"Gimana, pak? Apa sudah ada perkembangan?" tanya Danil
Danil sekarang sedang berada dikantor polisi. Danil masih mencarian pelaku yang menabrak, Abisha. Entah kenapa, polisi sulit melacak keberadaan orang tersebut. Daffin juga sudah menyerahkan itu kepada, Danil. Intinya, Daffin menyuruh Danil bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa, Abisha. Karena Daffin sibuk untuk kesembuhan, Abisha.
"Sejauh ini, kita belum menemukan siapa dibalik mobil tersebut. Namun, tidak jauh dari lokasi kecelakaan, ada sebuah mobil ditemukan didalam jurang dalam kondisi yang sudah habis terbakar."
"Dari cctv, diperkiraan itu adalah milik sipenabrak. Namun, tidak ada korban yang ditemukan. Kemungkinan besar, dia selamat dan melarikan diri."
"Kapan kejadian itu, pak?"
"Dihari kecelakaan."
"Aku harus cari pelaku itu. Tapi dimana? Tidak ada sama sekali jejak yang tertinggal." gumam Danil.
Danil berjalan menuju lemari dikamarnya untuk mengambil sebuah jaket. Ia membuka pintu kamar dan langsung pergi keluar menggunakan motornya.
Danil berhenti disebuah rumah. Disana terlihat Abisha sedang mengobrol bersama ketiga sahabatnya, Fitri, Aurin dan Amanda. Danil hanya bisa memandang dari kejauhan. Setidaknya ia merasa lega melihat kondisi Abisha yang sudah membaik.
Danil menunduk, perasaan itu harus ia kubur dalam-dalam. Ia tidak mau membuat masalah lagi. Walaupun tidak mudah, Danil akan coba. Demi kebahagian, Abisha! Diposisi tidak jauh darinya, Daffin yang berada didepan rumahnya merasa tidak asing melihat wajah, Danil. Daffin mengalihkan pandangannya kearah istrinya yang sedang mengobrol bersama temannya. Daffin berjalan menghampiri, Danil. Entah apa tujuan Danil pergi kerumahnya.
"Ngapain kamu kesini?"tanya Daffin.
Danil menoleh kearah, Daffin. Kaget! Ia langsung turun dari motornya.
"Maaf, aku kesini cuman ketemu kamu."
"Ada apa?" tanya Daffin datar.
"Masalah kecelakaan, Abisha. Kata polisi, dari rekaman cctv, sebuah mobil masuk jurang dan kemungkinan itu adalah sipenabrak. Tapi, tidak ada ditemukan korban. Polisi memperkirakan sepertinya dia sengaja membuang mobilnya untuk menghilangkan jejak."
"Yasudah, saya sudah ikhlas mengenai kejadian istri saya. Saya yakin, kemana pun dia berlari dia akan selalu dihantui rasa bersalah dan hidupnya tidak akan tenang. Dan saya sangat berharap, kamu tidak menganggu istri saya lagi." pinta Daffin
Perih! Rasa itu langsung menusuk hati, Danil. Namun, ia juga sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menganggu kebahagian Abisha lagi.
"Aku, janji. Tapi, apa aku masih boleh berteman sama, Abisha? Aku janji, aku nggak akan nganggu rumah tangga kalian."
"Apa kamu bisa pegang janji kamu?"
"Kalo nggak, silahkan kamu lakukan apapun semau kamu sama aku."
"Oke."
"Satu lagi, aku minta maaf karena selama ini aku udah menganggu rumah tangga kamu sama, Abisha. Sampaikan juga permintaan maaf aku sama, Abisha."
Daffin mengangguk dan sedikit bergumam.
"Aku pamit."
Danil langsung menjalankan sepeda motornya. Namun, sebelum itu ia melihat kearah Abisha terlebih dahulu.
"Bukannya itu, Danil?" batin Amanda ketika melihat motor Danil mulai bergerak. Tidak lama ia melihat Daffin masuk keperkarangan rumah.
"Kamu hamil?" tanya Abisha tiba-tiba. Karena ia melihat perut Fitri yang sedikit membuncit.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Doctor [End]✔
Fiksi Remaja"Deg-degan?" tutur Daffin tiba-tiba. Abisha hanya bisa mengerutkan dahi. Binggung, sedari tadi dokter tersebut selalu nyerocos. "Kedengaran loh suara jantung kamu sampe sini. Kamu tau, kalo seseorang merasa deg-degan itu, mungkin saat itu ia lagi k...