XXVII

4.4K 633 93
                                    

jangan lupa pelan-pelan ya syg

XXVII

★★★

Hades berjalan-jalan santai. Diantara yang lainnya, ia lebih pantas disebut menikmati waktunya sendiri. Diantara segala ketegangan yang ada, ia bersikap seperti orang yang menikmati keadaan tersebut.

Permasalahan terkait serigala gila itu sebenarnya tak ada sangkut pautnya dengan bangsa merman sendiri. Jatuhnya, Hades hanya sebagai saksi penengah disini.

Hades selalu memperhatikan setiap kejadian yang terjadi. Ayahnya yang meminta dirinya untuk bersikap akrab dengan bangsa lain, terasa pengecut jika hanya hal itu yang Hades lakukan.

Ia terasa lebih pintar dan licik daripada ayahnya. Tentu ia perlu pendekatan dengan bangsa lainnya, tetapi tak lebih dari membaca situasi dan mencoba mencari celah. Bersikap baik saja tak cukup untuk mempertahankan posisinya.

Hades tak pernah menyalahkan kelakuan ayahnya yang naif. Karena dari dulu, setiap hal yang ayahnya lakukan, tak selalu menjadi hal yang ayahnya inginkan. Campur tangan kakeknya menjadi penentu dalam gerak-gerik ayahnya.

Hades tak seperti ayahnya. Seseorang yang keras kepala dan semaunya ini lebih memikirkan diri sendiri. Apalagi, terkadang ayahnya yang selalu diam-diam melindunginya membuat Hades semakin menjadi dengan sifat semaunya.

Jika mengingat bahwa Hades tak sebodoh itu saat ayahnya melindungi dirinya, membuat Hades seperti merasa berhutang budi. Seakan kebahagiaan ayahnya termasuk tanggung jawabnya. Jika ayahnya tak dapat melakukannya, ia yang akan membantu ayahnya sebagai tanda terima kasih untuk tak bersikap seperti kakeknya.

"Tavien.. Selera ayah sangat bagus." Sedikit tak percaya sebenarnya saat ayahnya mengatakan bahwa Tavien juga menyukainya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana jika Tavien yang sopan dan ramah itu bersama dengan ayahnya.

Hades mendesis bingung, "Apakah vampir memang sangat menawan, atau aku dan ayah yang tidak tertarik dengan bangsa sendiri?"

"Ren sangat menawan. Anak nakal yang ingin bermain air itu benar-benar membuatku tertarik."

"Bersabarlah, Hades. Ada saatnya kamu bisa memanfaatkan situasi."

Jika ditanya hatinya panas atau tidak melihat Jarlen dan Marko yang leluasa menyentuh Ren, maka jawabannya sudah jelas. Kesabarannya di uji dengan baik saat ia melihat Jarlen dan Marko.

"Kenapa mereka tidak melanjutkan kekacauannya? Apa sedang membuat rencana? Lama sekali, bodoh."

👥👥👥👥

Ren tadinya masih bersama Jarlen, namun aroma manis menghampiri penciumannya yang membuat anak itu pergi dari kamarnya saat sebelumnya Jarlen memintanya untuk tetap berada didalam kamar.

Pintu milik Ren, ia buka perlahan. Takut jika Jarlen memergokinya dan memarahinya lagi. Kepala itu menyembul melihat ke kanan dan ke kiri. Dirasa aman, ia berdiri tegak dan tersenyum bangga.

"Mau kemana?"

"Oh?" Suara Ren terdengar terkejut, tetapi perasaan takut itu sirna saat ia melihat seseorang didepannya.

"Aro!"

"Mau kemana, vampir kecil?"

"Ren tadi mencium bau manis! Milik Aro?"

Jenaro menatap telapak tangannya, sebelum ia menghampiri Ren, ia memang tak sengaja melukai tangannya. Ternyata jika Jenaro berdarah, bau itu semakin menguar manisnya membuat Ren menelan ludahnya lapar.

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang