42

302 21 6
                                    










Satya duduk termenung di dalam kamar nya, cowok itu jatuh kedalam perasaan nya sendiri kedua mata yang setiap menatap sebuah bingkai foto yang berada di tangan nya sesekali senyum indah terukir di wajah nya namun beberapa detik kemudian ponselnya berdering dan tertera sebuah nama disana.

Adhichandra Home

Dia mengarahkan tangan nya menyentuh dada nya, Satya merasakn jantungnya berdetak kencang berbeda dari sebelumnya selalu nya tidak seperti ini.

" Halo!"

",,,,, "

Telfon itu membuat empunya bergegas mengambil jaket lalu turun dari kamar nya bersamaan dengan itu Satya mematikan telfon dan berlari keluar rumah.

Satya mendorong gerbang dengan sekali dorongan wajah cemas terlihat sangat jelas, kaki jenjang nya berjalan masuk kedalam mansion besar dan langsung menuju pada tujuan nya yaitu Kamar.

Brakk!

Brakk!

Brakk!

"Chan?? Kamu di dalam?" Tanya nya dengan berteriak, tak henti henti nya Satya mendobrak pintu yang terkunci itu hingga pintu tadi terbuka, mata nya mengedar namun tidak menemukan siapa siapa melainkan barang barang yang sudah berserakan.

"Chan?? Chan??" Panggilan itu terus terdengar hingga telinga nya mendengar suara gemericik air dari kamar mandi.

"Chan! Chan! Kamu di dalam? Kamu mandi? Chan! Chan?? Jawab aku! Chan?" Satya mulai geram tidak ada jawaban khawatir semakin menyelimuti diri nya dikala yang menjadi tujuan utama nya datang itu tak kunjung terlihat oleh mata nya.

"Den Satya! Tolong den cepat buka kamar mandi nya" pinta Bi ana dengan memohon wanita paruh baya itu seakan sudah tidak memilki harapan untuk meminta bantuan hingga akhirnya Bi Ana memberanikan diri untuk menghubungi Satya.

"Apa yang terjadi Bi??"

"Buka dulu pintu kamar mandi nya den!"

Satya semakin takut akan terjadi sesuatu pada Adel, dalam sekali dobrakan pintu kamar mandi terbuka mata Satya menajam menatap kearah bathub sedetik kemudian Satya terperanjat ketika melihat jepit rambut yang pernah di berikan pada Adel tergeletak di lantai.

Kekhawatiran Satya benar cowok itu langsung mengangkat tubuh Adel yang sudah tidak sadarkan diri bahkan bibir nya sudah berubah menjadi biru.

"Ya Tuhan non Adel!!" Jerit Bi Ana.

Percaya lah Satya semakin panik melihat keadaan Adel yang sudah tidak sadarkan diri dengan tangan dan kaki yang terikat ditambah lagi tubuh yang basah, Satya meminta Bi ana untuk mengambil handuk dan dia mulai mengering kan tubuh Adel.

"Bi baju Adel harus di ganti jika tidak dia bisa demam" kata Satya.

20 menit kemudian...

Satya duduk di tepi tempat tidur dengan terus menggosok tangan Adel yang dingin begitu juga dengan Bi Ana yang berusaha mengompres air hangat agar suhu tubuh Adel lebih hangat.

"Ini sudah keterlaluan Bi! Tidak seharusnya Mama Silla seperti ini, ini sama saja dengan membunuh darah daging nya sendiri secara pelan pelan,, tidak adakah rasa ke ibuan nya yang timbul di benak nya hingga melakukan semua ini pada putri tunggal nya" jelas Satya.

"Saya sudah mencoba untuk menjelaskan nya Den, tapi nyonya besar tidak mendengarkan saya bahkan nyonya besar mengancam jika saya ikut campur nyonya tidak akan pernah berhenti menyiksa Non Adel" jawab Bi Ana.

"Ini sulit untuk dimaafkan apalagi ini taruhan nya nyawa bi nyawa! Bagaimana bisa ada seorang ibu yang tega mengikat kedua tangan dan kaki anak nya lalu dia menggelamkan putri nya dalam bathub yang berisi air"

Sudah hampir satu jam Satya setia duduk di samping Adel, tangan nya yang tk berhenti mengelus surai hitam pekat itu dengan sayang sesekali mata nya melihat kearah jam dinding yang berbentuk kelinci yang tidak jauh dari pandangan nya.

"Del?? Adel?? Buka mata mu,, jangan tidur,,, Adel "

Suara lembut itu terdengar di telinga Adel, mata nya bergerak dan pelan pelan terbuka dia masih berada dalam alam bawah sadar nya dia terus menerjapkan mata nya sampai Satya menyadari nya.

"Hei kamu bangu--"

Dalam satu tarikkan Adel mendekap tubuh Satya hingga membuat empunya itu terkejut, Satya bingung dengan apa yang harus dia lakukan Adel nampak sedang tertekan dengan apa yang terjadi akhirnya Satya membiar kan Adel memeluk nya walaupun Satya harus menjadikan kedua tangan nya sebagai tumpuan agar tubuh nya tidak benar benar menindih Adel.

"Kenapa hmm?"

Adel terdiam dan mengingat ingat suara yang dia dengar tadi bukan lah milik Satya mata nya juga sempat mengedar namun tidak ada siapapun selain Satya lalu dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang milik Satya dengan harapan ingatan yang menghantui nya itu akan hilang.

"Mama,,, " lirih nya pelan.

"Jangan diingat ingat lupakan saja " ujar Satya.

",,,Takut,,,"

"Tidak ada yang perlu kamu takuti kan ada aku, hmm"

Adel kembali terdiam dan menganggukkan kepalanya disaat Satya ingin melepaskan diri dari pelukan Adel dia merasa jika gadis itu menggelengkan kepalanya dengan pelan hingga akhirnya dia memutuskan untuk tidur di samping Adel dengan posisi menyamping dengan tangan kiri nya yang dijadikan bantal oleh Adel sedangkan gadis itu jangan di tanya lagi dia kembali memejamkan mata nya dan tangan yang tak lepas dari tubuh Satya.

",,, Ku rasa semua ini tidak benar! Rasa ini berubah Del,,, meskipun aku berusaha keras untuk menepisnya namun kenyataannya aku tidak bisa,,, semakin ku menahan diri semakin dalam juga rasa ini tumbuh,,,entah bagaimana lagi cara ku untuk menghilangkan rasa ini,,, di saat aku hampir berhasil masalah selalu mendatangi mu dan aku tidak mungkin membiarkan mu sendiri,,," batin Satya.

",,, Jangan,,,, tidak,,, " gadis itu merancau dengan sigapnya Satya mendaratkan kecupan kecil di puncak kepala Adel.

"Syuttt,,, kembali lah tidur aku akan menjaga mu,," lanjut Satya dengan membuat tubuh itu semakin dekat pada nya bahkan dia bisa merasakan nafas dari Adel.

Cklekk...

Pintu terbuka seorang pria dengan setelan khas kantor berdiri disana siapa lagi jika bukan Teguh papa dari Adel, Bi Ana dan juga pak Arya pun terkejut dengan kedatangan Teguh yang dengan tiba tiba.

"Tuan besar,,,"

Satya mendengar lirihan dari Bi Ana dia pun juga ikut menolehkan kepalanya dan ternyata Teguh sudah mendekati mereka.

"Maaf Pa! Satya hany--"

"Entah bagaimana lagi papa harus berterima kasih kepada kamu Satya! Kamu selalu ada untuk Adel sedang kan papa? Papa selalu sibuk dengan pekerjaan di kantor" kata Teguh dengan memotong perkataan Satya.

"Adel adalah hidup Satya pa! Adel adalah segala nya untuk Satya! Papa tidak perlu berterima kasih,,, sebab Satya juga sudah berjanji akan menjaga dan bertanggung jawab untuk setiap masalah yang  terjadi pada nya dan tidak akan membiarkan gadis kecil ini tersakiti oleh siapapun, aku akan selalu ada untuk Adel,,, Satya akan selalu ada,,," jelas Satya yang sukses membuat Teguh, Bi Ana dan juga pak Arya meneteskan air mata.

"Setelah Adel lebih baik Satya harus pulang pa"

"Mengapa?? " Tanya Teguh.

"Mama menangis saat Satya pergi dengan tiba tiba seolah mama merasakan kecemasan yang Satya rasakan " jawab Satya.

"Itu lah yang dinamakan ikatan ibu dan anak yang sebenarnya" batin Teguh.
























TBC

[ADELIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang