Abisha sedang berada dikamarnya. Abisha tidak tau kenapa kepalanya terasa pusing. Mungkin itu efek dari vaksin. Karna kata gurunya seperti itu, berarti obatnya sedang bekerja. Terus besoknya in shaa allah sudah baikan.
Jam menunjukan pukul setengah 8 malam. Abisha membaringkan tubuhnya dikasur. Pandangan sudah blur. Matanya terasa berat dan ingin segera tidur .
"Kak, lo udah tidur?" Ucap Deeva tiba-tiba sudah berada dikamar. Ia berjalan mendekati, Abisha.
Abisha sedikit membuka matanya yang terasa berat. " Cepet banget sih kak udah tidur?"
"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" Tanya Abisha sedikit lemas.
"Lo ajarin gue pr dong, kak, Yah! Matematika nih susah! Pusing pala gue kak dari tadi nggak nemu-nemu jawabannya." Ucap Deeva sambil menunjukan prnya kepada, Abisha.
"Besok aja, ya! Kakak ngantuk banget! Kepala kakak pusing."
"Besok harus dikumpulin, kak! Mana sempet."
Mau tidak mau! Abisha bangkit dan memandangi adiknya yang masih berdiri. Ditangannya ada sebuah buku paket dan buku tugasnya.
"Kan kakak udah bilang, kalo ada pr jangan dikerjain malam. Kamu pulangkan jam 11, jadi masih banyak waktu untuk kamu kerjain tugas itu."
"Namanya juga lupa, kak!"
"Makanya jangan main hp terus. Kamu udah cari diinternet?"
"Belum, guekan nggak punya kuota."
Ya, adiknya itu memang tidak pernah membeli kuota. Paling pulsa! Karena Dewi masih melarang, nanti takutnya kecanduan main hp. Tapi sekarang udah, sih! Untung biasa Dewi yang pegang hpnya, dan kadang setelah salat Dzuhur baru dikasih. Kalo Deeva nggak bisa nahan, liat hp Abisha nganggur, maka secepat kilat ia mengambil dan mengunakan hp kakaknya secara diam-diam.
"Yaudah, hotspot aja sama, kakak. Kakak sekarang mau istirahat."
Terlihat senyum terpancar diwajahnya. Namun, seketika wajahnya menjadi datar." Tapi, hp gue udah disita sama, bunda!" Keluhnya.
"Pakai punya kakak aja kalo gitu. Tapi ... jangan macem-macem. Ingat privacy orang. " Ingat Abisha.
"Iya, maacih kakak akoh...!" Ucapnya lalu langsung menuju meja belajar. Karena Abisha selalu menyimpan hpnya disana.
Abisha kembali berbaring dan tidak lama ia pun tertidur.
***
Azka sedang berada dimasjid bersama, pasya. Seperti biasa, setelah melaksanakan salat isya maka mereka akan duduk santai disana. Kadang mereka juga membahas hapalan. Sama seperti sekarang, mereka berdua sedang duduk sambil bercerita. Mereka tidak hanya berdua, namun ada beberapa orang juga yang masih berada disana.
"Gimana hapalan kamu? Udah nambah?" Tanya Pasya .
"Allhamdullillah,"
"Aku kira nggak nambah-nambah! Abisnya mikirin cewek mulu." Lanjutnya terkekeh.
"Seharusnya itu yang menjadi motivasi kita, karena adanya wanita yang kita kagumi. Setiap wanita pasti akan menginginkan calon imam yang baik dan soleh. Jadi, sebagai laki-laki aku juga harus berusaha supaya bisa menjadi lebih baik lagi. Supaya mempunyai bekal untuk nikah nanti. Terutama untuk akhirat!"
" Iya, mentang-mentang lagi memperjuangkan seseorang. Aku doa'in semoga kamu bisa dapatin dia untuk jadi Makmum kamu."
"Aamiin,"
"Eh, tadi kamu tau, waktu aku masuk nih yang mau vaksin, aku liat Abisha kaya akrap banget sama dokter yang paling pojok luar. Mana kaya muda lagi! " Tutur Pasya.
Ada perasaan tidak tenang dihati, Azka. Tadi ia juga sempat mendengar sedikit pembicara Abisha dan dokter itu. Tapi menurut Azka obrolannya hanya biasa-biasa saja .
"Tadi aku juga liat ."
"Ka, aku tau kamu suka sama, Abisha tali..."
" Kenapa kamu selalu sebut dia Abisha tali? " potong Azka. Ia menatap Pasya lekat untuk meminta jawaban.
"Lah,kenapa? Special ini panggilannya."
Azka menatap pasya heran. Ada terselip dipikirannya bahwa pasya juga menyukai, Abisha."Kamu cemburu? Yaelah, tenang aja. Abisha cuman sekedar teman aja bagi aku. Nggak lebih! Aku ikhlas kok kalo kamu sama dia. Tapi, kalo kamu nggak mau, aku juga ikhlas kok kalo harus sama Abisha gantiin kamu." Tuturnya sengaja mengerjai, azka.
Azka menatapnya tajam" Hehe, biasa aja kali natapnya. Nggak usah kaya orang kemasukan gitu."
Azka masih diam. Dia tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang perasaannya. Karena menurutnya, biarlah dirinya dan tuhan yang tau. Dan tentang Pasya, dia juga binggung entah dari mana ia tau kalau Azka menyukai, Abisha.
"Kamu beneran suka sama, Abisha?"
"Enggak!"
"Bohong! Buktinya, biasa aku liat kamu liat storynya senyum-senyum! Sukakan pasti...? Udah, ngaku aja! Kita udah temen lama, loh! Bahkan dari kecil malah."
"Aku nggak mau bahas itu!" Balas Azka lalu membuka mushaf kecil yang ia pegang.
"Aku pernah baca kata ini ... jangan pendam rasa cintamu. Rasullullah SAW pernah bersabda, kaya gini nih katanya kalo nggak salah, siapa yang mencintai seseorang, sampaikanlah kepadanya bahwa aku mencintaimu, gitu."
Azka masih sibuk membaca mushafnya tapi telinganya mendengar sahabatnya berceloteh.
"Nanti keburu dokter ganteng itu, loh. Apalagi sekarang dokter itu udah kerja, tinggal lamar habis itu nikah. Kamu...?" Ucap Pasya diakhiri dengan terkekeh. Ia sengaja memancing, Azka.
Sedangkan Azka tetap diam, memikirkan ucapan Pasya yang ada benarnya juga.
Happy Reading!!
Tinggalkan jejek kalian!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Novela Juvenil"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...