Percaya dalam diam

6 1 0
                                    

[Selamat membaca]

Cukup pedih genggaman tangan juragan bodi di lengannya. Mungkin saja ini membiru. Sarah tahu, cukup licik pria yang telah beristri itu, mempermainkan hutang yang terikat padanya. Demi melancarkan niat egoisnya, untuk mendapatkan gadis incaran dengan cuma-cuma. Sejak lama ia terus menawarkan dan ingin mempermudah hutang yang terus menumpuk menjadi lunas, hanya dengan syarat menikah dengannya.

Dimata sarah reyvanlah sang pangeran penyelamat hidupnya, walau menjadi istri siri pria itu dan entah kapan, mereka pasti akan berpisah. Cukup jeli bagi sarah dalam melihat siasat tuan juargan itu.

Sarah hanya menahan sakit dan tertidur di mobil agar ia tak merasakan sakit terlalu lama. Sarah tak peduli apa yang akan terjadi, yang dipikirkannya hanya berusaha agar rasa sakit itu tak kelihatan oleh majikannya.

Tak hanya itu, setiap perjalanan pulang, dari rumah juragan bodi. Simpang-siur para ibu-ibu mengejek dan mencemoohnya. Hanya menjadi simpanan pria kaya-kata mereka. Banyak juga yang dihasut juragan bodi, dalam menyebarkan kebencian atas diri nya. Sakit dan sedih terus memenuhi pandangan para tetangga yang melihatnya.

Seolah ia seorang tahanan yang berbuat dosa zina. Padahal itu pernikahan yang sah secara agama. Bukannya gadis itu hamil diluar nikah atau karena berzina, kata sebagian orang yang sengaja membesarkan suaranya saat gadis itu melintasi jalan pulang. Sangat pedih teriakkan dari sebagian warga saat mereka memberhentikan sarah tiba-tiba. Celoteh dan hinaannya tepat masuk ke ulu hati dan memenuhi gendang telinga gadis itu.

Hingga beberapa langkah lagi sampai di depan halaman, sarah membuang rasa itu lalu bertingkah tak terjadi apa-apa. Hanya terdiam sebentar, lalu mengambil tas dan beberapa bukunya yang belum ia masukkan. lalu memeluk mbok sangat erat, sambil berbisik. "Mbok sarah sangat bahagia kalau mbok tetap sehat dan selalu ada disamping sarah. Aku akan pulang, dan kita takkan merasakan pahit ini lagi. Aku pamit dulu." menyalami mbok lalu masuk mobil yang dibukakan pintu oleh reyvan.

Sampai dirumah, di garasi, reyvan melihat sarah yang terus tertidur. Lalu membangunkannya, begitu lama gadis itu terlelap, tanpa sadar reyvan memperhatikan wajah putri tidur di sampingnya. Terlihat jelas dari sisi kanan ujung matanya yang tertutup, titik bening itu jatuh, hidungnya memerah.

"Apa yang terjadi?Luka apa yang dirahasiakannya? Hingga untuk menangis saja, ia kuat menahannya."besar rasa khawatir pria tinggi itu. Tak lama sarah tersadar, lalu terkejut melihat reyvan yang sibuk membaca bukunya dan belum keluar dari mobil. Lekas gadis itu, memperbaiki bajunya, berjaga-jaga kalau pakaiannya tersingkap. "Maaf mas." sarah bergerak membereskan barang-barang bawaan dari bagasi ke dalam rumah, juga dibantuin pak mul. Reyvan keluar dari mobil, membantu membawakan barang-barangnya. Kembali ke mobil dan mengambil buku yang barusan di bacanya saat Sarah tiba-tiba terbangun, karena gugup, reyvan memalingkan arah pandangnya. Bertemu dengan sarah di dapur, lalu meletakkan buku itu di meja makan. Sarah menoleh lalu mengangguk.

Tepat siang hari, mereka makan bersama di rumah. Andre, reyvan dan sarah makan duluan, sementara bu jumi, pak mul makan setelah mereka." Mas nanti kamu carikan yaa, satpam tambahan!" mengunyah makanannya.

"Ok, nanti ku telpon agensi di disini. Kamu lesu sarah, kenapa? "menyenggol reyvan.

Pria tinggi itu menatap masnya."Aku gak ada...." sebelum usai penjelasan reyvan, sarah memutus pembicaraan."Gak aku gerogi aja, baru pertama kali naik pesawat." mengubah raut wajahnya. Lebih baik.

"Oh, gak papa kok. Nanti kalau takut, pegang tangan suamimu kuat-kuat!" mekar senyum andre di lontarnya kepada pria di sebelah.

"Hemm."balas senyum.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang