XLV

1.9K 250 6
                                    

pelan, ayang!

XLV

★★★

Hades merebahkan tubuhnya dikasur miliknya, tidak tahu memikirkan apa, namun dirinya mulai berkata, "Ren sangat manis hari ini."

Dengan pejaman mata, Hades tersenyum dengan menghirup udara yang lumayan banyak, "Semakin banyak yang membantu, semakin besar keselamatanmu."

Hades menghilangkan rasa takutnya jika Ren memilih yang lain daripada dirinya, melupakan perasaannya dan membiarkan dirinya berusaha semaksimal mungkin untuk Ren.

Pria yang dulunya suka bermain-main ini, bukan main cintanya.

👥👥👥👥

Ren hanya berdiri didepan pintu kamar Hades setelah putra mahkota itu meninggalkannya tiba-tiba secara perlahan. Dirinya menunduk didepan pintu, dengan wajah sedihnya.

Setelah mendengar ucapan Hades, dirinya semakin merasa harus menuruti apa yang Hades katakan. Pria itu membuatnya merasa, bahwa apa yang dilakukannya mempunyai alasan khusus.

Jarlen yang berada dibelakang Ren, memperhatikan sejak sedari tadi, bertanya-tanya, mengapa Ren enggan untuk membuka pintu tersebut. Merasa penasaran dengan apa yang dipikirkan Ren kini tentang dirinya.

"Kenapa tidak membuka pintu itu?"

Ren berbalik, menatap Jarlen lalu mendekat selangkah pada pria itu. Bibirnya merapat, lalu terbuka untuk berbicara, "Arlen.."

"Katakan. Apa yang kamu inginkan, apa yang kamu ingin ketahui, katakan dan tanyakan padaku. Aku tidak akan menutupinya lagi."

"Ren menginginkan sesuatu."

Haruskah Jarlen berlapang dada untuk mendengarnya, atau ia harus berusaha dan berharap agar ingatannya dihilangkan setelah mendengar keinginan Ren padanya.

👥👥👥👥

Jarlen berjalan keluar, menatap kearah pepohonan tinggi menjulang, "Hades mendapatkannya. Kebahagiaan dan perhatiaan Ren. Bahkan untuk cemburupun aku tidak bisa melakukannya."

"Ren mengatakannya padamu juga?" Marko berjalan mendekat, untuk bersebelahan dengan Jarlen. Sama seperti Jarlen, dirinya merasa sakit hati mendengar apa yang Ren katakan pada dirinya juga.

"Aku ingin cemburu, aku ingin menunjukkannya. Tapi, saat Ren memohon seperti itu.. Bahkan aku tak bisa bersuara dan hanya mengangguk."

Marko tertawa tanpa candaan, "Aku iri, saat Ren memperhatikan seseorang seperti itu. Dirinya bahkan mengikuti Hades saat lelaki itu hanya berjalan sendirian. Tak ingin mengganggu Hades, bersembunyi saat Hades tak ingin diganggu. Memperhatikan dari jauh."

Jarlen dan Marko, sama-sama hanya bisa menerima. Menebus kesalahan mereka sebelumnya dengan menerima permintaan itu mentah-mentah tanpa bantahan, walaupun hati yang menjadi taruhan.

👥👥👥👥

"Lio.."

Ren menghampiri Marko dan Jarlen. Menatap keduanya dengan tatapan berbeda saat mereka bertemu tadi. Cukup membuat Jarlen merasa nyaman, dan membuat Marko dapat bernapas lega.

"Ya?"

"Antarkan Ren, bisa?"

"Ingin pergi kemana?"

Ren meremat tangannya, dengan ragu menjawab, "Aro."

Dan sekarang Jarlen dan Marko paham, apa yang Ren rencanakan. Pria kecil ini, sangat alami untuk menjaga sesuatu yang ia sayangi, Marko paham betul, bahkan dari energi yang Ren miliki.

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang