LII

1.4K 205 36
                                    

ini seriusan yang, kamu harus pelan-pelan.

LII

★★★

Ren yang memegang belati itu dihampiri yang lainnya. Lars bahkan melolong kencang, membuat serigala lain bersautan dengan suara yang menyedihkan. Entah apa artinya, namun kejadian selanjutnya membuat semua mata melebar.

"Arlen, lepaskan..."

Jarlen membiarkan tangannya memegang tangan Ren dengan erat, melingkari telapak tangan itu dengan tangan besarnya. Belati dengan sekejap mendekat pada leher Jarlen, membuat Ren menahan tangannya yang hampir saja mengakibatkan belati itu menyentuh bagian leher Jarlen.

"Arlen!"

"Aku masih akan tetap hidup. Percaya padaku. Lakukan sesuai yang aku inginkan."

"Tidak mau! Lepas!" Ren berusaha kuat menarik tangannya. Bagian tajam itu secara lambat mengenai bagian leher Jarlen karena kekuatan tubuh Ren yang tak cukup kuat jika dibandingkan dengan Jarlen.

Hades membiarkan airnya memberikan batas antara mereka dengan rakyatnya. Dengan gugup dirinya menatap Ren yang berusaha menarik tangannya agar menjauhi leher Jarlen, Ren pasti tak menyukai keadaan ini. Hades terpaksa membiarkan Ren berusaha menghindari Jarlen, dan ia hanya bisa menatap sambil menyalahi dirinya sendiri yang berdiam diri tanpa bisa membantu Ren.

"Kami menyerahkan kehormatan dan kekuasaan kami padanya. Kami berada dibawah kakinya, siapapun yang berani menyentuhnya, mereka seharusnya siap menghadapi kematian."

Jarlen menggoreskan lehernya. Jenaro membiarkan Lars menghancurkan bagian taringnya. Bahkan Marko juga melakukan hal yang sama dengan Jarlen. Sebuah bentuk kekalahan sebutannya, setiap pemimpin memiliki tandanya masing-masing. Mereka mengisyaratkan kekalahan didepan Ren. Sebuah bentuk penyerahan diri secara suka rela.

Berharap, kekuasaan benar-benar sudah diberikan pada Ren sehingga para rakyat harus patuh pada pemimpin baru. Jika hal ini juga tidak bisa mempengaruhi mereka untuk menerima keadaan, maka hal terakhir adalah mereka pergi menjauh dari sana, dan menghilang selamanya dari hadapan para rakyat.

Bagaimana bentuk kekalahan dari bangsa merman sendiri? Sedikit menakutkan jika dibayangkan, namun pemotongan bagian tangan yang memiliki tanda, adalah bentuk kekalahan. Mereka akan merasakan kesakitan, lalu mati hingga kehabisan darah jika dibiarkan.

Marko sengaja menempatkan bagian paling beresiko sebagai pilihan terakhir jika negosiasi miliknya tak membuahkan hasil. Namun, ia ingin melakukan negosiasi dahulu setelah penyerangan tadi, tetapi Jarlen dengan gegabah melakukannya seakan tak memberikan jeda untuk menekan rakyat mereka agar menerima keputusannya. Jarlen lebih suka memaksa dan tak memberikan pilihan, seakan merasa bahwa ancaman akan lebih mudah dilakukan daripada sebuah bujukan. Gertakan inilah yang membuat Jarlen berperan penuh pada hal penyiksaan tahanan dahulu, selain karena kekuatannya yang mampu memahami emosi itu, pria ini juga lebih tak berperasaan dari pada Marko yang lebih memilih membaca buku.

Marko hanya memejamkan matanya, mau tak mau dirinya harus mulai mengikuti agar rencana mereka tak hancur begitu saja dengan membuat keempatnya mati ditempat. Pemikiran gila dari Jarlen dengan sifat nekatnya yang berpikir lebih baik mati daripada tak diterima ini, akan menjadi tindakan terburu-buru dengan resiko besar. Marko merasa bahwa mereka masih bisa memgulur waktu, tetapi dirinya tak mungkin berdebat dengan Jarlen yang kini untuk mengeluarkan kekuatannya saja, mungkin saja sulit.

Semua bentuk kekalahan, amat sangat menyakitkan. Bahkan untuk bangsa vampir sendiri, mereka mungkin tak akan bisa makan dengan benar selama beberapa tahun akibat bagian leher yang terluka. Yang paling parah, mungkin kematian perlahannya bangsa vampir sehingga mereka harus tertidur dalam waktu yang lama. Sangat lama, bahkan sebutan kematian abadi dengan jasad utuh akan menjadi sebuah kutukan.

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang