Senin, 15 November 2021
Lukman, Dewi beserta kedua anaknya baru saja memasuki rumah. Jam menunjukan sekitar pukul 6 sore. Deeva langsung pergi kekamarnya. Sedangkan Abizar ikut ayah bundanya kekamar.
" Yah, Emang ayah suruh siapa sih tadi jagain, Abisha?"
Dewi membuka baju Abizar untuk memandikannya. Badannya juga sudah lengket oleh keringat.
" Daffin,"
Ia mengambil handuk yang digantung dibelakang pintu.
Dewi terkejut" Kenapa ayah suruh, Daffin? Ayah biarin anak perempuan ayah berdua sama laki-laki yang bukan mahramnya. Nanti, kalo mereka macem-macem gimana?"
Dewi mulai khawatir. Bisa-bisanya Lukman menyuruh anak perempuannya dijaga oleh seorang laki-laki yang bukan mahramnya.
Lukman berjalan menuju kasur dan terduduk disana.
" Nggak mungkin, bun. Daffin itu bukan lelaki sembarangan. Jadi, nggak mungkin sampe ada kejadian yang aneh-aneh."
Lukman beranjak dari duduknya dan berniat ingin mandi" Lagipun ayah tadi udah bilang sama dia, kalau Abisha tidak perlu ditemani."
Dewi diam, walaupun begitu tapi tetap saja suaminya itu salah.
***
" Assallamuallaikum,"
Terdengar salam seorang pria sambil mengetuk pintu ruang yang Abisha tempati. Abisha menghentikan aktivitasnya dan meletakkan hpnya diatas meja. Terlihat seorang pria membawa buah diiringin senyum manisnya. Ia masuk tampa menutup pintu dan membiarkan pintu terbuka lebar.
" Waallaikumussallam," Jawab Abisha sedikit tersenyum. Jantungnya berdetak cepat. Tidak menyanggka pria itu bisa datang menjengguknya.
" Ini aku bawain sedikit buah. Aku simpen sini, ya." Tuturnya sambil menyimpan buah dimeja.
" Makasih,"
Huah, Abisha binggung mau bertingkah bagaimana. Deg-degan, gerogi, malu, senang semua ia rasakan.
" Udah baikan?" Tanyanya sambil duduk dikursi samping, Abisha.
" Lumayan,"
" Tadi lagi ngapain?"
Karena pria itu lihat, Abisha sedang duduk santai memainkan hpnya. Namun, berhenti seketika melihat kehadirannya.
" Baca novel." Ia melirik Pria yang ada disampingnya. Teman sekelasnya, Pria yang ia kagumi, pria dengan sejuta kelebihan menurut Abisha. Atharazka. Lelaki pendiam dan entah kenapa sekarang ia sungguh berbeda. Membuat Abisha, Ah, tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.
" Oya, kamu kok bisa kesini?" Tanya Abisha ragu-ragu. Entahlah semoga ia tidak salah bicara.
" Aku mau jemput, kak Wulan. Jadi, sekalian jengguk kamu. Kapan baru bisa pulang?"
" In shaa allah, besok."
Azka tersenyum menatap, Abisha. Abisha yang merasa ditatap menjadi salting. Seorang Azka, rasanya kejadian itu sangat tidak memungkinkan. Tidak lama Azka mengalihkan pandangannya. Ia cukup sadar, bahwa yang ia lakukan sungguh berdosa. Memandang yang bukan mahramnya.
"Oya, Azka, makasih udah tolong Abisha tadi."
" Iya, sama-sama." Jawab Azka
Tiba-tiba jantung Azka berdetak begitu kencang menginggat kejadian ketika ia mempompong Abisha ke UKS.
mereka sama-sama terdiam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Binggung, apalagi yang harus dibicarakan.
Diposisi yang sama, diluar Daffin yang tadinya ingin melihat keadaan Abisha, berhenti seketika didepan pintu melihat Azka yang ada didalam. Ia memilih tetap berada diluar, mendengar apa yang mereka bicarakan. Terlihat kepo memang, tapi apa boleh buat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Teen Fiction"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...