Hari ini Abisha pergi kesebuah ATM yang letaknya lumayan jauh dari rumahnya. Perjalanan menuju ATM memakan waktu kurang lebih setengah jam. Abisha pergi sendiri tampa ditemani siapapun.
Jam menunjukan sekitar pukul setengah 5 sore. Kini Abisha sudah berada didepan ATM. Beberapa orang mengantri. Abisha memarkirkan motornya. Lalu langsung bergegas menuju ATM dan ikut mengantri.
Sambil menunggu, Abisha mengeluarkan hp nya dari dalam tas. Ia bercermin dan merapikan hijab beserta masker yang ia pakai.
Tiba-tiba hpnya berdering ...
Dek iiivvaa
Ternyata adiknya yang menelpon. Ada apa? Tidak biasanya adiknya menelpon dirinya. Padahal tadi pesanan juga sudah Abisha catat. Apa ada yang tertinggal, pikirnya.
Abisha mengeser tombol hijau. Terdengar bunyi kegaduhan disana. Pasti 2 adiknya itu sedang berantem.
" Assallamuallaikum, kak! " Salam Diva.
" Waallaikumussallam,"
" Bentar dulu, zar. Kakakmu yang cantik ini mau ngomong dulu sama, kak Ata." Tutur Diva
" Izar pinjem bentar, Kak. Izar mau ngomong juga sama, kak Ata!" Balasnya sambil berusaha mengambil Hp yang ada ditangan, Diva. Untung Diva tinggi! Ditambah lagi ia yang sedang berdiri disofa ruang tamu. Sedangkan Abizar dibawahnya lompat-lompat ingin mengambil hp, Diva.
" Bentar dulu."
" Kak Ata kemana? Kenapa tinggalin, Izar?" Teriak Abizar. " Sini, kak ...! Izar, pinjem bentar."
" Izar, kakak ngomong dulu bentar sama kak ata, ya! Bentar aja, okay...."
" Nggak mau , sini."
" Bunda... Izar nih nakal! Iva cubit, ya?" Ucap Diva sedikit berteriak.
" Iya, cubit aja." Ucap Diva lagi sedikit menirukan suara bundanya, untuk membohongi adiknya.
" Tuh, denger." Lanjut Diva lagi.
" Kak iva bohong! Itukan kak iva yang ngomong bukan bunda."
" Aduh ... ni bocah, susah banget bohonginnya. Abis pulsa gue kalo gini!" Batin Diva.
Sedangkan diposisi Abisha, ia hanya mendengarkan. Merasa heran! Adiknya berdua itu memang sering berbeda pendapat, berantem, tapi menurut Abisha lucu. Kadang, Abisha tidak bisa menahan tawanya ketika melihat tingkah 2 adiknya itu.
" Diva... Diva...." Panggil Abisha, namun tidak ada jawaban. Yang terdengar hanyalah perdebatan 2 adiknya itu. Abisha memilih memutuskan sambungan tersebut dan kembali menunggu. Tinggal satu orang lagi didepannya dan setelah itu dirinya.
Hpnya kembali berdering. Abisha langsung menganggkat panggilan tersebut.
" Halo, kak, Iva cuman mau bilang beliin iva martabak, ya. Jangan lupa. Ok, iva tutup dulu . By! "
Panggilan langsung terputus begitu saja. Ada- ada saja pikir, Abisha.
Abisha mengeluarkan dompet dalam tasnya untuk mengambil Kartu ATm yang ia simpan disana. Namun, tiba-tiba kartu tersebut tidak sengaja jatuh kebawah.
" Astaghfirullah," Gumam Abisha, lalu berniat ingin langsung mengambil kartu tersebut. Namun, didahului oleh seseorang yang ada dibelakangnya.
Abisha yang tadinya sudah hampir berjongkok, kini posisinya sudah berdiri, melihat orang yang mengambilkan kartu ATMnya. Abisha binggung, sejak kapan orang tersebut berada dibelakannya?
" Ini," Ucapnya sambil memberikan kartu tersebut kepada, Abisha.
Pria tersebut cukup muda, tampan, putih, manis. Abisha lihat, dia seperti seorang dokter. Menggunakan celana putih, baju putih yang ia tutupi mengunakan Sweater hitam. Tapi, kenapa dia tidak mengunakan masker? Apalagi masa pendemi seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Jugendliteratur"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...