Double date 2

2 1 0
                                    

      
   [Selamat membaca]

Mereka telah menunggu di dermaga 16 marina ancol. Speedboat atau bisa disebut dengan perahu motor cepat tersusun rapi di tepi dermaga, siap mengangkut penumpang, warna putih jadi perisainya, kaca hitam menghias dikanan-kiri kapal dan juga memiliki dua kursi berderet lurus di sisi kanan dan kiri kapal yang hanya menyisakan satu lorong kosong untuk keluar-masuk. Sarah disambut dengan angin dermaga marina, ada rasa khawatir dihatinya. Kali ini ia akan sendirian tanpa orang yang dikenalnya, kecuali dua orang asing yang baru kali ketiga bertemu. Canggung itu pasti, mereka pun harus saling memahami agar tidak salah langkah dalam instruksi. Dan satu orang lagi, koko namanya pemandu wisata kami. Lelaki yang penuh energi itu teman lama dinda dan mereka baru bertemu setelah sekian kali koko menunggu dinda berlibur dengan agen travelnya. Itu yang diketahuinya, dari hasil menyimak cerita singkat mereka.

Sarah menatap ujung pintu masuk dermaga, kemudian mengecek hpnya mana tahu ada sms atau panggilan yang tak terangkat olehnya. Tapi pengecekkan itu tetap nihil. Ia berharap pria itu datang sekarang.

Waktu keberangkatan kapal sudah tiba. Sarah membawa koper dan ranselnya masuk ke perahu cepat itu. Baru kali ini gadis itu naik kapal mewah menuju sebuah pulau, ayer namanya. Juga pertama baginya melihat laut indah membiru, itu yang terbayang oleh sarah dari gambar-gambar poster pulau ayer dari koko pemandu mereka. Entah ia harus happy saat ini atau tetap gundah. Sebelum berangkat pergi ia pastikan lagi kalau rey ada menelponnya. Tapi tetap gak ada. Apa mungkin sarah yang mengalah menelpon duluan? Tapi ditepis dengan keraguannya.

"Sarah kamu beneran sendirian, apa reyvan gak mau datang? Coba deh kamu telpon lagi?" dinda yang sedang asyik mengobrol, terdiam sebentar, kemudian menyarankan hal sama yang ingin sarah lakukan dari tadi.

"Iya mbak saya coba." belum ia tekan tombol hijau di hpnya. Panggilan masuk diterimanya dari pria itu.

"Halo mas, ada apa?"

"Tunggu! Aku bentar lagi datang." terengah engah nada bicara rey di telpon, takut kalau dia ketinggalan.

"Iya, aku tunggu. Cepat yaa." senyum puas memenuhi kalbunya.

Tak lama pria itu datang sambil berlari kecil, menuju sarah yang menunggunya di pintu masuk dermaga.

"Hei." pria itu tersenyum dengan sambutan senyum sarah. "ayo kita kesana, nanti terlambat!" rey menegur sarah yang sedikit terdiam tak menyangka. Segera mereka menyusul dinda dan bayu yang telah berbaris-mengantri memasuki speedboat.

"Ehh.. iya ayo mas ku bantu." mereka duduk bersebelahan.

"Maaf, tadi aku terlambat." rey masih mengatur nafasnya.

"Iya, gak papa." sarah melayangkan pandang ke jendela disampingnya.

Sedangkan dinda hanya menatap dari belakang mereka.

Perjalanan yang memakan waktu dua puluh menit menuju pulau. Tak habis tenaga untuk menunggu lama karena laut yang menyambut, membawa sedikit kelelahan dari pundak mereka. Setelah sampai pulau mereka disambut dengan pasir putih dan angin laut serta deburan airnya menghantam karang pembatas buatan. Koko bukan main, tersusun penjelasannya tentang pulau ini. Tapi, sarah asyik melihat pantai dan laut yang saling menyatu di hadapannya. Dia hanya mengikuti arahan dan menikmati sesuka hatinya. Tak pernah ia membayangkan akan pergi sejauh ini dalam hidupnya bahkan merasakan air laut saja terasa menjadi mimpi tidur baginya. Hingga langkah kaki gadis itu sampai di jembatan apung atas air laut dengan berbagai kelokan bagai gang-gang sempit, tak luas hanya cukup tiga orang jika berjalan beriringan. Berdiri gadis itu di samping rey yang hanya diam, mengikuti arahan, sepertinya lelaki itu capek dan ingin segera sampai kamar penginapan.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang