Daffin baru saja kembali keruangannya. Ia baru saja selesai menanggani pasien. Daffin melirik jam dinding ketika baru saja duduk dikursinya. Jam menunjukan sekitar pukul 5 sore. Daffin tiba-tiba jadi teringat, Abisha. Berpikir apakah Abisha sudah pulang atau belum dari rumah orangtuanya. Daffin mengambil hpnya yang ada didalam tas kerjanya. Saat membuka hp, tertera banyak notif panggilan dari, Abisha. Daffin langsung menelpon Abisha balik, namun nomornya sudah tidak aktif.
Beberapa kali Daffin menelpon balik Abisha, namun tetap saja no nya tidak aktif. Daffin mulai merasakan khawatir. Daffin bangkit dari duduknya dan langsung menelpon neneknya. Pikirannya sungguh tidak tenang sekarang. Tidak lama telpon tersambung dan Daffin langsung menanyakan Abisha sudah pulang atau belum, dan ternyata belum. Daffin menyudahi panggilan dan kembali menelpon, Abisha. Namun tetap sama.
"Abisha kamu kemana, sih?" gumam Daffin panik.
Ia menelpon Dewi. Siapa tau Abisha masih berada disana.
"Assallamuallaikum, bun." salam Daffin menyapa Dewi melalui via telpon.
"...,"
"Nggak! Daffin cuman mau nanya, apa Abisha sudah pulang dari sana?"
"...."
"Gitu, ya ... bun? Yaudah, Daffin tutup dulu ya, bun! Assallamuallaikum,"
"...."
Panggilan terputus. Daffin semangkin khawatir. Apalagi mendengar Abisha yang sudah pulang dari sana sekitar beberapa jam yang lalu. Seharusnya Abisha sudah sampai dirumah.
Daffin pergi keluar berniat ingin pulang sebentar. Karena hari ini Daffin pulang sekitar pukul 8 malam.
Diposisi yang tidak jauh dari tempat Daffin berada, Danil beserta beberapa suster dengan panik mendorong brankar yang disana terbaring, Abisha.
Abisha langsung dibawa keruang IGD. Danil disuruh menunggu diluar. Awalnya Danil menolak, namun kondisi Abisha benar-benar parah. Bahkan hijabnya penuh dengan darah. Seorang suster menutup pintu dan langsung menyiapkan alat untuk membersihkan luka-luka. Sedangkan dokter langsung mengambil tindakan cepat.
***
"Maaf, dok, diruang IGD ada satu pasien yang sedang terluka parah. Dokter disuruh untuk membantu dokter Farhan." ucap salah satu suster kepada, Daffin. Daffin tadinya ingin izin pulang sebentar, namun jika ada kondisi genting seperti ini, Ia juga tidak bisa apa-apa.
"Baik," ucap Daffin bergeges menuju ruang IGD. Ketika berada didepan ruang IGD, Daffin melihat Danil yang duduk dikursi penunggu. Danil terlihat gusar, namun Daffin tidak ambil peduli. Intinya sekarang pasien yang ada didalam.
"Daffin,"gumam Danil dalam hati. Hatinya sekarang merasa was-was. Apalagi melihat tatapan Daffin yang terlihat datar.
Trekk...
Pintu terbuka, Daffin langsung menutup pintu kembali. Dokter Farhan sedikit kaget melihat kedatangan, Daffin.Daffin hanya bisa mematung. Disana, terlihat seorang wanita yang sangat ia kenal terbaring tidak sadarkan diri. Darah hampir memenuhi seluruh pakaian atasnya.
"Abisha,"
Farhan menatap Daffin iba. Padahal Farhan sudah menyarankan jangan, Daffin. Bukan apa, Farhan mengerti posisi, Daffin. Apalagi Abisha dinyatakan kritis.
"Daffin, kamu harus sabar." ucap Farhan menghampiri, Daffin. Kedua suster yang disana masih sibuk membersihkan luka yang ada dikaki, Abisha.
Airmata Daffin luruh tiba-tiba. Ia mendekat kearah istrinya. Bagaimana mungkin?
"Abisha, kenapa bisa seperti ini?"
"Daffin, kita harus segera melakukan operasi. Abisha keritis." tutur Dokter Farhan dengan berat hati menyampaikan itu kepada, Daffin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Teen Fiction"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...