Aku terima

10 1 0
                                    


[Selamat membaca]

Puncak yang terlihat mempesona dari lembahnya, tak selalu membuat kita menetap untuk meneruskan perjalanan. Sepasang mata yang tak berhenti menatap dan berharap, membuka lebar sayap keikhlasan antara takdir yang mereka lalui. Besok hari baru bagi gadis yang selalu melamun di meja belajarnya. Serentak dengan jarum jam ia membuka kotak kecil yang terbuat dari kayu jati beralaskan kain lembut putih. Dua perhiasan yang pertama kali di milikinya. Safir biru, itu yang di kasih tau si pemberi cincin dan gelang ini. Setiap subuh dan magrib, Sarah selalu memandangi dua peninggalan pria itu. Teringat olehnya, saat sehari setelah Sarah sembuh dari patah kaki dan memar di beberapa tubuhnya. Pria itu meletakkan kotak ini di meja kamar dengan secarik surat kecil yang bertuliskan; Simpan..ku mohon! Dan pria itu kembali melirik ke belakang dengan senyum mengembang tanpa kata yang terdengar. Padahal, gadis itu sudah mengembalikan perhiasan dari rey semalam, supaya jelas hubungan mereka tak bersama lagi.

"Sarah...."serak suara mbok memanggil gadis itu.

Langsung ia pergi dan meninggalkan kotak kayu di mejanya. "Iya ada apa mbok?" Duduk di tepi kasur, sambil memijit halus tangan wanita lanjut usia itu.

"Kamu sudah siap? Besok calonmu akan datang melamar. Kamu gak mau kenalan dulu, sebelum bilang ia." Mbok duduk menyandar di kasurnya.

"Iya, nanti Sarah lihat CV-nya. Aku cuma bosen mbok, hampir lima kali gagal ta'aruf dan tiga kali lamaran di batalkan. Aku cukup pesimis sama yang ini mbok. Apa karena penyakitku kali ya. Setiap mereka tahu riwayat sakit asmaku. Mereka berpikir ulang mbok. Apalagi aku bukan sarjana, hanya tamatan SMA." Mengerut dahinya.

Mbok mengelus-elus tangan gadis itu dengan lembut. Penuh penghayatan ia berucap dengan yakin. "Ini hanya proses untuk mendapatkan yang terbaik. Bukan akhir dan sakit ini juga dari Allah. Kamu harus sabar. Tuh... lihat Sukma di dapur, dia lagi nyiapin catering untuk acara nanti siang di rumah pak RT. Suruh dia sarapan." Mbok mendorongnya pelan.

"Iya mbok. Aku juga mau kesana."

Sekarang semua kenangan yang tersisa hanya teman lama yang tak henti menanti dan menari dalam harapan, kalau saja yang melamarnya adalah pria yang membuat kenangan, mungkin harapan tak lagi punya peran.

Di sekolah pun Sarah termenung di kantor, saat jam istirahat. Dan kembali ia membuat puisi yang bisa melihat jelas perasaan saat ini. Ia pejamkan mata, merasakan deburan ombak, senyum pria yang dicintainya tertawa lepas, mengingat kenangan sederhana yang mereka buat untuk menghilangkan rasa canggung diantara mereka. Lalu membiarkan ruang yang semula riuh suara murid dan guru yang sedang beristirahat di kantor, menjadi kosong dengan fokus pikirannya. Terangkai dengan mudah tulisan itu memenuhi kertas putih buku puisinya.

Seberapa berharga bintang yang baru kau temui tadi malam

Bukankah ia tetap bersinar, walau jauh darimu

Lalu kenapa kau begitu resah untuk segera memilikinya

Jika kau sudah mencapai semuanya, apa yang akan kau lakukan?

Bintang itu tak mampu berada lama di dekatmu

Seharusnya kau sadar atas perbedaan kalian

Kenapa kau begitu rakus karena cinta yang tak sampai.

Aku hanya ingin kau hidup dalam bayang-bayang kasih penciptamu

Dan aku rindu senyummu yang lama tak pernah ku ketahui kabarnya.

Semoga besok aku bisa menemui senyum itu kembali.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang