|||
—Ji Ran Pov—
Pagi-pagi sekali aku bangun dari tidurku. Melihat ke sisi kananku di mana Namjoon masih berbaring dengan pulas dengan satu tangannya yang memeluk pinggangku. Untuk beberapa detik aku tidak bergerak hanya sekadar melihat wajah pulasnya.
Sejak semalam—saat Namjoon sudah tenggelam dalam tidurnya, aku tidak berhenti menangis. Membayangkan bahwa sebentar lagi kami akan berpisah hanya karena takdir yang tak seirama dengan keinginan kami. Padahal aku sudah begitu bahagia bisa memiliki Namjoon seutuhnya tapi ternyata semesta suka bercanda pada kami. Ia hanya memberi kami waktu sebentar untuk saling memiliki lalu setelah itu dengan kejamnya memisahkan kami seperti ini.
“Maafkan aku.” bisikku.
Aku mengecup kening Namjoon dengan lembut lalu mengusap pipinya sebentar. Setelah itu aku bangun dan memakai pakaian rapi.
Seharusnya aku masih memiliki waktu sehari lagi sebelum aku pergi tapi kupikir jika aku harus menunggu satu hari lagi—aku tak yakin aku bisa bertahan. Jadi aku memutuskan untuk pergi lebih cepat agar semua selesai.
Sekali lagi aku menatap Namjoon yang masih tidur dalam posisi yang sama. Aku mengucapkan selamat tinggal dalam hati setelah itu keluar dari kamar dan meninggalkan apartemenku sambil menggeret koper yg telah ku siapkan semalam.
Aku memesan taksi lalu berangkat menuju bandara. Aku sungguh-sungguh akan meninggalkan Korea. It's cruel but never mind.
.
.
Aku tiba di bandara satu jam sebelum pesawat yang kutumpangi akan berangkat. Aku melakukan beberapa prosedur keberangkatan—setelah itu diperbolehkan menunggu di ruang tunggu before masuk ke dalam pesawat.
Saat sedang menunggu tiba-tiba Yana menelponku.
“Halo.” sapaku.
“Kau sudah berangkat?”
“Ya. Aku sudah di bandara.”
“Ji, are u serious? Apa tidak ada cara lain selain meninggalkan Korea? You can go to another town.”
Aku tersenyum sekilas dan menyahut, “I can't. Ibu Namjoon tidak pernah main-main dengan ucapannya. Aku tidak mau ibuku celaka hanya karena aku melawan ancaman ibu Namjoon.”
“Haish! Nenek sihir itu.”
Aku tertawa mendengar cibiran Yana di seberang sana.
“Baiklah. . Apapun keputusanmu aku akan selalu mendukungmu. Kau harus tetap menghubungiku dan mengabari kabarmu. Aku akan cari waktu untuk menyusulmu ke sana.” kata Yana lagi.
“Alright.” sahutku.
“I really hope u get happiness, Ji.”
“Yeah, Thanks.”
“Em.”
“Baiklah kalau begitu nanti kuhubungi lagi. Kami sudah diminta masuk ke dalam pesawat.”
“Oke. Hati-hati.”
“Ya.”
Setelah panggilan berakhir aku pun segera masuk ke dalam pesawat bersama dengan penumpang lainnya.
Goodbye Namjoon. goodbye Korea. Wishing Canada can made me better.”
tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Me Like You Do ✔️
FanfictionBermula hanya teman tidur berakhir dengan teman seumur hidup