VI

7.7K 1K 133
                                    

bacanya santai aja, gada yang mau ngambil hp mu, kok. kecuali copet.

CHAPTER VI

★★★

"Tuan."

"Ya, Renzy."

"Ren!"

"Namamu Renzy."

"Panggil Ren!" Ren mungkin lupa jika ayahnya pernah mengatakan padanya untuk bersikap hormat pada Marko ataupun Jarlen. Ia berani menekankan kata-katanya dan menatap tanpa takut lawan bicaranya.

"Iya, Ren."

"Ren harus berada disini sampai kapan?"

"Sampai perjamuan selesai."

"Berapa hari, tuan?"

"Seminggu."

"Ren boleh keluar dari kamar ini?" Benar, Ren berada disalah satu kamar yang sudah disiapkan Marko untuknya. Kamar yang luas. Untuk anak kecil seperti Ren, kamar ini terlalu besar untuk ia tempati sendiri.

"Boleh, tetapi bersamaku atau Jarlen."

"Tuan Jarlen tadi hampir ingin pingsan." Ren berucap dengan pandangan menatap kesekeliling kamar yang baru ia lihat ini. Berbeda dengan kamar milik Jenaro, pencahayaan di kamar ini sangat terang dan tertutup. Terlihat mewah. Ren memberitahu kejadian yang baru saja ia saksikan seakan Marko tidak mengetahuinya.

"Karenamu."

"Ren tidak sengaja menghisap banyak karena lapar."

"Kamu sudah meminum darah dariku dan Jenaro."

"Kurang." Ren memberitahukan alasannya mengapa ia masih meminum darah milik Jarlen.

"Kurang?" Ren tidak menjawabnya, ia mencoba menaiki kasur dan membuka selimutnya. Mengelus bagian selimut itu, "Tuan."

"Ya?"

"Selimutnya tidak hangat?"

"Selimut hangat?"

Ren menatap Marko dalam diam, lalu ia berpikir sebentar, "Oh! Bukan hangat selimutnya! Tapi Aro yang hangat!" Ren menyimpulkan saat ia ingat bahwa bukan selimut yang memeluknya tetapi Jenaro yang melakukannya. Tubuh bangsa serigala memang hangat.

"Aro memelukmu?"

"Iya! Aro memberikan Ren makan dan memeluk Ren saat tidur. Badan serigala hitam besar memeluk Ren!" Dengan tangannya ia menggambarkan seberapa besar bentuk tubuh milik Lars. Ren sebenarnya baru pertama kali melihat langsung bagaimana seorang manusia serigala berubah. Ayahnya bilang mereka akan berubah sesuai keinginan.

"Ren."

"Ya, tuan."

"Tatap mataku." Ren menatap mata Marko seperti yang Marko minta. Menatap tanpa bicara.

Marko pun membalas tatapan itu, menatap tepat di mata milik Ren. Hingga saat ia tidak kuat dengan energi milik anak itu, tatapan Marko beralih pada bibir Ren secara spontan. Bibir yang terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi diurungkan.

Awalnya Marko tidak sengaja membuat matanya beralih pada bibir itu, tetapi karena ia melihat bagaimana gerakan bibir Ren yang sangat lucu, Marko tersenyum manis.

"Imut." Marko menarik pinggang Ren untuk mendekatinya. Ren masih diam saja dan enggan bersuara karena sikap Marko yang yang terasa merubah suasana.

Marko mengelus pipi itu, mencubitnya pelan, "Kamu sangat menarik, Ren. Apakah kamu tahu itu? Mulai dari tidak terpengaruhnya dirimu pada kekuatan milik Jarlen, dan energimu yang terlalu besar membuatku pusing."

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang