16

246 25 0
                                    









1 Minggu kemudian

Tepat satu minggu kejadian dimana Adel yang benar benar tidak bisa mengontrol emosi nya kepada sang mama hingga membuat dia mendapatkan tamparan sebanyak tiga kali sampai sudut bibir nya mengeluarkan darah.

Satu minggu ini baik Sila maupun Adel tidak saling bertegur sapa lebih tepat nya Sila yang tidak mau mengajak Adel berbicara begitu juga dengan sebaliknya dan Teguh sama sekali tidak tahu perihal kejadian di minggu lalu karena pada saat itu Teguh masih di kantor dan pulang pulang sudah larut malam.

Adel yang melihat tingkah mama nya itu juga sedikit tidak terlalu dia pikirkan karena mama nya kali ini memang benar benar salah dan sampai sekarang sudut bibir Adel masih sedikit sakit.

Saat ini dikediaman Adhicandra tengah bersantai di ruang keluarga, Teguh dan Sila hari ini tidak pergi ke kantor karena hari ini tanggal merah oleh sebab itu jadinya Adel pun tidak sekolah.

"Tumben suasana nya suram banget?" tanya Teguh yang berniat memecahkan keheningan sedari tadi.

Sila mendongakkan kepala nya lalu matanya tak sengaja menatap Adel sontak membuat nya langsung membuang muka ke arah lain.

"Ini sebenarnya ada apa sih?? Kenapa pada diem semuanya?"

"Nggak ada papa kok pa, eumm,,,Adel mau ke taman belakang mau ngelihat kelinci kelinci Adel"

Gadis dengan baju kaos putih tak lupa celana di atas lutut itu lantas berlari kecil menuju ke arah taman belakang yang dimana terdapat dua kelinci berwarna putih yang sangat menggemaskan.

"Ihhh lucu banget sih" gemas nya kepada dua kelinci nya itu.

Setelah itu Adel pun berdiri dari jongkok nya dan langsung berjalan ke arah kursi yang sudah ada di taman belakang nya.

Memori memori dimana kejadian seminggu lalu membuat Adel kembali mengingat nya hingga tanpa sadar air matanya menetes namun buru buru dia segera menghapus nya.

Tiga tamparan sekaligus mendarat di pipi nya, bukan karena merasakan kesakitan di pipi nya namun Adel malah merasa sakit dibagian dada nya, dada nya sesak dia ingin sekali menangis namun dia menahan nya.

Adel menutup kedua matanya guna untuk mencoba menghilangkan memori memori itu namun disaat dia memejamkan matanya tiba tiba dia merasakan ada sesuatu yang dingin mendarat di pipi nya.

"Kak Sanju" satu kata yang di ucapkan Adel ketika membuka matanya.

"Tau aja kalau aku yang kesini" Jawab sang empunya.

"Tau lah, kak Sanju kan emang kebiasaan suka nongol sendiri"

"Udah udah, nih aku punya es krim strowberry buat kamu"

"Tumben?" tanya Adel.

Sedangkan yang di tanya langsung mengriytkan dahinya. "Tumben gimana??"

"Nggak jadi" jawab Adel.

Lalu Adel pun langsung menikmati es krim strowberry nya itu dengan pelan pelan sedangkan Satya dia menatap Adel dengan senyum karena akhirnya dia membuat Adel tidak melamun saja.

"Itu sudut bibir kamu udah sembuh?"

"Udah kok, kan aku kuat jadi cepet sembuh nya"

Ya, Satya tau tentang sudut bibir Adel yang terluka itu namun dia tidak tahu jika Adel terluka gara gara mama nya Adel sendiri, karna Adel hanya bilang jika dia tidak sengaja kebentur tembok kamar mandi ketika bangun tidur.
"Mulus banget bohong nya ayo jujur kenapa tu bibir? Masak iya jatuh dikamar mandi cuma bibir yang berdarah? " tanya nya tapi naas Adel tetap kekeuh pada pendiriannya dengan terus mengatakan bahwa dia jatuh dikamar mandi.

"Iya kamu terlalu kuat sampai sampai kesedihan kamu, kamu tutupi dengan senyum kamu Cha, tapi kali ini aku yakin bakal tau apa masalah kamu" batin Satya.

"Kak Sanju tumben nggak keluar sama temen nya padahal ini kan hari libur?"

"Aku lagi males keluar jadi aku main kerumah kamu aja terus aku juga inget kalau di kulkas aku ada es krim kesukaan kamu jadi aku bawa deh" jelas nya.

"Makasih kak Sanju"

"Del??" Panggilannya sontak membuat Adel membelalakkan matanya karena tidak biasa nya Satya memanggil namanya kecuali jika Satya benar benar ingin membicarakan hal yang penting.

Satya mengulurkan tangannya dan menggenggam lembut tangan Adel sedangkan empunya itu menghentikan aktivitas nya yang semula sibuk dengan es krim es krimnya kini berubah menjadi diam dengan kepala yang dia sandarkan di dada bidang milik Satya.
"Malam itu kamu kenapa hmm?" Tanya Satya dikala dia melihat kejadian dimana Adel benar benar tidak kuat dia mengangis dalam diam sembari menatap langit. "Kenapa? Ada masalah? Cerita lah Del! Kamu nggk berniat menutupi kebohongan kamu dengn kebohongan yang lain kan?"

"Aku nggak apa apa Satya"

"Kamu tau kan membohongi ku sama saja dengan tidak karena aku sudah tau semuanya, bibir itu dan air mata itu karena Mama? "

Deg....

"Dari mana dia tau,,," batin Adel.

"Kamu pasti bertanya tanya kan? Kenapa aku bisa tau? Waktu itu aku sengaja datang ke rumah mu karena ingin memberikan es krim dan juga kinderjoy yang kamu inginkan sebagai permintaan maaf karena telah membuat mu takut, aku melihat semua nya hanya saja aku tidak mau ikut campur aku takut jika mama akan benar benar memarahi mu dan bisa saja kamu akan lebih terluka dari ini " jelas nya.

"Tapi sekarang lupakan mending jalan jalan! Emmm,,, kita ke pusat kota ku dengar ada pameran disana gimana mau??"

Adel hanya mendongakkan kepalanya sedangkan Satya dia langsung mengelus pipi Adel dan juga sudut bibir Adel yang masih terlihat memerah. "Mau?" Lanjut nya dan Adel mengangguk.

"Ya sudah kamu ganti baju dulu aku izin ke papa sama mama kamu "

"Emm, "

Dipamerkan pusat kota Adel terus saja berlarian dengan menarik tangan Satya yang terus menurut kemanapun kaki mungilnya itu pergi seolah tidak merasa capek Adel terus berlari dari pameran satu ke pameran yang lain tapi itupun tidak membuat Satya lengah atupun capek justru di malah senang karena melihat Adel ceria seperti biasanya.

Grepp.

"Jangan berlarian kesana kemari banyak orang berlalu lalang kamu bisa saja jatuh dan bisa jadi hilang dari ku" jelas Satya dengan memeluk tubuh Adel sebab tubuh gadis itu tidak sengaja terdorong dan hampir terjatuh tapi untungnya Satya melihat nya.

"Maaf "

Satya hanya mengangguk lalu menggenggam erat tangan Adel dan membawanya kesebuah toko yang memperlihatkan hiasan kepala seperti piara bando bunga dan juga beberapa yang lainnya, Satya melihat sebuah bando bunga yang sangat menarik perhatian nya tanpa banyak bicara tangannya terulur mengambil bando bunga berwarna putih dan langsung memasangkan di kepala Adel.

"Berapa pak?"

"25 ribu aja "

"Ambil saja kembaliannya"

"Terima kasih "

"Mau yang lain?" Tanya Satya dengan kembali melangkahkan kakinya bersama Adel tapi kali ini berbeda entah sengaja atau tidak Satya merangkul pinggang Adel dengan posesif namun empunya itu hanya terdiam seolah olah nyaman.

"Sebenarnya aku ingin beli salah satu lukisan disana tapi gimana bawa nya mobil kamu nggak muat " kata Adel.

"Aku akan minta orang nya untuk mengirimkan lukisan itu ke rumah gimana?"

"Kasian kak rumah aku sama pusat kota jauh lho belum lagi kalo macet"

"Tapi kayak muat deh di mobil! Soalnya aku bisa buka atapnya"

"Lhoh emang bisa??"

"Bisalah, ya udah kita beli sekarang "



















-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-

Tbc

[ADELIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang