XXXV

2.4K 401 66
                                    

kayak biasa, ya.

XXXV

★★★

"Jarlen, Ren tak ada dikamarnya."

Perkataan itu menjadi awalan mereka bertiga mencari Ren disekitar kastil. Tavien, Jarlen dan Marko. Para penjaga yang tertidur dibelakang kastil menjadi kecurigaan pasti.

"Siapa yang bisa melakukannya?"

"Merman." Tavien menjawab. Ia menatap kedua lelaki lainnya, "Merman bisa melakukannya, aku pernah melihatnya."

Tentu ia pernah melihatnya, orang yang pernah menjadi kekasihnya, pernah menunjukkannya padanya.

👥👥👥👥

"Ren.. Maaf tidak bisa mengeluarkanmu dari tempat ini. Mereka akan berpikir kalau aku mengistimewakan penyusup dan bersikap tidak kompeten. Aku janji, saat semua orang sudah lupa–"

"Ren tidak ingin mendengarnya, Aro. Ren hanya bisa berpikir kalau Aro tidak memikirkan Ren lagi." Ren meremat pakaiannya. Dirinya tak ingin berbicara dengan Jenaro, dengan merapatkan kembali bibirnya.

"Ren! Aku memimpin bangsa ini. Jika mereka mengetahui kalau aku tidak bersikap adil, maka aku tidak akan dipercaya dan dihormati sebagai pemimpin." Jenaro menghela napas, mencoba menormalkan nada suaranya, "Tunggulah sebentar lagi, Ren. Jika lapar, aku bisa memberikanmu darahku, kamu menyukainya, kan? Bukankah bagus jika kamu disini? Kamu bisa terus melihatku."

Perkataan aneh itu membuat Ren menoleh, "Ren tidak mau! Ren ingin keluar dan mencari ayah dan ibu!"

"Ren! Berhenti keras kepala! Aku juga sedang mengusahakannya. Aku mencari ayah dan ibumu. Kamu hanya perlu diam. Lagipula, jika kamu keluar, apakah kamu yakin akan selamat?"

Omongan itu membuat Ren terdiam, bahkan Jenaro meninggikan suara miliknya pada Ren, "Ren tidak peduli! Ayah dan ibu lebih penting, bagaimana jika mereka meninggalkan Ren sendirian?" Dirinya lebih baik mencari ayah dan ibunya sendirian daripada bergantung pada Jenaro, ia mungkin sudah tak percaya sepenuhnya.

"Ren.. Berhenti mengatakan omong kosong. Aku bisa menjagamu disini. Kita bisa selalu bertemu. Aku ingin terus menemuimu. Aku sudah berjanji akan menemukan orang tuamu, jadi tolong.. Berhenti meminta keluar dari tempat ini."

Suasana menjadi hening. Jenaro menarik napas dalam, ia juga harus mengontrol emosinya. Ia tidak ingin hal ini terjadi, namun ia bisa apa? Ren tak lagi bersuara melawan, ia sedikit terkejut dengan suara Jenaro yang tak seperti biasanya.

"Ren, lapar?" Pertanyaan itu kembali terdengar.

"Tidak."

"Kemarilah. Aku akan membiarkanmu–"

"Tidak lapar. Ren mengantuk."

Jenaro yang tahu bahwa vampir takkan mengantuk hanya mengangguk, "Tidurlah."

"Dulu, ibu dan ayah melarang Ren untuk bermain terlalu jauh. Sekarang Ren menyesal tidak mendengarkan mereka." Ucapan itu, tak tahu maksud jelasnya, Ren ucapkan agar Jenaro tahu maksudnya. Lalu Ren berbaring dengan pejaman mata tanpa tertidur.

Jenaro meremat pakaiannya, "Aku ingin membebaskanmu, tapi aku lebih khawatir jika aku membebaskanmu, maka akan lebih sulit untuk memastikan jika kamu tertangkap lagi, hukuman tanpa kematian akan menjadi kemustahilan, Ren." Bisikan itu seharusnya terdengar, namun sang lawan berbicara enggan untuk membalas.

👥👥👥👥

Pagi hari, Jenaro telah menghilang. Ren yang ingat akan kalung miliknya mulai mengusapnya. "Hans?"

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang