Hari ini adalah hari dimana Abisha sah menjadi istri seorang dokter bernama Daffin Faaz Ilman. Ya, Abisha memutuskan untuk menikah sekitar 1 bulan sudah kelulusan. Pernikahannya hanya dibuat sederhana, hanya kerabat keluarga yang bersangkutan yang diundang. Abisha hanya mengundang ketiga sahabatnya, Sedangkan Daffin hanya mengajak Fahri dan Farhan bersama istri.
Tidak ada acara resepsi. Abisha yang meminta. Sedangkan Daffin, juga tidak bisa menolak permintaan sang istri.
Jam menunjukan sekitar pukul 4 sore. Abisha sedang berada dikamarnya. Mengemasi semua pakainya dan memasukannya kedalam koper. Abisha duduk dikasurnya, ingatan ijab kabul tergiang ditelinganya.
"Saya terima nikah dan kawinnya Abisha Thalita binti Lukman dengan maskawin emas 25 gram dan seperangkat alat Shalat dibayar TUNAI"
Sah....
Sedih, bahagia bercampur aduk hari ini. Setelah melakukan ijab kabul, Daffin meminta izin kepada Ayah Abisha untuk membawa Abisha tinggal dirumahnya. Ingin menginap disana, tapi Daffin khawatir kepada neneknya. Tidak mungkin rasanya Jika Daffin mengajak neneknya menginap dirumah, Abisha. Lukman mengerti dan menurutnya itu adalah hak, Daffin.
Trek...
Pintu kamar terbuka. Abisha menoleh kearah pintu yang menampakan seorang pria yang telah resmi menjadi suaminya. Daffin menutup pintu kembali lalu berjalan kearah, Abisha. Jujur saat ini Abisha sangat gugup.
Daffin duduk disamping, Abisha."Udah selesai beres-beresnya."tanya Daffin
"Udah,"
"Kita Pulang sekarang. Udah sore."ajak Daffin.
Pulang? Abisha tiba-tiba sedih. Rumah yang sudah 18 tahun ini ia tempati dan sekarang harus meninggalkan tempat ini. Kamar ini, kamar yang menjadi saksi bisu kejadian-kejadian yang Abisha alami. Sedihnya Abisha, bahagianya Abisha, dan masih banyak lagi.
"Iya,"
Abisha bangkit dan menurunkan kopernya dari kasur. Lalu Daffin memintanya untuk Daffin saya yang membawa koper tersebut. Mereka turun kebawah, disana sudah ada Ayah, bunda dan adiknya.
Mata Abisha mulai memanas. Ia ingin menanggis, ia belum siap pergi dari rumahnya.
"Sayang, sini."tutur Dewi menyuruh Abisha duduk disampingnya.
Abisha berjalan menuju bundanya yang disampingnya Ada Lukman sedang memangku, Abizar.
"Bunda, ayah, Abisha pamit! Terima kasih sudah mau menjaga Abisha sampai Abisha seperti sekarang. Maaf Abisha belum bisa bahagiain ayah sama bunda."
Mata Abisha sudah memerah, Abisha mencoba menahan tanggisnya. Cukup waktu ijab kabul jangan sekarang lagi.
Sedangkan Deeva, ia sangat sedih, ia hanya diam.
"Iya, disana jangan manja-manja. Ingat kewajiban kamu sebagai seorang istri. Daffin sekarang suami kamu, bakti kamu ada diDaffin sekarang."ingat Lukman.
"Kamu jadi istri harus selalu nurut sama suami kamu. Ikuti perintahnya, jika suami kamu melarang kamu untuk melakukan sesuatu, dengarkan. Selagi itu tidak melangar aturan agama."
"Iya! Abisha pasti kangen banget sama kalian."
"Kamu bisa main kesini. Kan nggak terlalu jauh."
Abisha hanya mengangguk dengan sedikit tersenyum.
"Daffin ayah titip, Abisha. Jagain, Abisha."
"Pasti! Daffin pasti jagain, Abisha." Jawabnya tersenyum.
Abisha memeluk bunda, ayahnya dan kedua adiknya sebelum pergi. Jujur Abisha tidak bisa menahan sedihnya. Abisha sebenarnya tidak mau menanggis, tapi air mata luruh tampa Abisha minta.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Teen Fiction"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...