Sarah pamit

4 2 0
                                    

[Selamt membaca]

Aku mengeja jejak hidupku, memungut serpihan kasih yang lama terjatuh

Memutar alur kenangan, untuk mencari senyum keteduhan

Tapi aku baru sadar, itu hanya bayangan

Patahan itu lebih jelas dan hanya menunggu waktu

Neraka apa yang ku lukis ini?

Kenapa aku hanya bermain-main dengan lukaku sendiri?

Taman bunga apa yang ku tanam?

Merekah indah, tapi bukan dengan hatiku

Sarah terus mengulang setiap bait puisi ciptaannya itu. Merasakan hal yang sama di tepi lain hidupnya. Beberapa kali air matanya jatuh tanpa perintah. Mengelus dada-menghela nafas dari sesak yang terjadi seketika. Hidup yang tak ingin dimiliki oleh banyak orang. Rindu yang mengakar di hatinya lebih panas dari sengatan api dunia.

Menghapus sebagian air mata dari wajahnya, menahan agar tak terlihat dari manusia, apalagi bu wulan. Berubah ekspresi wajahnya saja, bu wulan langsung cemas.

Berakting skill baru bagi gadis berjilbab sorong hitam itu. Tekun ia berlatih sejak kepergian orang tuanya. Menjadi dewasa pilihan besar yang harus diambil lebih cepat. Mungkin bersikap menerima keadaan. Tapi apa benar dia sudah ikhlas?

Suara bu wulan memanggil dari dalam, sepertinya minta bantuan. Berburu masuk dan melihat kondisi.

"tolong.... sar! berat banget nih kardus."

"ohhh, iya bu, mau letak dimana?" sarah bersiap mengangkat.

"di depan aja, dekat pintu." ibu muda itu menunjuk persis tempatnya.

"ok.... satu, dua, tiga up."

Kardus coklat besar, dengan isinya yang padat. Diikat rapi tali rafia hitam. Lumayan berat.

"bu .... apa isinya? mau ibu kirim kemana?"

"ohhhh... itu pesanan, biasa bahan-bahan dapur."

"terus mau kirim kemana bu?

"itu...loh, aduh kemana yaaa ke...?" tak sempat ibu wulan jawab, ada pelanggan yang masuk.

Samaan dengan itu, suara yang lama tak terdengar, mengisi gendang telinga sarah. Sontak sarah berburu keluar, mencari kebisingan yang tadi terlintas. Kerumunan penumpang membanjiri sebagian kedai, termasuk milik bu wulan. Ibu muda itu pun, hanya memperhatikan sarah tanpa kata.

"mana yaaa tadi, kok gak ada." Matanya mencari.

Gadis bercelana trening hitam itu, menyusuri bus-bus yang baru dating. Memperhatikan bus satu persatu. Mana tahu ada bus yang ia kenal. Tak disangka sarah menemui busnya tapi tidak dengan si pemilik suara tadi.

Hingga beberapa menit, sarah tak kunjung menemui pemilik suara yang dikenalinya itu. Berlari kecil antara penumpang yang keluar dari bus, membuatnya lebih sulit dalam pencarian. Rasa lelah mulai menghampirinya. Sarah berencana mengambil waktu untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda.

Melihat kesempatan masih ada, ia berburu kembali ke kedai bu wulan dan mengambil dagangannya. Lalu menawarkan dengan penumpang yang asik duduk beristirahat. Awalnya ia tawarkan di kedai bu wulan. Lalu menuju beberapa kendai di sebelahnya.

Bising penumpang dan bunyi mesin bus, menjadi pemandangan yang selalu dinanti oleh para pedagang. Hingga sarah melupakan sesaat apa yang baru saja di carinya.

"tadi aku dengar kok. tapi kenapa gak ada yaa orangnya." Sarah mengunyah satu telur puyuh dagangannya, sebagai pengganjal perut sementara. Duduk ditepi teras salah satu kedai makanan disana.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang