[Selamat membaca]
Sekarang aku boleh menoleh padanya sesuka hati, melihat setiap inci yang telah dicipta Tuhan. Tak pernah ku dengar desing yang membuat dadaku tertekan. Tak ingin ini menjadi yang terakhir. Rasa syukur terus terlampir dalam setiap hariku. Di bawah langit Paris, aku dan mas Rey menikmati waktu kami berdua. Berbincang hal yang kami suka. Atau kabar orang yang kami kenal.
Matahari pertama musim semi, membuat kami lebih hangat. Di balkon apartemen, ku seduh kopi dan nasi goreng yang sengaja kami sediakan stok beras di rumah. Setiap kali mata kami bertemu, pancaran mata itu seakan mengatakan, " Dia yang didepan ku bukan lagi bayangan." Tak bosan rasa ini memberi energi baru untuk hidup kami. Memompa darah menjadi semangat dalam menyelesaikan segala hal. Apalagi mas Rey sedang menyiapkan ujian masuk S3. Aku juga tahu kalau dia memang pria yang sangat disayangi keluarga. Dan terpukul karena kepergian ayahnya. Lalu terhentak lagi karena kesalahpahaman mas Rey dan mbak Dinda. Sampai ia terluka dan tak bisa lanjut S2, ditambah lagi masalah baru dengan menikahiku. Makanya mas Rey bekerja sementara di perusahaan yang sepenuhnya wewenang mas Andre, dia yang selalu memperhatikan adik bungsunya.
Sekarang pria yang ku kenal ini. Tak lagi mengemis dengan takdir kesedihan. Ia imam yang baik. Menjadikan nilainya tak terhingga dari sisi manapun.
Aku kembali menatapnya dari belakang. Dia yang berjalan gagah dengan senyuman. Tak berhenti membuat ku terus memikirkannya. Sampai mas Rey mendekatiku sambil merangkul tangannya di bahuku. Dan membiarkan kepalaku bersandar di bahunya. Sambil berkata.
"Sarah. Ayo kita belajar sama-sama, menjadi pasangan yang Allah ridhoi." Menatap langit di atas balkon kami.
Aku hanya mengangguk penuh tekad.
"Sayang, kamu pernah tanya tentang Dinda. Sekarang akan ku kasih tahu. Dinda sempat ingin menggugat Bayu, tapi dihalangi olehnya. Bayu menebus kesalahannya dengan meminta maaf kepadaku. Sampai menangis atas perilakunya. Yang sangat cemburu dengan hubungan sahabatnya sendiri, Dinda." Menghela nafas.
Rey melanjutkan. " Aku membantunya, tapi tak banyak. Dinda tak lagi dengan prinsip ingin balikan denganku walau dia tau kita sudah bercerai. Aku dan Dinda sama-sama sudah mengambil jalan masing-masing. Sekarang Bayu terus membujuk dan berusaha mendapat maaf dari istrinya. Kita gak tahu, ujian pernikah kita seperti apa kedepannya. Namun yang pasti, aku berharap kita saling percaya dan sama-sama belajar menjadi suami dan istri yang terbaik. Bukan saling menuntut tapi saling menyadarkan bahwa kita punya tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sudah paham?" Mengecup kening Sarah.
"Aku juga pengen kasih tahu kamu sesuatu. Saat aku menolak lamaran pertama kamu mas. Itu karena aku gak percaya dengan hubungan kita. Semudah itu mas berpaling dengan ku. Sementara mas telah lama jatuh cinta dengan mbak Dinda. Bukankah dia cinta pertama mas kan? Tapi, setelah kita berpisah aku tak bisa bohong. Kalau aku juga ingin bersama. Sampai allah menyulitkan aku untuk menentukan pasangan. Dan ternyata Allah menyiapkan mas Rey untuk datang melamar." Menatap Rey dari bahunya.
"Kamu tahu, cinta itu anugrah. Tergantung kita, apakah ini bisa dilanjutkan atau tidak. Tapi, saat itu. Dengan keputusanmu ingin berpisah. Aku sadar, kalau menikah dan berumah tangga tidak seperti saat memulai hubungan, seperti pacaran. Aku persiapan segalanya. Agar nanti kita mampu menjalankan bahtera rumah tangga ini dengan lebih baik." Melepas rangkulannya, lalu mengajak Sarah pergi dari balkon. Mengambil kotak jati di laci lemari kamar mereka. Rey memakaikan gelang safir biru itu lagi dan memperhatikan cincin safir biru terakhir yang dijadikannya mas kawin untuk pernikahan keduanya. Saling menatap pria itu berucap. "Safir biru ini sangat cocok untuk kamu. Permata ini makin terkenal saat putri diana memakainya. Jadi, kamu udah tau maksud dari perkataanku, kan!"
"Makasih mas." Senyum bahagia mengembang di bibirnya.
Aku senang melihat usaha katering di rumah sudah makin besar. Sukma, si gadis gemuk sudah tak lagi dengan tubuhnya seperti dulu. Kini, sukma juga ngambil beasiswa S2nya di turki. Itu rencananya. Sementara Indah telah berbulan madu di lombok dengan Dimas yang tak ku sangka mereka berjodoh. Kadang indah menceritakan suaminya-Dimas yang kurang peka apa yang dimaksud indah yang super aktif itu. Entah! Aku hanya bisa ketawa dengar dia cerita lucu tentang dimas berulang-ulang. Mbok juga, pasti sudah tenang melihat aku dan sukma bisa berjalan dengan aman dijalan kami. Aku selalu merindui mbok dan orang tuaku. Semoga bacaan quranku sampai untuk mereka. Sampai waktunya nanti, aku juga pasti menyusul dan meninggalkan dunia.
Mas Andre tetap sama dengan sibuknya pekerjaan. Tapi mama kesal dengan tingkahnya yang tak pernah mencari calon istri. Sampai mama beberapa kali mencarikan mas Andre calon dan berulang kali kenalan dengan wanita pilihan mama. Tapi, belum juga ketemu sesuai keinginannya. Mayang pun ikut mencarikan wanita yang dia kenal untuk mas Andre.
Mengikat rambut Sarah perlahan dari belakang. Rey berucap. "Sekarang, ayo siap-siap kita harus belanja bulanan. Kamu mau makan apa hari ini. Aku akan masakin. Biar si kecil di perut tidak keroncongan." Mengelus lembut perut Sarah yang baru kelihatan membesar setelah empat bulan.
"Mas mau ku buat puding mangga lagi gak?"
"Boleh, nanti kita cari mangganya."
Dengan sigap aku memasang jilbab dan bersiap. Kemudian, menikmati hari-hari di musim semi pertamaku. Dengan Negara, suasana dan orang yang sangat ku cintai.
Aku berlari merangkul tangannya, saat ia memakai sepatu. "Oia, mas. Aku dapat kabar kalau ta'mir masjid yang kita temui dulu. Hari ini sedang akad. Nanti kamu hubungi dia ya. Kita ucapin selamat." Memakai sepatu.
"Haaa..iya. Si Adi. Nanti ku suruh pak Mul kirim hadiah pernikahannya." Menggandeng tangan Sarah sambil membuka pintu. "Ayo." Mereka pergi.
Telepon sarah berdering, dari Indah "Assalamu'alaikum. Iya. Kenapa indah." masuk lift.
"Sarah aku lupa ngasih tau. Ustazah Neneng dah lahiran. Mas Dimas dapat adik kembar, cowok-cewek. Aduh, kayaknya aku bisa bawa satu nih. Kapan-kapan. Nanti ku kirim fotonya ya." didepan kamar.
"Haaa. ya ampun. Lucu banget. Kembar lagi. Semoga kamu nyusul ya indah." berjalan menuju taksi.
"Iya, moga ya. Doain! Aku tutup dulu ya. Mau pergi keluar. Daa sarah. Assalamualaikum."
"Waalaikumussalam." sarah menoleh ke Rey, "Mas dengar tadi, ustadzah neneng punya anak kembar. Lucu ya." masuk ke mall.
"Iya, kita harus beli kado untuk ustazah neneng nih. Gimana kalau kita ke toko sebelah? Sekalian kasih oleh-oleh untuk sukma dan indah sahabat kamu. Mau?" merangkul istrinya.
"Boleh. Ayo mas." sarah pergi ke toko sebelah, mencari kado yang pas untuk mereka.
Namun kado terindah bagi ku, saat sarah membacakan puisi yang dikarangnya khusus untukku. Rey menyukai Sarah sama dengan puisi yang selalu ia buat untuk dirinya. Kembali rey mengingat bagaimana istrinya membacakan syair di depannya.
Aku kira kisahku berakhir
Seperti layla-majnun
Mencintai, tapi tak bersatu di dunia
Kasta tak penting lagi bagi si pencinta
Tapi ku salah
Alurnya sudah mulai
Tentang cinta Yusuf-Zulaikha
Berani kembali, lalu mendapatkan janji
41
END
KAMU SEDANG MEMBACA
REYSA [Reyvan & Sarah] [END]
RomancePerjuangan hidup selalu dirasakan setiap manusia, setandar dewasa menjadi lalu lintas untuk terbangun dari permainan masa kecil. Memaksa untuk dewasa lebih cepat adalah pilihan sarah, berjuang sejak SMA mengambil keputusan dan pengorbanan usaha bagi...