Pertemuan pertama

8 2 0
                                    

[Selamat membaca]

Malam itu juga sarah menyiapkan segala keperluannya. Baju yang pantas serta jilbab yang senada dengan pakaiannya, walau tak keluar rumah. Kini ia harus bersiap memakai penutup mahkota itu setiap keluar kamar, bahkan mungkin lebih sering.

Membuka koper yang berukuran sedang lalu lanjut dengan tas yang akan ia sandang. Menata rapi satu demi satu pakaiannya tidak lupa buku harian dan novel yang baru di pinjamnya dari paman. Mungkin ada beberapa buku bacaan lain yang akan di bawa sarah ke sana. Karena belum sempat untuk membaca sisanya. Mukenah, sejadah, dan quran miliknya tak mungkin dilupakan.

Separuh pekerjaan sarah malam itu selesai. Untuk lengkapnya akan disambung besok habis subuh. Mbok dan sukma sudah dari tadi terlelap. Sarah yang tak sadar melirik jam dinding kamarnya. Ternyata penunjuk waktu itu telah memberitahunya kalau malam telah larut. Menghempaskan badan ke atas kasur. Sarah terlelap dengan pikirannya yang menanti hari esok.

Embun di atap menetes tepat jatuh dengan arah bidiknya, membuat garis titik-titik membasahi tanah. Suara lembut lantunan ayat suci al-quran bernada indah mengiringi telinga setiap yang mendengarnya. Sarah sudah bangun dari jam tiga pagi. Hatinya yang gugup tak karuan. Membuat sarah terjaga lebih awal.

Sementara mbok dan sukma bangun setelahnya. Sukma yang bergegas mempersiapkan diri untuk try out hari ini, lebih semangat dan lebih gugup lagi. Mbok sendiri menyempatkan setiap selesai sholat subuh membaca al-ma'tsurat lalu mengulang hafalannya. Perlu tenaga ekstra untuk mengingat, melihat usianya yang tak lagi muda dan indranya yang mulai melemah.

"semoga pengorbanan mbok dalam belajar di berkahi Allah... aamiin." Itu doanya sarah.

"baju udah semua, bukuku juga udah, apa lagi yaa?" sarah mengingat-ngingat hal penting yang harus ia miliki untuk tinggal di rumah majikannya.

"alat mandi udah belum?" suara mbok mengejutkan sarah. Mbok masuk lalu duduk di kursi meja belajarnya, memperhatikan barang bawaan sarah yang cukup banyak. "kamu akan tinggal lama disana, jadi harus dipersiapkan seperti kebutuhanmu di rumah ini." pesan mbok merasuki sarah yang duduk bingung di tepi kasurnya. Maklum belum pernah pergi jauh apalagi menginap dirumah orang lain. Pantas saja sarah masih bertanya-tanya dengan persiapannya.

"iya mbok, sarah pastikan semuanya gak ada yang tertinggal." sarah bergegas memeriksanya. Setelah 90% persiapannya. Sarah bergegas mandi dan mbok pergi ke dapur untuk memasak nasi goreng dan teh panas seperti biasanya.

Setelah mandi, sarah memakai trening hitam garis-garis putih dipadu dengan baju kaos abu-abu, tak lupa jilbab sorong yang tak jauh warnanya dengan baju. Memakai kaos kaki dan sepatu hitam bertali miliknya.

Tak lama terdengar suara pintu mengetuk, padahal masih setengah enam. Sukma yang fokus dengan bukunya, harus keluar dan mengintip seseorang yang membunyikan suara di balik pintu kayu itu.

"siapa yaa?" gadis gemuk itu mengintip dari celah tirai sembari memakai baju seragam yang belum diperbaiki dengan jilbab sorongnya. Saat mata mereka saling bertemu, sepontan membuka kunci dan mempersilahkan masuk.

"mbak.....ini ada mbak indah datang." indah membawa lauk. "sukma bawa masuk yaa, untuk sarapan!"perintahnya

"ohhh, iya mbak. Terima kasih." senyum lebar sukma merekah. Lalu pergi ke dapur.

Sarah yang masih sibuk memeriksa tas dan koper bawaannya, menyuruh indah masuk untuk sekedar memeriksa jika ada yang tertinggal. "banyak bawaanmu yaa sar."tersenyum takjub

"gak kok, ini sedikit, secukupnya aja. Gimana ada yang kurang gak, bantuin dong."sarah menarik tangan indah yang duduk di kursi depan meja belajar agar mendekat ke barang bawaannya.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang