pelan-pelan.
CHAPTER XI
★★★
Jarlen, Marko, dan Tavien sudah memutuskan untuk mengawasi Ren kemanapun anak itu pergi. Bergantian menjaga. Ren yang duduk dikasur tengah memperhatikan Jarlen yang hanya menatapnya.
"Arlen marah karena Ren pergi kemarin, ya?" Kaki itu bergoyang, "Ren hanya bosan, Ren tahu arah kembali ke kamar." Penjelasan pelan itu terdengar sebenarnya, tetapi Jarlen enggan membalasnya. Bukan masalah itu yang membuatnya diam, ia sedang berpikir bagaimana tetap menjaga Ren saat perjamuan selesai.
Tidak ada alasan yang memperkuat Ren untuk tetap tinggal di kastil ini. Orang-orang akan bertanya nantinya. Bagaimana bisa vampir baru dengan kekuatan yang tidak jelas berada di kastil para bangsawan.
"Ren."
"Iya, Arlen?"
Jarlen mendekat, berjongkok didepan Ren yang matanya mengikuti pergerakan Jarlen. "Jauhi alpha Jenaro dan putra mahkota Hades."
"Kenapa, Arlen? Ren suka bermain dengan mereka. Nanti-"
"Tidak, Ren. Keselamatanmu lebih penting. Jangan sampai orang lain tahu hal ini. Memang alpha Jenaro tidak masalah dengan kemampuanmu, tetapi jika para tetua bangsa serigala mendengar hal itu, mereka akan membunuhmu tanpa berbicara dengan alpha Jenaro."
Para tetua. Alpha memanglah yang paling kuat. Namun pendapat para tetua tidak bisa diremehkan. Mereka mengacu pada buku yang bersifat mutlak tanpa bantahan. Bagi alpha sekalipun, jika melanggar dan melakukan kesalahan, harga diri menjadi taruhan. Seorang manusia serigala menjunjung tinggi aturan. Seorang alpha melakukan segalanya sesuai dengan tugas yang diberikan. Bukan menjadi seorang pemimpin yang semena-mena, mereka penuh tanggung jawab. Para tetua sudah seperti penasehat yang pendapatnya sangat diperhatikan.
Jenaro mungkin tak masalah bagi Ren, tetapi jika para tetua sudah melakukan rencananya, maka itu bisa saja hal tersembunyi yang susah untuk diketahui. Jenaro mampu melawan secara fisik, tetapi ia tidak bisa membaca pikiran orang lain. Bisa saja rencana yang tidak Jenaro ketahui akan terlaksana.
"Dibunuh? Tetapi Ren kemarin bersama Aro dikastil milik Aro."
"Itu karena kamu belum diketahui para tetua, Ren. Mereka tidak mengetahui kemampuanmu, bahkan ayah Jenaro pun tidak mengetahui dirimu yang bersama dengan alpha Jenaro. Dengar, ayah dan ibumu bisa dalam bahaya jika kamu tidak menjauhi alpha Jenaro dan putra mahkota Hades." Jarlen mengatakannya dengan serius. Kekhawatiran terasa dalam ucapannya.
"Ayah? Ibu?"
"Ya. Tetaplah dikamar dan jangan keluar sampai perjamuan selesai. Masih ada waktu dua hari lagi." Jarlen mengusap pipi Ren yang terlihat sedih saat mendengar perkataannya tadi, "Aku tidak bermaksud membatasimu."
Ren menatap kearah lain, lalu bersuara pelan, "Arlen, Ren ingin bertemu ayah dan ibu."
"Aku berjanji setelah perjamuan selesai, kamu akan menemui mereka."
"Terima kasih, Arlen."
👥👥👥👥
Hades sudah menunggu selama dua jam. Ia menunggu pintu itu terbuka oleh sebuah tangan kecil dengan senyuman cerianya. Tetapi sampai sekarang pun Ren tidak menunjukkan dirinya.
"Dimana, Ren? Kemampuan berenangmu masih belum sempurna, kamu tidak diperbolehkan meninggalkan gurumu begitu saja." Bisik Hades. Ia masih terus menatap kearah pintu itu.
"Apakah kamu sudah bosan? Aku bisa membiarkanmu bermain dengan siripku Ren." Suasana hatinya memburuk. Tinggal dua hari ia bisa bersama dengan anak itu. Ren pasti akan diawasi karena pernah hilang sebelumnya, dan itu pasti membuat Hades kesulitan untuk bertemu dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WORLD
Romance🔞BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN SESUAI DENGAN UMUR🔞 ♤NoRen, JaemRen, HyuckRen, MarkRen♤ Berawal dari seorang vampir kecil yang datang kekawanan serigala, hanya mengikuti insting laparnya terhadap bau manis yang tercium olehnya. Bagaimana bisa menjadi...