[Selamat membaca]Menyusuri satu demi satu barang mewah majikannya, gadis yang asik dengan rasa takjub itu tak pernah berhenti kagum dihatinya. Walau bukan miliknya tapi Allah memberikan kesempatan tinggal dirumah yang sebagus ini. Dari semua barang mewah yang diperhatikan, sarah tak berhenti membaca dan melirik dari jarak jauh buku-buku yang terpajang rapi di rak berwarna putih itu.
Tepat di hadapan kasur reyvan rak itu berdiri tegak. Setiap bertemu dengan buku banyak sarah hanya mampu membersihkannya saja. Baru tadi sore. Setelah lama memicingkan matanya, reyvan tetap tak peka dari tingkah awal gadis berkerudung coklat itu.
Masih tak percaya sarah akan melewati hari-harinya disini. "Mas reyvan yang pertama kali aku jumpa sangat berkarisma, sikapnya yang mandiri, sopan dan tak banyak ngobrol. Aku yang baru beberapa jam disini selalu berdoa agar kuat menjalani tugas baru. Pria itu tak bisa aku jelaskan. Tapi harapan ku gak ingin melakukan kesalahan." Saat mata sarah masih memandangi majikannnya yang sibuk untuk menghabiskan makan malam. Pria berwajah tampan itu, melirik spontan tepat bertemu kedua mata mereka.
Sarah yang kaget langsung memalingkan bola matanya ke arah lain yang tak ingin dilihatnya, hanya sebagai pengalihan suasana. Karena ia melihat lama pria itu. Reyvan yang mengetahui tingkahnya, hanya tersenyum tipis.
"sarah udah nih."mengangkat piring kecil tempat buah yang masih tersisa.
"iya, mas."sarah masuk hendak mengambil piring dan gelas sisa makan malam majikannya.
Sebelum pergi reyvan meminta sarah untuk mengambil sesuatu dari rak bukunya."sarah tolong ambilkan kotak perban di dekat rak itu!"
"iya mas, ini."sembari memberi kotak yang isinya perban.
Tapi sarah belum juga pergi dari hadapan reyvan, dengan maksud menunggu perintah lain atau apa yang bisa di tolong. Reyvan yang menunggu sarah pergi melirik gadis berjijab coklat itu. Lalu berkata "ada apa lagi, bawa piring bekas saya makan ke dapur!"perintahnya
"ohh, gak ada lagi yang bisa saya bantu mas? Baik saya pergi dulu." Diam reyvan menjadi jawaban pasti kalau sarah harus segera pergi dari kamarnya. Kejadian tadi membuat sarah kepikiran dari pertama ia keluar kamar majikannya. Rasa malu masih menghantuinya, sambil berkata dalam hati "aku takkan kayak gitu lagi. lihat wajah mas reyvan yang diam aja. kayak aku punya salah besar. aduhhh.. sarah.."
Sampai di dapur ibu jumi menyiapkan beberapa piring, nasi dan lauk buatannya. Sarah yang melihatnya berburu sigap membersihkan sisa piring majikannya. Dapur yang nyaman, peralatan dapur yang lengkap dan bahan makanan yang selalu tersedia. Menjadi fasilitas si pekerja rumah ini. Meja makan berlapis kaca tebal. Bukan hanya itu diatas meja selalu tersedia roti tawar, susu kental manis coklat dan vanila, beberapa macam selai, sirup, meses coklat yang telah diletak pada wadah kecil. Bukan itu aja, wadah lauk terkesan mewah, corak perak dan emas berpadu satu. Bahannya juga bukan dari plastik tapi keramik yang mudah kalau dicuci.
"Alhamdulillah." tak pernah hilang dari hati sarah. Setelah mencuci tangan gadis itu duduk bersebelahan dengan ibu jumi, kali ini dasternya warna hijau tua dengan motif batik. Tak ketinggalan hijab syar'i yang menjuntai menutupi separuh badan ibu itu, warna hitam menjadi paduan yang pas.
Sarah mulai dengan mengisi nasi putih diatas piring, lalu mengambil lauk secukupnya. Tak lupa lalapan timun menjadi pelengkap makan malam pertamanya. Melihat makan cuma berdua saja, sarah menanyakan pak satpam yang didepan rumah ke ibu jumi. "bu pak satpam itu gak makan bareng-bareng aja?" menuangkan air minum di gelas kaca.
Ibu jumi yang telah memulai makannya, baru teringat. Masih dalam kunyahan nasi di mulut, ibu jumi hendak ke kamar di samping dapur itu. Tapi sarah menahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYSA [Reyvan & Sarah] [END]
RomancePerjuangan hidup selalu dirasakan setiap manusia, setandar dewasa menjadi lalu lintas untuk terbangun dari permainan masa kecil. Memaksa untuk dewasa lebih cepat adalah pilihan sarah, berjuang sejak SMA mengambil keputusan dan pengorbanan usaha bagi...