Hari ini, Abisha pergi kerumah sakit bersama bunda dan adiknya, Abizar. Kata Dewi, ia hanya ingin cek gula darah.
Dewi masuk kedalam sendiri, karena dimusim pandemi seperti ini, yang tidak berkepentingan disuruh menunggu diluar, dikursi yang sudah disiapkan. Dari pada menunggu disana, Abisha memilih menunggu bundanya ditaman depan rumah sakit bersama, Abizar.Kini mereka tengah duduk dikursi. Abizar sedang sibuk mememakan cemilan. Sedangkan Abisha, sesekali melihat adiknya dan kadang membuka hp.
"Kakak nggak mau? Nanti Abizar abisin, loh!" Tutur Abizar. Kini wajahnya juga sudah penuh dengan kotoran ice cream .
"Nggak! Kakak lagi kenyang sekarang."
Bukan merasa kenyang, Abisha hanya malas membuka masker. Ribet pikirnya.
Abizar sibuk memakan ice creamnya. Disamping Abisha masih ada kerupuk yang sudah ia buka.
Sedangkan ditempat yang sama , Daffin yang baru sampai kerumah sakit. Kini pandangannya tidak sengaja melihat gadis yang tidak asing baginya. Ia berhenti, memperhatikan gadis itu untuk sekedar memastikan.
"Itu bukannya ...," Gumam Daffin.
***
"Dek, jangan banyak-banyak makan cemilannya! Nanti bunda marah, loh." Ingat Abisha.
Abizar hanya melirik Abisha sebentar, lalu lanjut menyantap kerupuk. Sedangkan ice creamnya sudah habis.
Abisha menjauhkan kerupuk yang belum Abizar buka yang ada disampingnya. Abisha langsung membawanya ketanah samping ia duduk. Karena selagi itu terlihat oleh adiknya, maka mulutnya juga tidak akan berhenti makan.
"Kak, Izar mau lagi."
"Dek, itukan masih banyak! Ingat, anak kecil nggak boleh makan kerupuk banyak-banyak."
"Tapi, izar makannya baru gini." Ucapnya sambil mengangkat jari tunjuknya.
Abisha tersenyum, merasa gemas sama adiknya yang satu itu." Udah, ya. Pokoknya nggak boleh! "
"Kak Ata gitu. Izarkan laper!"
"Nanti habis dari sini kita cari makan, okay?"
"Abisha," panggil seorang pria.
Abisha langsung menoleh. Siapa? Kenapa dia mengenal, Abisha? Perasaan Abisha belum punya kenalan seorang dokter. Dan Abisha pernah liat pria tersebut. DiATM. Orang yang menurut Abisha terlalu ramah.
Sedangkan Abizar," Kak, ada om dokter,"
Daffin merasa lucu mendengar Om dokter.
" Iya,"
Abisha masih binggung! Pasalnya, ia tidak mengenal dokter tersebut. Dan kenapa ia bisa mengenal, Abisha?
Daffin berdiri didepan, Abizar, melihat Abizar yang begitu lahap memakan kerupuknya. Kini pandangannya beralih kepada, Abisha.
"Heran, ya? Kamu belum kenal saya'kan?"
"Iya ...,"
"Saya Dokter Daffin." Tuturnya sambil tersenyum Ramah.
"Owh..., Iya!"
"Duduk dulu om dokter! Pasti om dokter capekkan bediri? Izar aja kalo capek berdiri, Izar duduk-duduk, nggak perlu disuruh." Ucap Izar. Lalu memasukan kerupuk kedalam mulutnya.
Abisha merasa heran dengan adiknya. Kenapa mulutnya bisa berbicara begitu.
Daffin terkekeh"Om dokter duduk dimana?"
"Ditanah aja om dokter. Disini udah nggak muat." Jawabnya tanpa berdosa.
"Dek, nggak boleh gitu. Maaf ya, pak!" Ucap Abisha sedikit malu. Ada-ada saja adiknya itu.
Baru saja Daffin membuka mulut, kini suara Izar kembali muncul.
"Om dokter duduk ditempat Izar aja. Tapi om dokter harus pangku izar, ya! Soalnya Izar nggak mau duduk ditanah!"
Yatuhan, kali ini Abisha benar-benar malu. Sedangkan Daffin hanya mengaruk lehernya yang tidak gatal.
Izar langsung bangkit dan turun dari kursi." Yaudah, om dokter duduk."
Daffin langsung duduk ditempat, Abizar. Kini jaraknya dan Abisha tidak sampai satu meter. Jantungnya berasa deg-degan. Membuang rasa gugup, Daffin mengangkat Abizar kepangkuannya.
"Izar nggak berat kok om dokter. Kata kakak Izar, berat badan Izar hanya 1 kilo." Tuturnya.
Daffin langsung tertawa. Inimah bukan sekilo tapi hampir 20 kilo, pikir Daffin.
"Pasti kak Iva ya yang ngomong?" Tanya Abisha.
"Um.. um," Gumam Abizar sambil mengangguk.
Daffin memperhatikan Abizar makan. Sesekali ia tersenyum.
"Kamu tampan sekali." Ujar Daffin.
"Om dokter juga tampan!"
"Hehe, pasti kakak kamu juga cantik ." Ucapnya sambil melihat, Abisha. Membuat Abisha jadi salting.
"Kakak Izar memang cantik-cantik. Makanya banyak yang suka!"
"Eh, siapa yang bilang?" Sahut Abisha.
"Kak Iva! Katanya, kakak-kakakmu ini cantik-cantik, kamu aja yang jelek. Padahal kata om dokter, Izar tampan, kata kak Ata Izar juga gemesin. Tapi, kak Iva malah katain Izar jelek." Kesalnya.
"Adik kamu lucu, ya!"
Abisha hanya sedikit tersenyum canggung. Kenapa dokter tersebut jadi disini, pikirnya.
"Boleh pinjem hp kamu?"
Abisha mengernyitkan dahi. Untuk apa?
"Boleh?" Tanya Daffin lagi ketika melihat Abisha hanya diam.
"Boleh, pak."
"Apa saya kelihatan tua? Adik kamu saja panggil saya, om!"
"Berarti Abisha harus panggil pak dokter, Om?"
Daffin terkekeh."Kamu bisa panggil saya Daffin saja."
Abisha mengeleng," Tapi...,"
"Biasain! Yaudah, saya pinjem hp kamu bentar."
Abisha langsung menyodorkan hpnya yang sedari tadi ia pegang.
Daffin mengetik nomornya dihp, Abisha. Setelah selesai, ia langsung memberikannya kembali kepada, Abisha.
"Ini! Itu nomor saya, kamu simpan, ya!"
Abisha lihat kontak tersebut bernama dokter Daffin." Untuk apa?" Tiba-tiba pertanyaan itu keluar.
"Untuk pdkt," Abisha langsung kaget.
"Hehe, nggak! Kamu simpan aja! Siapa tau nanti ada perlu!"
"Iya! Oya, pak dokter nggak kerja? Maksud Abisha, apa pak dokter tidak menanggani pasien" Tanyanya ragu-ragu. Sebenarnya supaya Daffin cepat pergi. Abisha merasa tidak nyaman.
"Saya'kan sudah bilang panggil saya, Daffin. Kalo masalah itu, jam masuk saya masih sekitar 5 menitan." Jawabnya sambil melihat jam tangannya.
"Owh...,"
Diposisi lain, seorang Wanita tengah memperhatikan mereka. Dokter Wulan! Hatinya bertanya-tanya, siapa wanita bersama Daffin?
"Apa itu calon, Daffin? Apa ini sebab kenapa Daffin selalu ngehindar? Tapi, mungkin itu keluarganya" Batinnya .
Wulan lihat, Daffin tampak bahagia. Dan wanita itu juga membawa anak kecil. Kenapa Wulan merasa tidak asing melihat postur tubuhnya. Wulan mengeleng, lalu masuk kedalam.
Happy reading!
Tinggalkan jejak @Delika5
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Novela Juvenil"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...