pelan-pelan aja ya.
CHAPTER XIV
★★★
Ren berniat menghampiri Tavien hari ini untuk bermain. Mengetuk pintu itu dan menunggu didepan pintu kamar milik Tavien. Sungguh, Ren hanya mau bermain dengan Tavien dibanding Marko dan Jarlen. Tavien akan mengajaknya berjalan-jalan, sedangkan Marko dan Jarlen tidak memperbolehkannya keluar dari kamar.
"Ien? Tidur?" Ketukan pada pintu itu terjadi lagi. Hingga beberapa saat, sekitar 5 menit pintu itu terbuka menampilkan Tavien dengan senyuman manisnya.
"Maaf, aku sedang mengganti baju."
"Tidak apa-apa! Ien, ajak Ren berjalan-jalan... Ren ingin bertemu ayah dan ibu."
"Sudah izin pada Marko dan Jarlen?"
"Sudah!" Bohong. Ren tidak mau izin! Pasti dilarang. Kalau izin pasti Marko dan Jarlen akan menggendongnya dan kembali memasukkannya ke kamar. Tadi saja saat Ren bilang ingin bermain dengan Tavien, Jarlen sibuk memeluk badannya dengan erat. Membuatnya tak bisa bergerak. Tapi untungnya, Marko dan Jarlen akan berakhir mengalah pada Ren walaupun harus memperdebatkan hal itu sangat lama.
"Ayo."
👥👥👥👥
"Ibu! Ayah!" Ren memeluk ibunya yang menatapnya dengan wajah yang terkejut.
"Ren?" Christian mengelus kepala Ren dengan sayang. Istrinya pun sudah meneteskan air matanya. Mereka terkejut dengan kedatangan Ren yang tiba-tiba saat mereka juga hendak mencari Ren kembali pagi ini.
"Selamat siang, Christian." Tavien tersenyum menyapa.
"Maaf?"
"Saya Tavien." Christian yang melihat pakaian yang dipakai Tavien menyadari sesuatu, bahwa Tavien merupakan salah satu bangsawan.
Christian menundukkan kepalanya, "Selamat siang, tuan. Terima kasih sudah mengantar anak kami, saya benar-benar berterima kasih." Raut wajah senangnya tak bisa tertutupi kala anaknya kembali ia lihat. Dengan tubuh yang mulai meninggi, membuat Christian menyesal melewatkan pertumbuhan cepat yang dialami anaknya. Ia ingin melihat Ren setiap hari, melihat setiap centi yang Ren lalui. Tetapi karena Ren hilang begitu saja kemarin, ia tidak bisa melakukan itu.
Tavien menaikkan alisnya, ia tidak tahu masalah apa yang terjadi sampai Christian berterima kasih padanya, Marko dan Jarlen tidak menjelaskan tentang Ren yang tiba-tiba berada didalam kastil. Tapi, ia mencoba untuk menutupinya, ia akan bertanya pada Marko dan Jarlen nanti, "Tidak masalah. Aku senang bisa membantu." Yah, lebih baik menjawabnya seperti itu. Saat pulang nanti, mungkin ia akan menyerang Jarlen dan Marko dengan beberapa pertanyaan.
"Ien! Ayo, Ren kenalkan pada teman-teman!" Ren berusaha turun dari gendongan ibunya dan beralih menarik jubah milik Tavien. Terlihat sangat bersemangat.
"Ien?" Christian mengulang panggilan itu.
"Ayah! Nama tuan ini, Ien." Ren menunjuk Tavien disebelahnya, memberitahukan ayahnya siapa yang ia maksud.
"Dia memberikan nama panggilan untukku." Jelas Tavien.
"Ren, itu tak sopan." Tegur ibunya.
"Tapi-"
"Tidak masalah." Tavien mencoba membuat suasana tidak canggung. Melihat ibu dan ayah Ren yang menatapnya khawatir. Ren ini memang terkadang seenaknya membuat panggilan nama untuk seseorang, membuat ayahnya selalu mencubit pipinya.
"Ayah, kata Ien tak masalah, jangan cubit pipi Ren!" Ren merapatkan tubuhnya pada Tavien, bersembunyi dibelakang tubuh Tavien. Ia paham betul kalau ayahnya akan menghukumnya setelah ini, jadi dengan cepat ia mencari pembelaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WORLD
Romance🔞BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN SESUAI DENGAN UMUR🔞 ♤NoRen, JaemRen, HyuckRen, MarkRen♤ Berawal dari seorang vampir kecil yang datang kekawanan serigala, hanya mengikuti insting laparnya terhadap bau manis yang tercium olehnya. Bagaimana bisa menjadi...