LIII

1.8K 210 9
                                    

pelan ya, baby

★★★


Lars mendekati Ren, memberikan jilatan pada lengan Ren seakan memberitahukan bahwa Lars berada disebelahnya. Ren dengan wajah yang khawatir, memegang bulu hitam lebat itu, "Lars.." matanya menatap bagian mulut milik Lars yang tersisa darah, "Sakit?" Lars hanya semakin mendekatkan diri dan menikmati elusan Ren.

Marko yang menatap Ren, dirinya menunduk seperti tak ingin menatap wajah sedih itu. Lidahnya seakan tak ingin berucap kembali dan mulai menyalahkan diri. Ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tak membuat Ren kembali merasakan kesedihan sebelumnya, namun kini ia melanggarnya.

"Aku pikir, bertukar pikirannya sudah selesai. Jika mereka masih tidak bisa menerima Ren, atau menerima hubungan diluar bangsa, satu-satunya cara... Kita pergi meninggalkan tempat ini."

"Pergi, Hans?" Ren menoleh cepat, ia menolak usulan Hades. Hal ini pasti akan membuatnya semakin jauh dengan orang tuanya. Perasaan marah itu kembali menguasai Ren. Mereka adalah penyebab Ren kesulitan menemui orang tuanya.

"Kita tidak mungkin membuat peperangan, Ren. Mau bagaimanapun, mereka masihlah rakyat kami."

"Ayah? Ibu?"

"Aku akan mencoba membawa mereka setelah ini."

Marko mengangguk, menatap Ren yang menempel pada Lars seakan berlindung. Wajahnya sedikit menampilkan kemarahan yang membuat Marko mengerutkan kening. Ren membenci saat dirinya kehilangan harapannya lagi untuk bertemu orang tuanya. Ini bukanlah kesalahannya, namun ia harus menanggung dan bersusah payah membiarkan dirinya menahan kesabaran hanya untuk bertemu orang tuanya.

Ren menggelengkan kepalanya, menolak perkataan Hades, dirinya sudah cukup sabar dari dulu untuk menahan diri agar mendapatkan waktu yang tepat untuk bertemu orang tuanya, "Tidak! Ayah dan ibu tidak akan bisa menemui Ren dengan leluasa jika mereka masih memusuhi Ren! Ayah dan ibu akan terluka!"

"Ren.. Aku pastikan mereka—"

Ren maju dengan amarahnya mendekati para rakyat yang menatapnya bukan lagi dengan kebencian itu. Ren kini merasakan kekesalan karena harus kesulitan menemui orang tuanya yang bahkan tak pernah melakukan kesalahan apapun. Ketidakadilan ini disebabkan karena orang tuanya diserang oleh bangsa serigala sehingga dirinya harus bersusah payah hanya untuk bertemu mereka. Ren tidak ingin lagi harus mengulur waktu lebih lama.

Jika disimpulkan, kesalahan ini bukanlah dirinya yang memulai. Rasanya tak adil, dirinya bukanlah seorang penyusup atau pengganggu. Semua orang seperti menghalanginya bertemu ayah dan ibu. Ren terlihat marah, ia mengerutkan keningnya.

"Karena hal ini, Ren tak bisa menemui ayah dan ibu. Karena kalian, Ren harus berhati-hati untuk menemui ayah dan ibu! Kalau kalian tidak ada, ayah dan ibu bisa menemui Ren!"

Kabut hitam itu kian menjadi, walaupun awalnya berwarna biru, namun gumpalan itu menggelap dan berubah menjadi hitam. Menyesakkan, membuat suara napas tersegal terdengar. Kemarahan Ren yang diperlihatkan ini membuat Jarlen kelabakan. Emosi tak stabil dengan kekuatan besar ini, sedikit mengandung kebencian jika dilihat dari ekspresi wajah Ren.

Hades tak mampu untuk menahan Ren. Anak itu pasti memendam rasa marah yang besar, apalagi dengan luka yang dialami ketiga orang lainnya. Hades tak ingin memarahi Ren untuk hal ini, dirinya tak tega dan tak memiliki kuasa.

Namun, pria serigala ini dengan cepat berlari. Lars mencoba menarik perhatian Ren yang menatap benci para rakyatnya. Lars mencoba untuk membuat Ren melihat, siapa saja yang terkena imbas dari kekuatan Ren.

Tentunya kalian masih mengingat, alasan Jenaro melarang Ren untuk memiliki kekuatannya. Bangsa vampir, jika mengerahkan seluruh kekuatannya hingga mencapai titik dimana mereka mengeluarkan seluruh energi yang ada, maka mereka akan tertidur dalam waktu yang lama atau hancur menjadi debu. Jenaro pikir bahwa dengan kemarahan dan minimnya pengendalian kekuatan, maka Ren akan cepat mencapai titik tersebut.

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang