XXVI

4.5K 673 84
                                    

kalo pelan-pelan aja, kamu bisa kan?

XXVI

★★★

Jenaro mengangkat tubuh Ren, menggendongnya dibagian depan tubuh milik Jenaro. Lelaki itu berjalan kearah kasur yang seharusnya menjadi tempat istirahat Ren.

"Aro.."

"Hm?" Kerinduan yang tak tertahankan membuat Jenaro sibuk menciumi pipi dan leher milik Ren. Membuat ia bahkan tak fokus dengan Ren yang memanggilnya.

"Aro, Ren ingin bicara!" Tangan itu menahan gerakan Jenaro. Membuat pria itu berhenti dan kembali menatap Ren yang menatap dirinya serius.

"Apa, Ren?"

"Ren tidak ingin bertemu Aro."

Tatapan Jenaro terasa mendingin kala mendengar ucapan itu keluar dari mulut seseorang yang ia rindukan, "Alasannya?"

"Apa?"

"Alasanmu mengatakannya itu apa, Ren?"

Ren sedikit menjauhkan dirinya, "Arlen bilang, hubungan terlarang akan membuat Ren kehilangan ayah dan ibu. Ren tidak mau.. Arlen dan Lio bilang, kalau Ren masih mendekati Aro, nantinya.. Ayah dan ibu Ren dalam bahaya." Ren menatap dengan keberanian yang ia punya, lalu meremat bagian lengan Jenaro, "Ren tidak jadi mencintai Aro seperti yang Ren bicarakan sebelumnya. Apakah itu bisa melindungi ayah dan ibu?" Kekhawatiran Ren tentang orang tuanya membuatnya menatap Jenaro seakan Jenaro bisa memastikan kalau hal itu benar dilakukan.

"Apalagi yang dikatakan mereka?"

"Ren harus menjauhi Aro."

Jenaro menatap kearah lain. Perasaan ditolak ini membuatnya kesal. Ia bahkan sudah ingin berjuang untuk mendapatkan Ren yang bahkan hal itu terdengar mustahil baginya.

"Ren tidak ingin bertemu denganku lagi?"

Seperti dituduh sesuatu, Ren menggeleng kencang, "Bukan begitu, Aro. Ren hanya tidak ingin ayah dan ibu terluka."

Jenaro memejamkan matanya, "Aku juga tidak ingin." Tangan milik Jenaro beralih mengelus pipi Ren perlahan, "Ren, bukankah akan lebih mudah jika aku bukan seorang pemimpin bangsa serigala?"

Jenaro kembali melanjutkan, "Aku tahu betul maksud dari Jarlen dan Marko. Orang dengan golongan yang bukan bangsawan akan dibinasakan agar membuat peringatan pada yang lainnya, aku tidak ingin kamu diperlakukan seperti itu. Tapi, aku bisa apa?" Jenaro menelan salivanya, tenggorokannya terasa kering. Ia bahkan tak bisa menghilangkan perasaan miliknya sendiri.

"Aku–Aku tak bisa menahannya, Ren. Aku tidak bisa menahan perasaanku. Aku tidak bisa seperti Tavien yang akan mengikhlaskan orang yang ia cintai bersama yang lainnya. Aku bisa apa? Aku sudah mencobanya." Suara itu tercekat menggambarkan keputusasaan.

"Bisakah tetap seperti ini? Aku janji akan merahasiakan segalanya. Jika tidak ada yang mengetahui hal ini, kamu tidak perlu takut terhadap apapun kedepannya." Ucapan yang terdengar kelabakan mencari cara untuk mempertahankan Ren agar tak meninggalkannya.

Ren menggigit bibirnya, ia juga merindukan Jenaro yang memeluknya, Jenaro yang memanjakannya, Jenaro yang tersenyum padanya. Tapi ia lebih takut kehilangan orang tuanya.

"Ren sebenarnya tidak mau melakukannya." Suara pelan itu terdengar ditelinga Jenaro.

"Ya, jangan lakukan. Ku mohon."

"Apakah benar-benar tidak akan ketahuan?" Ren mencoba memastikan.

"Aku akan berusaha melakukannya, jadi jangan menjauhiku."

THE WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang