#22 menyebalkan

123 9 1
                                    

Abisha sedang berbaring dikasur kesayangannya. Ucapan Daffin sungguh membulatnya gelisah.

"Saya sudah melamarmu, Abisha?"

Abisha menutup wajahnya menggunakan bantal, dan membukanya kembali karena merasa pengap. Entah Kenapa Abisha jadi kepikiran. Belum lagi ayahnya, bundanya, kenapa tidak ada yang memberi tahu , Abisha? Abisha tadi sempat ingin bertanya kepada ayahnya, sekedar memastikan karena Abisha sungguh tidak percaya dengan ucapan, Daffin. Namun, ia urungkan.

"Saya baru meminta kamu, belum mengambil kamu. Nanti saya akan datang melamar kamu kembali setelah kamu lulus sekolah untuk jadi istri saya."

"Abisha belum siap menikah! Abisha mau kuliah, bahagian ayah bunda, adik-adik Abisha. Masih banyak cita-cita yang ingin Abisha capai."

"Jika kita menikah nanti, kalau kamu mau kuliah, silahkan. Saya tidak akan melarang! Saya akan dukung kamu mengapai mimpi kamu."

"Tapi menikah hanya akan menghambat mimpi, Abisha."

"Kenapa?"

"Kondisi Abisha berbeda. Abisha akan jadi seorang istri. Banyak kewajiban yang harus Abisha penuhi. Kalau Abisha tidak menikah Abisha akan fokus hanya pada kuliahnya, Abisha."

"Saya tidak akan memaksa kamu. Saya terima keputusan kamu. Tapi, saya akan tetap datang nanti, siapkan jawaban dihari saya datang melamarmu. Tapi kamu harus ingat kata-kata saya, saya ingin menikahi kamu cepat karena saya hanya takut berlarut-larut dalam dosa. Untuk kewajiban, saya tidak terlalu menuntut. Cukup jalani apa yang menurut kamu mampu untuk dilakukan."

Abisha menenggelamkan wajahnya dibantal dengan posisi tengkurap. Selimutnya juga sudah habis menutupi tubuhnya. Abisha benar-benar gelisah. Ujian hanya tinggal beberapa bulan lagi.
Sepertinya Abisha akan rutin untuk salat istikharah mulai dari sekarang.

Abisha binggung, membedakan antara suka, kagum, dan cinta saja ia tidak tau. Dia binggung akan perasaannya.

"Yaallah, kalau Abisha terima Pak Daffin berarti Abisha nikah muda?" gumamnya.

Abisha yang kembali terlentang kini menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Huah, Abisha sungguh tidak menyanggka kalau itu terjadi. Kalau novel yang ia baca ceritanya sangat romantis. Tapi, untuk Abisha sendiri kenapa tidak ada romantis-romantisnya. Bahkan, dokter itu sudah bilang mencintainya padahal baru beberapa kali bertemu. Entah apa yang membuat dokter itu sampai jatuh hati kepada, Abisha. [kalo udah nikah nanti diceritain ya, haha..]

Ting.... suara notif pesan

Abisha meraba hpnya yang ada disampingnya.

calon suami

Abisha benar baru sadar bahwa Daffin memberi nama kontaknya dengan nama Alay itu. Rasanya Abisha geli sendiri melihatnya. Abisha menganti nama kontak Daffin sebelum membalas pesan, Daffin.

Dr. Tua
Jangan terlalu dipikirkan,
saya jujur dan bilang semua
sama kamu bukan untuk
jadi beban pikiran kamu.
Saya tidak mau nanti nilai-nilai
ujianmu jadi jelek hanya karna
memikirkan apa yang saya bilang.
Jika itu terjadi, saya pastikan,
kamu akan menikah dengan
saya lulus dari sana.

Abisha melebarkan matanya. Enak saja pikirnya. Tadi dokter itu bilang bahwa ia tidak akan memaksa Abisha untuk menerimanya. Sekarang apa?

Abisha bangkit dan membalas pesan, Daffin. Salah satu kontak lelaki yang ada ada dihpnya selain ayahnya.

Abisha
Bapak kok kaya gitu?
Lagian Abisha nggak mau
nikah sama Bapak!!

Dr. Tua
Kamu tidak akan menolak
Saya. Ingat, berikan yang
terbaik untuk nilai ujian
kamu nanti. Supaya saya tidak memaksamu menikah dengan saya.

Abisha mengerucutkan bibirnya dan membuang hpnya kesamping. Dokter tersebut selalu membuatnya kesal. Lagipun, tampa disuruhnya Abisha akan berusaha mendapatkan nilai terbaik dalam ujian nanti.

Sedangkan Daffin tertawa dikamarnya. Ia sekarang menemukan hobi baru yaitu membuat Abisha kesal.

"Saya yakin, kamu sudah mulai mencintai saya, Abisha!" gumamnya sambil mengulum senyum.

***

Daffin sedang sarapan sebelum berangkat rumah sakit. Wajahnya kembali ceria. Mulutnya tidak berhenti tersenyum dari semalam. Neneknya hanya menganggapnya wajar karena mungkin bahagia mendapat maaf dari, Abisha.

Daffin duduk dikursi, namun sebelum itu ia sempat mencium neneknya.

"Bahagia banget cucu nenek sekarang."

"Iya, dong, nek." jawabnya sambil mengambil sarapan.

"Nenek hanya ingatkan, banyak orang jatuh karena sebuah ekspetasi dan harapan secara berlebihan. Nenek nggak mau nanti kamu kecewa lagi. Kalau mau berharap, biasa-biasa saja. Jangan berlebihan."

"Iya, nek, Daffin tau. Sekarang cucu nenek ini terlalu percaya diri."

Daffin memakan sarapannya. Hari ini Neneknya memasak nasi goreng. Daffin menghabiskan tampa sisa. Setelah selesai ia pamit dan langsung berangkat kerumah sakit.

Sampai dirumah sakit, Fahri juga sudah berdiri didepan rumah sakit. Fahri menunggu Daffin karena tidak sengaja melihat Daffin dari kejauhan.

"Ri," sapa Daffin.

"Mentang-mentang lagi seneng. Jadi datang awal ya hari ini." goda Fahri.

"Kamu yang datangnya agak lambat." sanggah Daffin.

Daffin melangkah kedalam dan diikuti oleh, Fahri.

"Bentar lagi ada yang ujian." terang Fahri.

Daffin hanya tersenyum. Entah kenapa jantungnya tiba berdetak begitu kencang. Ingatannya kembali menginggat, Abisha. Setelah kejadian itu, Daffin tidak bertemu Abisha lagi. Hanya vc itupun sebentar karena Abisha menolak. Chetan juga jarang dibalas, Abisha.

"Udah siap?" tanya Fahri

Daffin sedikit menaikan dahinya"Siap apa?" tanya Daffin.

Kini mereka sudah berada diruang, Daffin. Daffin duduk ditempatnya dan diikuti Fahri yang duduk dikursi depan, Daffin.

"Pura-pura tidak tahu lagi."

"Apa? Tanya yang jelas! Nanti saya salah jawab, kamu protes."

"Ya, maksud saya Nikah."

"Tentu...," jawabnya sambil tersenyum.

"Jangan lupa undang, ya?"

"In shaa allah. Kamu kapan? Siapa tau Wulan udah siap!"

"Trauma, fin! Takut ditolak lagi."jawabnya sedikit bercanda.

"Namanya juga berusaha. Lagian belum tentu juga Wulan nolak. Pikiran kamu aja yang kaya gitu terus. Yaudah, sana ... kerja-kerja."suruh Daffin.

"Ngusir Saya?"

"Bukan ngusir. Nyuruh pergi aja. Jam kerja ini!"

"Bilang aja ngusir. Yaudah, nanti siang, ya?"

"Iya ...."

Happy reading!

The Doctor [End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang