Puding labu kuning

3 1 0
                                    


[Selamat membaca]

Berlinang peluh di dahinya, membokar, memindahkan dari satu sisi ke sisi yang lainnya. Beberapa bapak-bapak datang dan meringankan pekerjaan Sarah, yang pasti itu tukang yang disewa untuk mengecat dinding perpustakaan. Reyvan sudah pergi dari jam delapan tadi, setelah membantu memindahkan buku-buku miliknya ke ruang depan. Terbayang sesaat kejadian tadi.

Sembari menunggu para tukang, gadis berkerudung itu dan Rey, membersihkan buku-buku yang tampak tebal debu membalut covernya. Tak lama Mayang datang, memberi pesan untuk menunggunya beberapa menit lagi. Karena ada kerjaan yang belum selesai di bawah. Sarah yang sedari tadi disana, mempercepat kerjanya. Karena lantai dua belum disapu dan dipelnya.

Sementara reyvan melanjutkan menumpuk dan membagi beberapa kelompok setiap tema, judul dan pembahasan yang selaras, lalu dijadikan satu. Sarah yang sudah membersihkan sebagian, meminta izin untuk membersihkan lantai dua dulu. Dari kamar reyvan, kamar Andre di lantai bawah dan beberapa ruang disana.

"Mas, aku izin dulu mau beres-beres sebentar."

"Haaa.."pria itu mendongak melihat Sarah yang berdiri. "Iya.. beresin aja dulu, nanti datang kesini lagi!"perintah reyvan kembali menurun pandang dengan sibuk menumpuk bukunya.

"Mas.. bentar lagi mau jam delapan, gimana kalau sarapan di bawah dulu?" Saran Sarah, yang dari tadi pagi ia mengetahui Rey belum sarapan. Dan hanya sibuk membersihkan dan memindahkan buku-buku nya.

"Boleh, siapin aja. Nanti kalau sudah siap panggil saya yaa." Fokus matanya, berkeliaran memilah bukunya.

"Baik mas, saya keluar dulu." Sarah turun dengan sedikit berlari kecil.

Mayang yang baru selesai mencuci piring,terkejut dengan tingkah Sarah yang buru-buru menghampirinya dan menyiapkan beberapa perlengkapan makan.

"Mayang, mama mas rey sudah makan?"tanya Sarah memastikan.

"Sudah, itu piring untuk siapa? Tanya Mayang memiringkan badannya.

"Ini mas Rey mau sarapan. Nanti jam delapan mau berangkat kerja." Senyum tipis Sarah terlihat dari pipinya yang cabi.

"Hmmm, senangnya... mas Rey diperhatikan terus. Moga cinta mu gak bertepuk sebelah tangan yaa Sar." Nyeletuk mulut Mayang, membobol hatinya yang tak kepikiran hingga kesana.

"Biasanya, juga nyiapin makan mas reyvan May. Hemmm." senyum wanita berkerudung itu kecut mengembang. Lagian mana mungkin bagi dia memulai perasaan itu tumbuh duluan. Setelah hari itu tiba, siap atau tidak sarah akan kembali dengan hidupnya dan memulai untuk tetap bekerja sambil belajar buka usaha di rumah.

Akhir-akhir ini, Sukma adiknya banyak belajar tentang bisnis-membisnis, walau usahanya kecil-katering dari masakan mbok- tapi semangat sukma sangat diacungkan jempol. Sedikit membaca buku para pengusaha atau ikut seminar beberapa kali, mungkin saja sarah mampu mempraktekkannya dengan usahanya nanti.

Bersaut-sautan kata hatinya, tentang mimpi yang akan ia usahakan setelah semua rencana mempertemukan sarah dengan dinda mantan kekasih rey usai. Semoga hari itu ia tidak membuat malu rey. Hanya itu harapannya, namun rasa gugup terkadang datang merendam sekujur tubuhnya, karena mengingat hari yang akan datang.

Membayangkan bagaimana gadis itu akan bersikap? Bagaimana ia menyapa? Tutur kata yang harus di lafalkannya saat bertemu dengan dinda nanti? Dan bagaimana ia menghadapi rey, kemudian bersikap bahwa mereka saling mencintai? Semua pertanyaan itu muncul seketika, dan terus menghantuinya.

"Hey... sarah... sudah?" sahut mayang yang melihat sarah terdiam di kursi depan meja makan sesaat.

Gadis itu tersentak, memandang mayang yang ada didepannya."Haa.. udah may." sahut sarah sambil berdiri dan mengelap sedikit air di meja.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang