Gema suara

2 1 0
                                    

[Selamat membaca]

Hening malam menghanyutkan mereka. Begitu pula Dinda dan Bayu, sepanjang hari mereka hanya bermain dan berbincang seru. Bayu seorang lelaki biasa yang paling mengerti tentang Dinda sahabat sekaligus istrinya. Mereka menikah atas dasar persahabatan bukan cinta, mengimpikan menjadi sepasang kekasih yang diinginkan pria itu, hanya berwujud setengah kenyataan. Malam itu, sesuai perjanjian yang telah mereka buat, tiga bulan waktu untuk Dinda berusaha mencintai Bayu. Selama itu, Dinda akan tetap menjadi gadis perawan. Pria humoris dengan lesung pipi itu, tak ingin memaksa kekasih yang telah lama ia cintai.

Saat hari setelah akad, tidak lepas perhatiannya dengan Dinda. Apapun itu, dari kesukaan hingga alerginya, pasti pria itu tahu. Sama, saat mereka menjadi sahabat. Bayu hanya melihat punggung wanita pujaannya dari jauh. Dan kini tetap sama, dalam tidur wanita yang menjadi istrinya itu, tetap membelakangi dan memberi punggungnya saja. Dan Bayu masih menunggu hingga wanita itu berbalik arah dan memeluk erat dirinya yang siap menerima Dinda apa adanya. Walau, dia tetap kalah dengan kenangan indah yang tersimpan di loker istimewa wanita di sampingnya.

Tapi, entah kenapa. Setiap malam, rasa cemas selalu menghantuinya. Saat Dinda ingin berusaha mencuri pandang dengan pria itu, membuat obrolan lucu yang jarang diperlihatkan tulus di depannya, dan hanya memandangi pria lain tanpa memperdulikan pria berlesung pipi itu. Semuanya, ingin segera ia ringkus pergi dari kehidupan barunya, tapi kini pria itu menyadari kalau ia menikahi seorang wanita dan kenangan indah masa lalunya. Dan hingga saat ini pria itu bertarung sengit dengan kenangan istimewa dari gadis pilihannya.

"Yaaa.... Hanya tiga bulan. Setelah itu, kau akan menjadi istriku selamanya." Bayu menenangkan dirinya yang malam itu tak karuan.

***

Malam mulai beranjak naik lebih gelap. Memberi batas pada arah yang ingin dilihat seseorang. Melodi ombak terus bernyanyi di bawah cottage itu. Membuat Sarah lebih pulas dengan suara indah yang tak pernah ia dengar sama sekali saat tidurnya. Simfoni malam yang takkan terlupakan. Gadis itu terbagun, pas jam tiga dini hari. Dengan jilbab yang hampir terlepas ia perbaiki kembali dengan memasuki rambutnya yang keluar beberapa helai.

Masih dengan kantuk, ia duduk bersandar di samping kasur. Mengucek-ngucek matanya yang buram karena bekas air mata yang mengering. Lalu di sana, tepat di depan lemari kayu samping kasur. Tertera tulisan besar "Sarah, bangunin aku tahajud!" bertulis "reyvan" di bawah bacaan itu. Spontan tangan pria itu meluncur ke bawah, yang hampir mengenai jilbab Sarah. Namun, ia biarkan. Lalu menghindar.

Setelah benar-benar sadar, Sarah paksakan ke kamar mandi. Lalu mengambil air wudhu. Kemudian sebelum sholat tahajud, ia minum segelas air. Itu rutinitas yang seharusnya ia lakukan. Tapi, masih proses pembiasaan baginya. Dua rakaat sudah selesai. Lanjut dua rakaat lagi, lalu lanjut dua rakaat lagi. Hingga waktu menunjukkan jam empat. Sarah berhenti dan melanjutkan hafalan juz 30nya. Dengan lirih di samping kasur, Sarah mengulang-ulang ayat demi ayat. Dan tetap dalam konsentrasi dengan mata tertutup.

Tanpa sadar pria itu, terbangun oleh merdu suara yang disukainya. "Sarah....kamu sudah bangun?"serak suara Rey bertanya.

"Haaa... iya, ayo kalau mau sholat tahajud, bangun. Dua rakaat dulu, cepat nanti waktu subuh datang!" Sebenarnya gadis itu ingin membangunkan rey setelah murojaah satu surat. Tapi pria itu sadar tiba-tiba. Dengan segera sarah menyiapkan air hangat di samping kasur untuk rey.

Pria itu duduk dan langsung meminum air hangat yang telah Sarah sediakan. Lalu bergegas ke kamar mandi untuk berwudhu dan mengganti baju sholatnya. Dengan wajah kasurnya pria itu memulai sholat tahajud yang pertama kali terlihat oleh gadis itu. Sarah menggeser tubuhnya naik di ujung kasur. Dan tetap fokus menghafal ulang.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang