XXXVIII

2.1K 342 68
                                    

XXXVIII

★★★

Tavien mulai menggigit bibirnya, cemas. Sudah sehari Jovano tak kembali. Tangannya mulai meremas bagian bajunya tanpa sadar, perasaan ini benar-benar Tavien tak sukai.

"Tenang. Bangsa laut itu suka berkelahi sangat lama karena menggunakan air. Tetapi, jika sudah lima hari, mungkin kamu perlu cemas." Yang awalnya mencoba menenangkan, namun perkataan selanjutnya lebih mengkhawatirkan, memang Hades seperti pria tanpa pikiran.

"Memang kalau sudah lima hari, kenapa?"

Hades melihat kearah luar, mencoba menelisik, apakah ada tanda-tanda ayahnya akan mendekat, "Orang yang kamu sakiti itu, mungkin sudah pingsan karena kelelahan."

Jika terlihat Hades seperti tak khawatir, maka itu salah. Hades hanya mencoba mencairkan suasana. Dia yakin ayahnya sangat kuat, namun tetap saja! Perasaan tak nyaman juga dirinya rasakan. Namun, mengetahui bahwa Tavien seseorang yang ayahnya cintai, Hades perlu menyaring segala ucapan yang ia ingin sampaikan pada pria berambut merah tersebut.

Ren yang terduduk bersila itu memajukan bibirnya, "Hans, Ren lapar.."

Anak ini sudah sadar. Kata pertama yang ia ucapkan bahkan seperti tidak pernah merasakan sakit apapun setelah bangun dari acara tidak sadarnya. Benar-benar menakjubkan.

Hades mendekat, mengelus dan memangku Ren. Memanjakan Ren tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Mungkin didasari dengan perasaan khawatir membuat Hades tak ingin berbicara dahulu.

"Ingin memberikan Ren makan, tidak? Ren lapar! Kalau tidak mau, ya sudah!"

Ren itu... Banyak maunya. Tak diperhatikan saja sudah mulai menuntut ini dan itu. Tak mendapatkan ekspresi Hades yang gembira karena dirinya panggil saja, Ren sudah merasa Hades tak menyukainya.

"Bukan begitu. Minumlah."

"Bolehkah?"

Anggukan yang menjadi jawaban,

"Bolehkah?"

"Iya, Ren."

"Boleh tidak?"

Hades menghela napas, tetapi Ren malah memberikan reaksi berupa seringai kecil yang ia tampilkan sekarang. Hades kini mendekap Ren dengan erat, "Bayi vampir yang nakal."

Seperti orang yang ingin menghibur temannya, Ren menepuk-nepuk bahu Hades, seakan paham keadaan, "Hans jangan sedih. Ayahnya Hans akan kembali.. Ren tahu rasanya ditinggal ayah dan ibu.."

Hades melepaskan pelukannya, mengerutkan keningnya dengan sudut bibir yang sedikit tertarik keatas, "Kamu mengasihaniku?"

"Ren sedih. Pasti Hans ingin menangis, ya. Ren juga saat itu. Kalau Hans tidak memberitahu Ren, Ren pasti akan mengira ayah sudah mendapatkan anak baru!" Ekspresinya berubah marah, saat ia kembali mengingat bahwa ayahnya suka mengancamnya.

"Kamu sudah lebih dari cukup, Ren."

"Iya, kan? Seharusnya ayah berpikir begitu.."

Hades sebenarnya tidak ingin membuat Ren sedih, namun balasan tadi membuatnya memejamkan mata dengan senyumannya, "Kepercayaan dirimu tentang hal itu sungguh membuatku ingin memakanmu, menggemaskan."

"Vampir tidak bisa dimakan." Sela Ren membenarkan.

"Bukan maksudku– Yah.. Benar."

Tahan Hades. Tavien masih disini. Kini doa Hades telah berubah, dari "Semoga ayahku baik-baik saja." menjadi, "Bawalah pergi kekasihmu dan biarkan aku berdua dengan Ren, ayah."

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang