Perhatian yang disengaja

7 2 0
                                    

  [Selamat membaca]

Langit saat itu menunjukkan senjanya, oren redup menjadi daya tarik mata. Sibuk dengan pekerjaan baru tak lupa sarah untuk menunaikan janji kepada ustadzah neneng untuk menyetorkan hafalannya. Walau hampir akhir bulan gadis berjilbab sorong hitam itu baru bisa menentukan jadwal ngajinya.

Terpaksa sarah memakai waktu setelah ashar untuk langsung menyetorkan hafalan yang telah lama dikumpulkannya. Walau tidak setiap hari mengaji, tapi sarah tetap menyempatkan diri untuk menambah hafalan juz tiga puluhnya.

Waktu pertamanya mengaji harus mengorbankan keterlambatan gadis itu membersihkan kamar majikan sore ini. Tapi sarah sudah izin ke ibu jumi agar menggantikannya hari ini. Majikan yang tak banyak berkomentar dan selalu menghormatinya. Dengan hp yang tersemat di telinga, sarah memulai bacaannya.

Surah Al-fajr menjadi target selanjutnya, menuntaskan satu demi satu ingatan yang lama telah diuji setiap hari. Terus dan lancar gadis pemilik mata hitam berbinar itu memantapkan bacaan dengan sebaik mungkin. Hingga akhir surah, lalu ustazah neneng memberi nasehat yang lama tak ia dengar.

"sarah sehat disana yaa, jangan lupa terus tingkatkan hafalannya. jangan pernah bosan dalam mengulang. Sukma dan indah sudah jauh hafalannya.loh. Tapi tenang aja yaa. itu sebagai semangat baru untuk kamu. Nanti kita kompromi lagi kapan waktu ngajinya. Pokoknya sesuai waktu luang kamu dan ustazah disini. ok sarah."

Nasehat yang mengalir begitu indah, sanggahan bagi para penuntut ilmu. Butiran emas masuk dengan sejuk dihatinya. Membulatkan mata dan mendengar dengan rasa syukur yang tak terkira. Sarah terus menyimak hingga akhir pembicaraan.

"ya ustazah. nanti sarah kasih tau lagi. Terima kasih zah. Sudah mau ngajarin sarah hari ini. Juga terima kasih bukunya zah. Seneng banget dapat buku yang sangat membantu aku disini." senyum yang terus merekah menjadi raut yang tak habis di ukirnya.

"iya, assalamu'alaikum sarah. ustazah tutup yaa."

"waa'alaikumussalam. iya zah."

Tidak menyangka sarah akan mengaji kembali dengan ustazah neneng, meski ia harus menggunakan alat bantu komunikasi untuk menyetorkan hafalannya. Dan tidak bertemu langsung, awalnya sarah meragukan kegiatan ini akan berjalan dengan baik. Resah dihati gadis itu. Tak menjadikan jarak sebagai masalah dalam menuntut ilmu.

Memang awal kerja jadi pembantu dan perawat di rumah besar ini. Telah banyak kesibukan tiap jamnya, dari membersihkan lantai secara bergantian dengan bu jumi, kadang kalau sarah di lantai atas bu jumi di lantai bawah, tapi kebiasan mereka, sarah selalu membersihkan lantai atas dan bu jumi di lantai bawah. Menyapu tiga kamar bergantian dari kamar sarah dan bu jumi, kamar tamu dan terakhir kamar majikannya. Setiap pagi di pel lalu sore hanya menyapu ulang. Kamar mandi pun tak ketinggalan untuk disikat, menguras bak, membersihkan kloset, lalu menyapu halaman. Sedangkan bu jumi sama beberes juga di lantai bawah dan memasak makanan. Pokoknya sarah dan bu jmi saling berusaha membantu pekerjaan yang belum terselesaikan bersama.

Perhatian bu jumi kepada sarah sangat hangat, selalu menjadi tempat berbagi cerita selama sarah tinggal di rumah besar itu.

Juga akhir-akhir ini mas reyvan memberi perintah lebih, karna dalam kondisinya yang tak memungkinkan untuk bergerak, apalagi membungkuk itu jauh lebih sulit. Setiap malam sebelum tidur pria berkulit putih itu, menyuruhnya untuk mengibaskan kasur. Dari bantal dan selimut yang dipakainya. Lalu mematikan lampu.

Sudah dua minggu berlalu dari tugas yang ditambah oleh majikannya. Mungkin itulah tugas perawat dadakan. Kalau untuk kesehatan mas reyvan, selalu dua kali seminggu mengecek kondisi jahitan pada perutnya ke dokter. Kadang kalau sarah disuruh ikut, ia langsung bergegas memakai jilbab dan pakainnya yang sopan menurut gadis itu. Kadang ia tidak ikut. Dan itulah yang menjadi kesibukannya. Tak terasa ada seorang yang memperhatikan suara indah sarah mengaji.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang