Safir biru

12 1 0
                                    

[Selamat membaca]

Dari kanan, ke kiri bolak-balik pria itu mencari posisi enak tidurnya. Lampu tetap menyala, agar besok tidak terlewat bangun subuh. Kadang terpikir olehnya, ini nyata atau tidak. Kalau sekarang ia telah menjadi suami seseorang, karena ulahnya sendiri. Tak ingin pria itu melukai hati gadis yang telah membantunya. Dan tanggung jawabnya dipertaruhkan saat ini. Begitulah reyvan hingga terlelap dengan ribut pikiranya. Bisik terdengar, memanggil-manggil namanya. Tak lama suara itu hilang. Jauh di ujung jalan reyvan berdiri sendirian, seolah menunggu seseorang yang akan datang. Hanya memandangi orang lalu lalang. Berdiri dan bersandar pada tiang, lama menunggu, terdengar kembali sautan seseorang.

Berbelok badannya menuju sumber suara. Terlihat dari kejauhan gadis yang telah lama ditunggunya. Seakan matahari hanya menyorotinya, mata reyvan tak berkedip, jantungnya berdebar, rindu ingin bertemu terobati. Senyum terindah melukis bibirnya. Berteriak keras ia memanggil gadis itu.

Semakin dekat hatinya tak karuan, seolah ini mimpi yang terwujud. Sakan semesta berputar mundur dari kejadian putusnya ia dengan dinda. Apakah ini nyata? Senyumnya tak berhenti menaruh harapan, hingga gadis itu datang didepannya. Mereka berjalan beriringan menuju bangku taman. Pagi itu langit cerah dengan cat birunya, awan bergumpal-gumpal di sebagian lantai angkasa. Silau sinarnya tak menyengat saat ini. Para pejalan kaki menikmati suasana saat ini juga.

Gadis itu elok rupanya, berbinar matanya. Reyvan merasakan hidupnya kembali sebelum kejadian kekecewaan itu datang. Jilbab coklat, cantik melingkar di kepalanya. Tas hitam kecil disandangnya. Dengan jilbab pesonanya memancar kuat. Tak main senangnya pria itu, saat pertama kali melihat perubahan dari diri gadis yang memiliki senyum manis itu. Kami seperti terbang dan ini hari terindah untuk reyvan dan gadis itu.

Setelah sampai di bangku taman gadis itu membuka tas hitamnya, lalu mengeluarkan quran kecil. Tatapan heran melihat gadis itu, dia bilang mau baca quran disini. Sementara reyvan sangat senang karena ia sedang belajar al-quran juga. Tak banyak mereka mengobrol, gadis itu langsung membacakan surah yang merdu terdengar di telinga.

Selagi gadis itu membaca, reyvan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan mereka. Pria tampan itu meraba sakunya, tapi tak ia temui apa yang dicarinya. Teringat olehnya barang itu tertinggal di rumah. Berburu ia meminta izin kepada gadis berjilbab coklat itu, dan menyuruhnya untuk menunggu.

Reyvan gegas berlari dengan cepat, saat sampai di kamarnya. Segera ia cari barang miliknya. Dibuka laci rahasia yang terletak di lemari baju. Lalu tampak kotak kecil merah menyala, diambilnya. Dan berlari dengan kaki yang belum semenit beristirahat. Tak tahu kenapa jarak rumah dan taman lebih dekat, sehingga pria beralis tebal itu hanya berlari dan tak perlu menggunakan mobil mengkilapnya.

Ngos-ngosan terasa di aliran nafasnya, terduduk seketika. Namun disebelahnya hanya tas sandang milik gadis pujaan hatinya. Dimana gadis berjilbab coklat itu? Apakah ia terlambat lagi?

Mengedar matanya, menyusuri taman. Saat beberapa langkah mencari, ia sesekali bertemu seseorang yang salah. Cukup banyak perempuan yang berjilbab coklat ditaman ini. Kiranya, jika telah sampai di taman maka langkahnya akan berhenti dan membiarkan kaki itu beristirahat. Tapi nyatanya tidak. Sudah beberapa menit berselang, tak juga ia temui gadis yang cantik menawan itu.

Peluh keringatnya di dahi, runtuh juga dari sudut matanya, tetesan kesedihan yang tadinya ia yakin takkan keluar. Namun sekarang membasahi rupanya. Baru saja ia bersyukur, namun sekarang termenung dengan nasibnya yang kurang beruntung. Memangku tangan, kepala ia tundukkan ke bawah, memijat-mijat sedikit nyeri di dahinya. Sembari istirahat dengan kesedihan menemaninya.

"Kemana gadis itu? Sungguh baru saja aku merasakan musim semi di jiwaku, hangat menyinari setiap inci tamanku yang layu." Tak lama suara itu terdengar lagi, memanggil namanya. Ia berdiri, mendengar jelas-jelas kemana arah suara itu.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang