Kekhawatiran Sarah

12 2 0
                                    

(Selamat membaca)

"Apakah pernah mendengar kabar tentang waktu?

Apakah benar kamu tak khawatir tentang itu?

Setelah umurku menginjak dewasa, bayang-bayang masa depan seperti menyeramkan. Atau aku yang terlalu berekspetasi tinggi. Begitu banyak cemas itu datang dari hati yang patah oleh kehidupan rentaku. Bisik arloji sering ku dengar saat kecil, gemuruh angin, rintik hujan, petir besar. Lalu ku bayangkan suara itu seperti injakan raksasa yang lagi asik bermain sepak bola, kaki besar yang menginjak langit, menjadikannya bersuara begitu besar hingga pantulan itu turun ke permukaan bumi.

Membuka lalu menutup telingaku yang terasa penuh dan dipaksa mendengarkan suara itu hingga tak mampu mendengar suara adikku berbicara, pikiranku hanya menunggu suara itu menghilang lebih cepat.

Pikiranku terus berkembang hingga suara arloji itu tak mampu ku dengar kembali, fokus pada angka dan waktu yang mudah hilang saat kau lengah sedetik saja. Mungkin banyak hal unik lainnya yang kau lupa saat ini, setiap mata kita memiliki kesempatannya sendiri dalam melihat keindahan dunia.

Aku teringat setiap pulang sekolah, aku tersenyum dengan pohon yang rupanya seperti brokoli, lebat dan kokoh. Letaknya di tengah rerumputan liar yang menghiasi akarnya. Kadang daunnya berubah warna kecoklatan, itupun setengah. Karena musim panas yang merubahnya.

Atau di suatu hari dalam hidupmu kau pernah melihat bulan purnama yang begitu besar dan terang seperti kau mampu menggapainya, jika berjalan beberapa langkah.

Mungkin juga matahari pagi yang terbit di ujung jalanmu, hiasan keemasan selalu menjadi ciri khas sang penjaga langit siang.

Apapun itu yang kau dapat rasakan, hingga kau tak perlu mengkhawatirkan hari esok, cukup hari ini menjadi lebih baik dan besok super baik. Waktumu hanya sekarang bukan sejam kedepan atau beberapa jam kedepan. Bertindak sekarang dan lakukan sesuai jalan yang ingin kau tempuh menuju tujuan pilihanmu."

Motivasi diri adalah hal yang menggembirakan menurut sarah, berbincang dan mengajak diri untuk lebih kuat, hal yang mengasyikkan. Hingga melupakan asap gelap pikirannya saat itu. Dagangannya tersisa beberapa bungkus, si kuning penjaga langit telah bersiap untuk pamit hari itu.

Sinarnya menyilau oren mencolok ditaburi langit biru tua, menjadikan ia selalu disukai setiap kornea yang menatapnya. sarah bergegas menapaki jalan pulang, melewati hari dengan tatapan harapan yang selalu berdetak di dirinya..

***

malam terus berulang

mata sering terpejam

siang tak lagi kudamba

sunyi baru saja akrab di jiwa

ku robek denyut nadi

agar aku mengerti

hari yang dijanji akan ku lewati

tersemat nama, namun tak mampu mengobati

hanya sang pemilik nama

yang mampu ku ketuk bekali-kali

bisakah kau menjauh demi diri-Nya

lalu ku bersiap tuk menerima

bahwa aku hanya memiliki-Nya

sungguh kata cinta bukan hanya suka, namun mampu mengorbankan segala

lalu kau terperangkap disana, tanpa merasa bahwa kau sekarang berduka.

Kalimat indah itu mampu dibuat oleh siapapun, begitu pula sarah. Memandang langit penuh dengan rahasia menjadi hal unik di hatinya, terus terpaku pada keindahan senja. Tanpa sadar bisik-bisik puisinya dibaca ulang. Tapi siapa?

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang