif, dulu aku pernah pergi ke suatu tempat di mana ada sebuah pembunuhan besar. Benar saja, di tempat itu benar-benar seperti pejagalan manusia. Di saat pertama kali aku melihat itu aku shock, untuk kedua dan ketiga kalinya aku tidak begitu shock lagi, dan seterusnya aku sudah biasa dengan melihat itu. Tetapi di saat itu entah mengapa traumaku kambuh.

Kurasa traumaku bisa kambuh karena aku sudah tidak begitu sering melihat hal yang sama. Di saat aku mengenal Ben, aku bekerja bersamanya. Sebelum Ben menjadi detektif senior, aku bekerja bersamanya hanya melihat pembunuhan, yang paling sadis adalah mutilasi. Setelah itu tidak lagi. Kurasa itu mengapa traumaku kambuh. Di saat itu aku sangat terkejut sekali sehingga aku memeluk Ryan sampai aku sedikit menangis. Tetapi setelah itu aku baik baik saja.

Setelah Ben dan Ron masuk, aku dan Ron masuk ke dalam. Di saat Ryan fokus dengan korban yang dia amati, aku mencetak sidik jari setiap korban dengan plastisin yang kubawa. Mereka bertiga tidak mengetahui itu. Korban juga semuanya sudah teridentifikasi, semenjak satu hari lalu. Karena kemarin aku memerintahkan timku untuk melakukan identifikasi terhadap para korban, dan semua korban teridentifikasi dalam hitungan lima jam.

Timku juga sudah mendapatkan dokumen tentang para korban. Sekarang dokumen mereka sudah berada di tanganku. baiklah kurasa tugasku malam ini aku mencari dokumen para korban, lalu aku memberitahu kepada mereka bila aku sudah mempunyai dokumen para korban.

Setelah aku mencetak sidik jari dari para korban, aku melihat korban lainnya sama dengan Ryan. Tetapi di salah satu shotgun, rasanya aku menemukan sidik jari. Di saat itu aku sempat merasa senang, namun, itu hanyalah sidik jari buatan, aku yakin ketika di scan itu tidak menunjukan identitas siapapun. Lalu begitu tahu itu, aku meninggalkan shotgun itu dan melihat seisi ruangan.

Cases Of GenocideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang