"Daffin,"panggil Fahri
Daffin menoleh kebelakang. Saat ini ia masih berada dihalaman rumah sakit. Disana terlihat Fahri yang berjalan kearahnya sedikit tergesa. Daffin hanya tersenyum. Sudah beberapa hari ini, ia tidak bertemu, Fahri.
"Kamu udah masuk hari ini? Cepet banget?" tanya Fahri.
"Iya,"
"Nggak pergi bulan madu apa?"
"Nggak tau istri saya saja. Bulan madu aja dia nggak tau apa artinya!" jawab Daffin terkekeh.
"Bercanda aja kamu! Yaudah, yuk, masuk." ajak Fahri sedikit menepuk pundak, Daffin. Daffin hanya terkekeh dan mengikuti langkah Fahri untuk masuk kedalam.
***
Wulan hari ini berniat ingin kerumah, Daffin. Menyempatkan diri sebelum pergi kerumah sakit. Sudah lama ia tidak pergi kesana. Ia juga sudah beberapa hari tidak bertemu Daffin karena ada tugas diluar.
Wulan memarkirkan motornya dihalaman rumah, Daffin. Ia melihat kearah taman dimana biasa nenek Daffin duduk santai.
Dan ternyata nenek Daffin sedang membaca koran disana.Wulan turun dari motornya dan mengambil plastik yang berisi kue. Wulan berjalan kearah nenek sambil menenteng plastik tersebut.
"Assallamuallaikum, nek," salam Wulan lalu menyalimi nenek.
"Waallaikumussallam. Wulan," sahut nenek sedikit terkejut.
Wulan duduk dan menyimpan kue diatas meja.
"Ini, saya ada bawain nenek kue."
"Makasih, ya. Kamu udah lama nggak kesini?"
"Iya, Wulan beberapa hari yang lalu ada tugas diluar."
Diposisi tidak jauh dari sana. Abisha membawa dua cangkir teh untuk nenek dan dirinya. Abisha melangkah keluar. Ketika melihat kearah nenek, ada seorang wanita berhijab syar'i disana.
"Siapa?" batin Abisha berhenti sejenak. Lalu memilih untuk segera menghampiri, nenek.
Abisha juga tidak bisa melihat jelas wanita itu. Karena posisinya membelakangi.
"Nek," panggil Abisha dari arah belakang.
Wulan menoleh kesumber suara."Abisha," Gumam Wulan.
Hatinya sudah bertanya. Kenapa ada Abisha disini? Membawa nampan yang berisi 2 cangkir dan itu artinya ia dari dalam. Sekarang masih pukul setengah 8 pagi, dan Abisha sudah berada dirumah, Daffin?
Abisha tersenyum ketika melihat Wulan." Kak, Wulan." tegur Abisha.
Abisha berjalan memberikan teh kepada nenek dan Wulan. Tidak apa jika minumannya harus diberikan kepada, Wulan. Karena menurutnya tamu itu penting. Jadi, harus didahulukan.
"Diminum ya, kak."Abisha langsung ikut duduk. Untung disana terdapat 3 kursi yang mengelilingi meja.
Wulan hanya mengangguk sambil tersenyum . Jujur rasa penasaran menjalar didalam hatinya.
"Kalian udah saling kenal?" tanya nenek yang sedari tadi terlihat binggung.
"Udah, nek! Abisha ini teman adik saya." terang Wulan.
"Abisha udah lama disini?" tanya Wulan.
Tiba-tiba, rasa khawatir muncul dihati, Abisha. Ia lupa bahwa Wulan juga mengharapkan, Daffin. Walau tidak pernah terucap dari mulutnya, namun bisa dilihat dari tingkahnya.
Abisha sedikit menunduk. Memaksakan untuk tersenyum. Sungguh ia takut Wulan akan membencinya.
"Hampir seminggu." jawab Abisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Teen Fiction"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...