kangen ya kamuuu
★★★
Jarlen yang dipegang erat oleh Ren ini, terkekeh pelan. Ren benar-benar tak berani melawan ibu dan ayahnya. Mungkin ia takut dicubit atau dimarahi dari pagi sampai malam? Ren pernah melakukan hal nakal sebelumnya saat ia masih menjadi manusia, dan berakhir ayahnya menahan semua permen miliknya selama seminggu. Untuk Ren yang saat itu masih kecil, tentunya itu adalah hal yang paling menakutkan baginya.
Ren merapatkan bibirnya dengan wajah yang separuhnya berada dibelakang tubuh Jarlen. Ia sepertinya berpikir, Jarlen bisa menghentikan kemarahan ayahnya karena Jarlen termasuk pria pemarah. Ayahnya menghormati Jarlen dan Marko, sehingga Ren mengandalkan mereka. Seharusnya yang Ren pahami disini, Christian menghormati semuanya kecuali Ren sendiri.
"Arlen... Bantu, Ren." Ren berbisik dengan matanya yang sesekali mencuri pandang kearah ayahnya.
"Ingin pergi dari sini selagi Marko menjelaskan?"
"Apakah ayah akan marah?"
"Mau taruhan? Berikan ciuman jika aku berhasil melakukannya tanpa membuat ayahmu marah."
"Kalau Arlen salah?"
"Kamu lapar? Mau meminum darah ditubuhku sepuasnya?"
Jarlen berdiri, berjalan beberapa langkah mendekati Christian, "Mungkin hal ini bisa dibicarakan dengan Marko. Aku akan meninggalkan tempat ini sebentar, aku juga membawa Ren bersamaku untuk membantu mengambil beberapa buku di perpustakaan. Apakah tidak masalah jika Ren mambantu pekerjaanku, Christian?"
"Membantu... Silakan... Ren bisa membantu Tuan Jarlen. Ren, bantu cepat!" Christian yang dimintai seperti itu, merasa terhormat jika Ren bisa membantu pekerjaan Jarlen. Dengan cepat Christian menyuruh Ren ikut tanpa berpikir. Sepertinya Christian benar-benar sangat menghormati Jarlen dan Marko sehingga dengan mudahnya menerima.
Jarlen tersenyum tipis, lalu menoleh kebelakang, "Ren," panggilan itu membuat Ren berdiri lalu mengikuti Jarlen dari belakang dengan perasaan leganya.
"Huh... Menakutkan."
👥👥👥
Ren menengok kekiri dan ke kanan, mencoba memastikan bahwa tidak ada orang lain diperpustakaan. Ia masih saja takut jika ayahnya mengikutinya seakan tak percaya bahwa ia bisa membantu Jarlen. Christian tetaplah Christian yang akan mencubit Ren jika nakal dan memarahi anak itu, serta akan berhenti saat Ren mulai menangis dan mengadu pada ibunya. Ren bukan anak kecil lagi, tapi dia tetap masih takut jika dimarahi!
"Arlen, mau peluk?"
"Iya, tapi Aku mau cium juga."
"Ren yang mau peluk."
"Nadamu seperti bertanya tadi." Jarlen memeluk tubuh itu, Ren mengangkat kakinya sehingga kini Jarlen menjadi menggendong Ren.
"Jangan langsung mengangkat kakimu," Jarlen dengan tanggap memegang pinggang itu agar Ren tidak merosot kebawah. Matanya mencari tempat untuk dirinya duduk sehingga bisa memangku Ren. Tangan Ren kini melingkar di leher Jarlen, dan menunggu Jarlen untuk dapat duduk dikursi panjang yang ada disana.
Saat pria itu duduk, Ren langsung membiarkan kepalanya bersandar pada dada Jarlen, "Arlen." kepalanya bergerak tak bisa diam seperti ingin mencari tempat yang nyaman.
"Diam."
"Iya, Arlen."
Ren yang diam saja tak membuat Jarlen mencoba memecahkan keheningan. Dirinya sibuk menciumi kepala Ren dan mengelus punggung itu. Beberapa waktu, setiap mereka bisa berduaan, biasanya diisi dengan tingkah nakalnya Ren, atau mereka berjalan-jalan dengan Ren yang sibuk melihat sekelilingnya sehingga Jarlen berada dibelakang. Sekarang saat mereka tak kemana-mana, Ren seperti lebih memilih menyandarkan tubuhnya pada Jarlen.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WORLD
Romance🔞BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN SESUAI DENGAN UMUR🔞 ♤NoRen, JaemRen, HyuckRen, MarkRen♤ Berawal dari seorang vampir kecil yang datang kekawanan serigala, hanya mengikuti insting laparnya terhadap bau manis yang tercium olehnya. Bagaimana bisa menjadi...