33

177 17 4
                                    












Hari Senin

Keesokan harinya Adel berjalan menelusuri koridor tiap koridor sembari kedua tangan nya di masukkan ke dalam saku hoodie gambar beruang , dirinya akhir akhir ini sangat menyukai hoodie pemberian papa nya itu yang memang baru baru ini ia pakai karna jujur saja dia begitu merindukan papa nya yang masih berada di luar negri entah sampai kapan papa nya itu berada di sana mama nya pun juga masih di luar negri dan dirinya hanya tinggal berdua dengan Bi Ana di rumah bersyukur Adel masih mempunyai Bi Ana jika tidak mungkin dia akan sangat kesepian.

Kaki mungil nya berjalan menuju kelas namun saat di perjalan menuju kelas nya dirinya sedikit berjalan terburu buru karena mengingat hari ini hari senin pasti para murid sudah banyak yang berkumpul di lapangan untuk melaksanakan upacara bendera.

"Adel tumben lo kesiangan?" tanya Tara.

"Sorry gue lupa kalau sekarang hari senin"

"Its oke sekarang kita buruan ke lapangan aja takut di marahin guru ntar"

Adel mengangguk kan kepala nya lalu matanya menatap ke arah Iza tapi entah kenapa menurut Adel sejak Iza tidak masuk sekolah dia sangat terlihat berbeda ya memang sih dari dulu Iza adalah gadis yang jarang tersenyum namun sekarang gadis itu seperti terkesan dingin.

"Iza lo masuk juga akhirnya gue kangen sama lo" ujar Adel.

"Hmm,,sorry gue dua hari ada urusan penting mangkanya nggak masuk"

Setelah menjawab ucapan Adel Iza langsung berjalan keluar kelas meninggalkan kedua sahabat nya yang masih menatap nya.

"Iza kenapa Ra?"

"Dia dari tadi pagi diem mulu nggak tau gue" Tara menghendikkan kedua bahunya.

Lapangan (HIS)

"Buset wakil ketos tapi baju seragam nya nggak lengkap gitu, ini nih contoh nya yang tidak mencerminkan murid yang lain" ejek Elard.

"Dih gue juga sebenarnya ogah kali jadi Wakil ketos ini semua gara gara lo yang dulu dengan seenak jidat lo nulis nama gue di daftar pemilihan Ketua osis sama Wakil ketua osis"

"Gitu aja ngegas lo kayak ibu ibu" jawab Elard.

Elard sangat suka sekali jika membuat Mario emosi padahal jelas jelas seringkali Mario memukul atau kalau tidak menonjok Elard dengan keras namun cowok dengan rambut pirang itu tidak ada kapok kapok nya menjahili nya.

"Eh,,ehh lo lihat nggak tuh si gebetan nya Alaska ngapain wajah nya kayak orang panik gitu?" tanya Mario.

Sedangkan Alaska yang merasa namanya di ucapkan tapi dia tidak menggubris ucapan Mario malahan netra mata nya juga menatap ke arah dua gadi yang sedang berbicara namun salah satu gadis itu wajah nya seperti khawatir dan sedetik kemudian Alaska tau jika gadis yang sedang khawatir itu karena tidak membawa topi upacara padahal jelas jelas sebentar lagi upacara akan segera di mulai.

"Btw itu bukan gebetan nya Alaska tolol, masih incaran nya dia gimana sih lo" kata Elard.

"Elah sama aja goblok"

"Goblok kok bilang goblok" ujar Elard kembali.

Ditempat tak jauh dari sana Adel merasa sangat cemas lantaran dirinya benar benar lupa tidak membawa topi dan ini adalah pertama kali nya dia tidak membawa atribut lengkap sebenarnya dia berniat untuk meminjam kepada anak anak PMR namun keberuntungan tidak berpihak kepada nya karena seluruh anak PMR yang bertugas di lapangan upacara tidak ada yang membawa topi sama sekali.

"Adel lo kok bisa lupa sih"

"Sebenernya tuh tadi pas gue selesai pakai seragam terus gue mau naruh topi nya di tas gue tapi gue malah lupa dan sekarang topi nya masih ada di meja belajar gue" lirih Adel.

"Terus gimana lo pasti nanti bakalan kena hukuman"

"Kalau Adel nggak bawa ya dia harus dengan ikhlas untuk di hukum dong gitu aja kok susah" timpal Iza dengan kedua tangan nya ia lipatkan di depan dada.

"Kok lo gitu sih Za sama sahabat sendiri"

"Ya kan emang gitu terus harus gimana lagi?" ketus Iza.

"Udah jangan ribut gue nggak papa kok kalau di hu---"

"Nih pakai aja topi gue" potong seorang cowok yang tak lain dan tak bukan adalah Alaska.

Adel langsung tersentak kaget karena tiba tiba Alaska datang dan langsung memakai kan topi nya di kepala Adel dan bukan hanya dia sendiri yang kaget tapi kedua sahabat Alaska dan sahabat Adel pun juga tak kalah kaget, siapa sih yang tidak mengenal Alaska cowok dengan wajah datar, dingin, ketus, irit bicara, tidak suka dengan perempuan dan kini dia tiba tiba datang ke Adel dan langsung memakai kan topi milik nya ke kepala Adel.

"Terus lo nanti pakai apa?? Lo bisa di hukum kalau nggak makai topi"

"Mending gue di hukum dari pada ngelihat seorang cewek yang di hukum disuruh panas panas san di tengah lapangan" tutur Alaska.

Tak jauh dari tempat Adel sahabat Alaska melongo mendengar ucapan Alaska itu.
"Sumpah itu kayak nya bukan Alaska deh, jangan jangan di kemasukan setan pohon mangga lagi" ujar Mario dan Elard pun menyetujui nya.

"Tapi gue nggak enak sama lo" kata Adel lagi.

"Udah nggak papa, gue pergi dulu"

"Akhhhh,,,sumpah gue gak nyangka Alaska bisa se care gitu sama lo atau jangan jangan di suka lagi sama lo Del" tuding Tara dengan sedikit heboh.

"Ya nggak mungkin lah lo kalau ngomong suka ngadi ngadi deh"

"Gue nggak nyangka aja gitu loh"

"Gue sebenarnya juga bingung kenapa Alaska tiba tiba care gitu ke gue" batin Adel.

"Udah kan si Adel udah dapat topi nya jadi sekarang mending diem karna upacara nya udah di mulai" ketus Iza.

Istirahat

Saat ini Adel tengah duduk sendirian di taman belakang sekolah dirinya terlihat sangat tenang sembari mendengarkan lagu favorit nya lewat earphone, suasana taman belakang sekolah memang sangat terlihat damai, sejuk, tenang ditambah macam macam bunga yang bermekaran membuat Adel jika sedang merasa sedih atau bimbang pasti dia langsung kesini.

"Andaikan hidup gue tenang seperti pemandangan ini pasti gue bakalan sangat bahagia apalagi mama yang sayang sama gue tapi itu mungkin cuman halusinasi gue aja karna kenyataan nya sampai kapanpun mama akan nganggep gue anak pembawa sial dan nggak berguna"

"Gue harap kelak gue bakalan bisa bahagia meskipun itu hanya sesaat gue cuman ingin ngerasain gimana keharmonisan keluarga kecil" Lirih nya.

Drakk srakkk

"Adel gue cariin kemana mana ternyata lo ada disini"

Adel mendengar suara cempreng dari sahabat nya itu langsung buru buru menghapus cairan bening yang mengalir di pipi nya.

"Hehehe,,gue bosen di kelas jadi gue kesini aja deh habis ke toilet"

"Adel lo ngerasa nggak sih kalau Iza tuh beda banget ke kita masa dia cuek banget" adu Tara.

"Mungkin dia lagi adalah masalah yang benar benar nggak bisa dia ceritain" saut Adel.

Tara menghembuskan nafas nya dengan kasar. "Gue kenal Iza tuh udah dari kecil kita dari mulai TK sampai SMA selalu bareng bareng dan gue udah tau sifat nya kayak apa dia tuh bener bener tertutup banget nggak mau curhat kalau ada masalah"

"Udah nggak papa lagian ntar dia kalau mau curhat ke kita pasti bakalan datang sendiri kita harus bisa ngertiin dia"

"Iya lo emang sahabat yang baik Adel" jawab Tara sembari tersenyum manis.

Dibalik pembicaraan mereka berdua ada seseorang yang sedari tadi sejak kedatangan Tara sedang memperhatikan mereka berdua di balik pohon mangga dengan tatapan yang datar bahkan tanpa sadar tangan nya mengepal kuat.

"Meskipun kita dekat tapi sampai kapan pun kalian nggak bakalan bisa ngertiin gue"  batin orang itu lalu berlari pergi meninggalkan taman belakang sekolah.















TBC

[ADELIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang