Ikhtiar panjang

6 1 0
                                    

[Selamat membaca]

Satu bulan telah berlalu, tinggal sebulan lagi, kemudian resepsi akan digelar. Pikiran kalut reyvan terus berputar dalam orbitnya. Titik temu solusi, belum terpecahkan. Mana mudah untuk langsung meminang perempuan dalam jangka waktu sebulan. Apalagi pernikahan yang direncanakannya tak ingin banyak pihak yang tau. Bukan itu aja, untuk saling kenal, butuh waktu lama baginya. Sementara reyvan ingin segera dilangsungkan akad nikah.

Sebenarnya ia tak boleh gegabah dalam menentukan pilihan. Apalagi ini menjadi pengalaman pertama. Alasan susah jatuh cinta, menjadi pembatas hatinya. Belum lagi Dinda yang tak berhenti menelpon dan memastikan kalau reyvan benar-benar tidak memiliki pasangan. Berapa kali ia menukar nomornya, dalam seminggu.

Juga sebelum ketahuan, reyvan memberi kabar kepada mas andre dan mama di jakarta. Kalau ia telah membahas panjang tentang hubungannya dengan dinda. Keputusan sudah bulat, pria beralis tebal itu akan meninggalkan dinda. Lalu melanjutkan hidupnya.

Namun rencananya untuk menikah sesegera mungkin. Tak pernah dibayangkan. Tak ada pilihan selain meminta sarah untuk berfoto, lalu menjadi bukti kuat yang dipegang keluarganya. Jika dinda terus berusaha meminta kebenaran dari keluarganya. Maka foto itu yang diberi.

Teringat saat reyvan meminta sarah untuk mengganti bajunya dengan gamis mama dan jilbab bermotif cantik, berwarna biru muda dengan corak putih di ujung gamis. Tersenyum menghadap depan, seolah reyvan memotretnya dari samping tanpa diketahui gadis itu. Cerah pagi menyorot mata hitamnya yang berbinar. Dari balkon angin menghembus sepoi, membuat jilbab dan gamisnya menari lentik. Maka sempurnalah foto kebahagiaan dari pemeran istrinya.

Beberapa jepretan lancar diambil, setidaknya replika keadaan rumah tangga ia bangun dengan cepat. Sehingga dapat membungkam gerak dinda yang terus berusaha mengorek keadaan sebenarnya.

"Terima kasih yaa sarah, mau bantu aku. Aku pinjam foto ini, untuk mama. Dia mau lihat pekerja baru di rumahku." alasan reyvan lancar dirangkainya.

"Iya mas, kirim salam sama mama mas rey juga. Saya keluar dulu. Ini bajunya saya cuci dulu yaa." sarah keluar tanpa berprasangka aneh.

"Tapi kenapa harus ganti baju dan foto di balkonnya."sarah sadar, setelah mencuci baju yang baru dipakainya."Dah lah sar, ikutin aja."berhenti dari pikirannya.

Sigab reyvan mengirim jepretan tadi ke mas andre dan mama di rumah. Lalu dering hpnya terdengar.

"Hallo, foto siapa itu?" andre heran.

"Hanya untuk berjaga, kalau dinda banyak mengganggu mas dan mama. Kasih aja foto itu. Bilang itu istriku!" balasnya

"Tunggu, jangan bilang kalau di foto itu, pembantu baru di rumah mu." andre menerka.

"Jelas, siapa lagi wanita muda yang tinggal disini selain dia. Kamu taukan, aku gak menerima kunjungan dari siapapun, termasuk temanku. Dan keadaanku dalam proses penyembuhan. Ditambah moodku yang tak karuan. Bagaimana bisa aku mencari cewek di luar dan membawanya ke kamar. Hanya untuk memintanya berfoto. Tak mungkin. Iya kalau dia bisa jaga rahasia, kalau tiba-tiba dia ketemu dinda diluar dan mereka saling kenal. Cepat atau lambat semua akan ketahuan sebelum resepsi dan akad di mulai. Kalau dia tau batal semua acara itu."

"Tapi dia udah lamaran rey."

"Mas tak kenal dinda, dia nekat akan membatalkan pernikahan kalau aku ketahuan menipunya. Juga dinda baru lamaran bulan lalu, tapi belum akad nikah. Kabarnya akan dilangsungkan jadi satu acara, resepsi dan akad satu hari."

"Oh, seperti itu, akan ku jelaskan dengan mama. Tapi dia juga cocok kalau kamu mau menjadikannya istri." senyum andre mengembang.

"Aku lagi pusing, jangan menambah pikiran. Bilang sama mama! aku akan menikah bulan depan. Minta doa yang terbaik. ok" telpon terputus.

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang