XXX

3.6K 526 37
                                    

pelan, Main squeeze.

XXX

★★★

Hades menggaruk keningnya yang tak gatal. Merasa Jenaro lumayan bodoh daripada dirinya. Ingin memukul dan membuat orang didepannya tenggelam dalam air lautnya. Namun sangat disayangkan, Jenaro adalah pemimpin bangsa serigala, jadi ia tak bisa berbuat macam-macam jika Jenaro hilang tiba-tiba.

Seperti sudah sifat, sebelum memberikan saran, pasti Hades akan lebih dulu meledek dan menikmati setiap perkataan yang keluar untuk mengatai temannya ini, "Bodoh. Semaunya. Ingin sesuatu tapi tidak tahu cara menjaganya. Otakmu itu isinya apa? Pemimpin serigala hanya tahu strategi perang saja, sehingga kebodohan pada hal lain sudah sampai level maksimal?" Berharap Jenaro menjadi pintar karena perkataannya tentu termasuk hal bodoh.

Jenaro terkadang tak berhati-hati. Mungkin karena sifatnya yang lebih suka menyerang terang-terangan, sehingga lelaki itu yakin bahwa dirinya dapat melawan siapapun.

Didunia ini, cukup banyak perbedaan dalam pemikiran seseorang yang memungkinan banyaknya cara mereka dalam mengalahkan lawan. Jenaro seharusnya tahu jika ia bisa saja kalah oleh salah satu pemikiran orang lain nantinya jika ia tidak waspada.

"Mau sampai kapan kamu memarahiku?"

Hades tersenyum remeh, "Cepat atau lambat, perilaku impulsifmu akan membuatmu kesusahan sendiri. Yah.. Asal tak melibatkanku, sebenarnya tak apa, sih." Hades mengedikkan bahu. Ia juga tidak terlalu peduli jika temannya ini mendapatkan masalah. Karena, Jenaro dari dulu tidak pernah melakukan sesuatu yang melenceng dari peraturan yang ada, itu membuat Hades merasa Jenaro layaknya pria yang tak bisa menghibur dirinya sendiri.

"Aku akan lebih berhati-hati."

"Jenaro."

"Apa?"

Kali ini, tatapan itu menjadi serius, Hades sudah merasa cukup untuk menghina, "Tidak tahu, aku salah melihat atau apa, sepertinya yang memperhatikanmu dengan Ren tidak hanya satu orang. Berhati-hatilah."

👥👥👥👥

Hari terakhir, dimana bangsa lain harus kembali pada wilayahnya masing-masing. Berkumpul di halaman luas untuk berpamitan. Jenaro menatap sekeliling, memastikan semua orang yang datang sudah lengkap dan tatapan itu berhenti sedikit lebih lama kearah seseorang dengan jubah berwarna merahnya.

Warna yang sama dengan mata itu terlihat mencolok. Badan yang paling kecil diantara vampir yang datang. Berada di tengah antara Marko dan Jarlen.

Ren membenarkan letak jubahnya yang terhempas angin. Memang selalu kesulitan perihal jubahnya sendiri, Ren benci memakai benda ini ditubuhnya. Angin begitu kencang yang membuat Ren bahkan pasrah, membiarkan jubah itu mengganggu penglihatannya sekarang.

Terlihat manis. Bahkan saat angin itu menerpa yang membuat tudung dari jubah itu terjatuh. Kesenangan Jenaro tak begitu lama ia rasakan saat Marko mengelus pipi Ren karena anak itu memejamkan mata kala angin mengenai wajahnya.

Marko, siapapun akan senang jika kamu memperhatikan seseorang seperti perhatian kecilmu pada Ren. Karena sekarang pria itu menghalangi angin dengan tubuhnya. Memakaikan lagi tudung itu pada kepala Ren.

Pemandangan yang cukup membuat Jenaro merasa cemburu. Tangannya bahkan mulai mengepal erat dan dengan cepat mengalihkan pandangan agar ia bisa mengontrol emosinya.

"Emosinya mengganggu suasana." Jarlen berkomentar pelan.

👥👥👥👥

Ren kali ini sendirian. Tidak mengajak Tavien jalan-jalan karena pria itu entah sedang sibuk melakukan apa setelah mereka kembali ke kastil.

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang