29

138 15 0
                                    














Cklek

"Non sarapan nya di makan dulu non, mumpung nyonya udah berangkat ke kantor terus habis itu non Adel jangan sekolah dulu tuh luka luka nya masih memar kek gitu" tutur Bi Ana.

Ya memang benar sedari tadi malam Adel benar benar tidak keluar kamar dan lebih parah nya lagi dirinya tidak di beri makan sama sekali namun sebenarnya Bi Ana ingin mengantarkan makanan ke Adel tapi karena takut ketahuan Silla jadi dengan berat hati Bi Ana membiarkan anak majikan nya itu kelaparan.

"Adel mau sekolah aja bi nanti ketinggalan pelajaran dan pasti mama juga bakalan marah sama Adel kalau tau Adel bolos" lirih nya.

"Tapi non Adel kan masih lemes kayak gitu, ditambah lagi tadi malam nggak makan apa apa dan bibi mau minta maaf sama non Adel karna nggak bisa nganterin makanan tadi malam"

Bi Ana merasa kasian melihat kondisi anak majikan nya seperti itu padahal jelas jelas Adel adalah gadis yang baik, pintar, dia juga tidak manja seperti kebanyakan gadis di luar sana namun kenapa nasib nya seperti ini penuh dengan tangisan setiap hari.

"Bibi nggak usah minta maaf kayak gitu, lagian tadi malam juga pas mama bawa Adel ke cafe Adel udah makan kok jadi nggak kelaparan tadi malam"

Bohong jika Adel tidak kelaparan karna fakta nya tadi malam sehabis menangis perut nya terasa sakit dan berbunyi terus dan untung nya di kamar nya sudah di sediakan air minum oleh Bi Ana jadi Adel hanya meminum segelas air putih itu untuk mengganjal perut nya yang kosong.

"Yaudah sekarang non Adel sarapan ya habis itu istirahat lagi jangan sekolah dulu pokoknya nanti biar Bi Ana telfon temen non Adel buat izinin non Adel ke wali kelas"

"Makasih ya bi" Adel langsung memeluk tubuh Bi Ana itu dengan erat  sebisa mungkin dia tidak menangis karna dia memang tidak ingin kelihatan rapuh di depan orang lain.

"Kalau gitu bibi keluar dulu ya mau beres beres rumah"

"Iya bi"

Setelah selesai menghabiskan sarapan yang di antarkan bi Ana meskipun dengan pelan pelan karena bagian sudut bibir nya masih terasa sakit dan kini dia sudah selesai mandi karena jujur saja dirinya merasa sangat capek, capek hati dan juga capek dengan kehidupan nya yang terus menerus seperti ini tidak ada kebahagiaan yang menghampiri nya hanya tangisan dan kesedihan lah yang terus menerus berada di sisi nya dan juga hanya satu orang yaitu Satya yang bisa mengerti dirinya namun sekarang cowok itu sama sekali belum memberi kabar mungkin cowok itu sangat sibuk sehingga tidak bisa memegang HP pikir Adel.

Dirinya berjalan ke meja belajar lalu membuka buku diary nya yang berwarna hitam dengan gambar angsa di bagian depan, buku itu pemberian dari nenek nya ketika dirinya ulang tahun ke-15 tahun. Jari lentik nya mulai menulis di buku diary nya itu hingga tak terasa lagi lagi air mata nya ikut terjatuh di sela sela menulis nya.

Dear Diary

Untuk diri ku sendiri yang
sering menangis.

Mata.. Berhentilah menangis. Hati.. Berhentilah untuk egois. Tangan.. Berhentilah menutup isak tangismu. Kau adalah pribadi yang kuat kau harus
Menjadi gadis yang tidak tahan
Dengan semua ini.

Kau lupa caranya menceritakan, sehingga tak ada yang tahu kau memendam sesuatu. Karena hati tau, bahwa siapa pun tak ada yang peduli soal rasa sakit ini.

Jika diam itu adalah lebih baik lalu sudah berapa kali hati ini diam untuk teriak?

Kau tahu, menghibur diri sendiri adalah tindakan yang paling susah.
Satu hal yang ingin ku pertanyakan dalam
diri ini apakah aku memang tidak di
takdirkan untuk bahagia??
Apa aku kan seperti ini selamanya??

[ADELIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang