Surat perjanjian

5 2 0
                                    

[Selamat membaca]

Sahut-menyahut berulang, dari satu bus ke bus lain. Menarik simpati agar dagangan laku terjual. Tersenyum lalu menyapa itu lebih baik. Menutup luka yang bernanah. Ia rasa tak mengapa. Semangat yang terbangun kini beranjak naik, entah kapan? Tapi itu ada dan terasa.

Hijab hitam sorong melekat di atas mahkotanya, tas sandang kecil selalu dibawa. Topi hitam dipakai juga. Keluar dari bus yang sesak cukup menguras habis tenaganya. Beristirahat sebentar di warung bu wulan pilihannya.

"gimana kamu udah urus? minta perpanjangan waktu sama juragan bodi?"sahut bu wulan, sembari duduk dan menyodorkan teh hangat

"iya, sudah ku urus bu." wajah murung sarah terlihat, lalu menutup dengan senyumnya yang riang.

"alhamdulillah, gimana mbokmu dan sukma udah tau, kalau kamu dapat kerjaan baru dan harus nginap?"

Ah, itu. Mengingat-ngingat kejadian tadi pagi. Sarah meraih kursi meja makan, lalu duduk di depan mbok dan sukma yang asik dengan sarapan nasi goreng hangatnya. Mengambil piring lalu menyendok nasi sarapan yang telah dihidangkan, mungkin lebih baik dari pada langsung pada inti keresahan yang ia rasakan.

Memberanikan diri untuk menarik alur mundur, sarah mulai memberi kejelasan dengan rencana awalnya. Mbok mendengar lebih perhatian, sembari melanjutkan makannya. Menatap sarah lembut lalu memberi senyum terbaiknya. Mbok menyudahi makan yang masih tersisa, lalu meminum teh hangat. Memberi nasihat atas tindakannya yang lebih berani dari hanya sekedar berjualan saat SMA.

"sarah." mbok mulai menatap

"iya, mbok."

"mbok tau sarah gak ada pilihan lain. Tapi tenang, mbok selalu mendukung apa yang sarah ingin usahakan. Asalkan itu halal yaa. Mbok terus doakan sarah dimanapun." mbok berdiri dan ingin mengisi teh hangat untuk sarah, tak sengaja siku mbok menjatuhkan gelas kaca miliknya yang memang berada di tepi meja.

"mbok." teriak sukma dan sarah serentak

"ehhh, gak papa. lanjut makan aja."

Sukma berhenti makan dan membantu mbok membersihkan serpihan kaca. Lalu melihat goresan luka kecil di kaki mbok.

"mbok itu kakinya luka." sukma memperhatikan lebih jeli

"gak papa mah. Cuma luka kecil kok."

Sarah tak ketinggalan membantu adiknya yang dari tadi sibuk beberes. Lalu membawakan obat antiseptik agar langsung di oles ke kaki mbok. Membawa mbok jauh dari serpihan kaca yang berserakan. Tindakan spontan terbaiknya.

"mbok, sarah khawatir ninggalin mbok dan sukma sendiri."

"gak papa, sar. Kamu ambil aja yaa. Dan semoga pekerjaan ini lebih banyak membantu kita."

"iya mbok." Sambal terus memikirkan perjumpaan nya lagi dengan juragan bodi pagi ini.

Mengaduk-aduk teh di gelasnya "begitu tanggapan mbok, bu."

"alhamdulillah, jadi semua setuju yaaa. sekarang tinggal nunggu panggilan aja. Yaaa sekitar satu hari lagi sar."

"hmmmm. satu hari yaa bu. ok deh. Aku lanjut lagi yaa, itu bus baru datang." menghabiskan teh hangatnya. lalu segera menuju penumpang bus.

Ibu muda itu, julukan sarah padanya. Membereskan gelas sisa sarah,lalu kembali kedalam untuk berjaga.

***

Terik mentari tembus pas di atas ubun-ubun wanita pemilik mata hitam berbinar, mengangkat lengannya ingin menghindar sebentar dari silaunya si panas siang. Melirik para penumpang yang sedang duduk menikmati makanannya di beberapa warung makan deket terminal. Lalu bergerak menuju mereka, dengan harap beberapa bungkus telur puyuh rebusnya laku.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang