18 Abisha malu

123 11 0
                                    

" Abisha," panggil Dewi dari luar kamar.

" Iya, bun. Sebentar."

Abisha berjalan membuka pintu kamar yang ia kunci.

" Ada apa, bun." Tanya Abisha

" Kamu hari ini sibuk?"

Abisha diam memikirkan kegiatannya. Malam ini adalah malam minggu, biasanya Abisha akan mengosongkan jadwal belajarnya kecuali kalau ia banyak tugas.

" Um ... kayanya nggak, deh. Emang kenapa, bun?"

" Kalau diajak pergi nanti bisa?"

" In shaa allah, Bisa! Emang kita mau pergi kemana?"

" Makan diluar."

" Yaudah, Ata ikut. Udah lama jugakan kita nggak makan diluar."

" Yaudah, nanti habis magrib siap-siap. Bunda mau kebawah dulu."

" Siap,"

Dewi langsung turun kebawah! Abisha melirik kamar Deeva yang ada disampingnya. Terdengar sunyi. Tapi, apa peduli, Abisha. Abisha masuk kekamarnya dan melanjutkan aktifitasnya mencatat sedikit.

Skip

Abisha sudah siap dengan pakaian rapinya. Kini ia hanya tinggal menunggu keluarganya yang lain bersiap-siap. Abisha keluar lalu pergi kedepan pintu kamar adiknya. Binggung, sedari tadi belum melihat adiknya, Deeva. Padahal biasa kalau mau makan diluar, Deeva akan heboh untuk meminjam hijab kepada, Abisha.

Tok...tok..tok..

Abisha mengetok pintu kamar Deeva sambil memanggilnya. Tidak lama Deeva keluar masih menggunakan baju tidur.

" Kenapa belum siap-siap? Kan kata bunda habis magrib siap-siap! Udah jam setengah 7, loh."

Deeva memutar bola matanya malas." Lo pergi sama cowok lo aja, kak."

" Deeva kakak serius."

" Gue juga serius kali, kak."

"Habis kena omel, ya? Jadi, kesannya kamu ngambek nih nggak mau ikut. Berani emang sendiri dirumah? Nggak takut?"

" Terserah lo deh, kak. Turun aja sana biar jelas."

Deeva masuk kedalam kamar dan langsung menutup pintu begitu saja. Entah apa yang membuatnya kesal. Mungkin gara-gara tadi Deeva minta hotspot namun tidak dikasih, Abisha.

Abisha menghembus napas dengan kasar. Lalu berjalan kebawah menuruni tangga. Ditengah tangga samar-samar ia mendengar ayahnya mengobrol dengan seseorang yang tidak asing baginya. Ia berhenti dan sedikit mengintip dan ternyata benar.

" Nanti jangan pulang malam-malam, ya. Jagain anak, om."

" In shaa allah, om."

" Yaudah, bun, bunda lihat Abisha dulu, ya. Dia udah siap-siap apa belum. Kasihan Daffin nunggu lama."

"Iya,"

Mendengar dan melihat itu, Abisha bergegas naik kembali. Kecewa rasanya, ia kira ia akan pergi bersama keluarganya. Tapi, ternyata bukan. Abisha melempar tasnya dikasur lalu menganti bajunya dengan baju santai. Ia tidak mau pergi bersama Dokter, Daffin.

" Abisha," panggil Dewi sambil mengetuk pintu kamar, Abisha. Karena tidak ada jawaban, Dewi masuk kedalam kamar Abisha dan tidak ada siapa-siapa disana.

" Abisha," panggil Dewi lagi. Namun tidak ada jawaban.

Dewi pergi kearah toilet. Terdengar suara percikan air didalam. Beearti Abisha sedang didalam toilet, pikirnya. Dewi berjalan menuju kasur dan duduk disana.

The Doctor [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang