Buku mas Dimas

8 2 0
                                    

[Selamat membaca]

Lautan penuh dengan rahasia di dalamnya, mencoba menyelam agar tembus disisi lain bumi. Merangkak melawan arus kehidupan, meluluhkan hati yang keras akan ego tak tertahan. Hingga ku lupa, rintangan itu telah usai ku sebrangi. Menata hati, meluruskan niat. Kunci satu-satunya dalam hidup yang kini ku pelajari. Menuntaskan satu demi satu tujuan yang terbentang. Ku berharap bintang itu tetap bersinar dan tak hilang cahayanya. Merintih di siang hari dengan panas yang menyengat, lalu terobati dengan cahaya rindu langit gelap. Sukma berjalan di lorong kelas, lalu bertepi pada bangku taman depan kelas. Duduk perlahan berdampingan dengan resah pikiran yang berkelebat.

Bel pulang berdering dari lima menit yang lalu, mengangkat dan mengayun kaki yang dibalut sepatu hitam berhias tali. Warna hitam awalnya, tapi lebih pudar kecoklatan. Baju putih berdampingan dengan rok abu-abu panjang, jilbab lebar yang menutup dada. Badannya yang gemuk menjadi ciri khas yang pertama dikenali.

Perasaan yang tak enak menyerangnya beberapa detik, segera menoleh ke kiri lalu ke kanan, tak melihat siapapun yang terasa mendekatinya. Berdiam dan menunggu lebih lama adalah pilihannya.

sssttt....rrrttt.....sarratt (suara semak di belakang sukma bergoyang)

"anginnya gak kencang? kok bunyi terus ni semak?" rasa takut menyerang

"mana sih dita, tumben lama, udah panas lagi." melirik jam tangan yang berhenti pada jam siang. Bentar lagi azan zuhur.

sssttt ....(bunyi semak)

Gadis gemuk itu, makin takut, badannya kaku seperti balok es. Lalu ia berdiri perlahan dan mengambil dua langkah-berjarak. Dengan sigab sukma berbalik ke belakang dan ternyata....

Bommm...

Topeng putih bermulut lebar kebawah, melotot tepat di depan mukanya, berusaha membuat suara besar, menjadi identiknya dalam menakuti. Suara sukma bergema lebih besar dari suara itu, gadis imut itu ingin bergerak lari, tapi terjatuh karena tak sanggup menopang badanya sendiri. Karena suara sukma, buru-buru topeng itu di buang menjauh. Orang itu mendekat dan menyentuh lutut sukma.

"hai.... gadis gendut. apakah kamu takut dan sudah lama menungguku?"

Sukma berdiam sebentar dengan matanya yang masih tertutup rapat, memperhatikan suara yang baru saja didengarnya. Tidak asing.

"Ditaaaaaa..." sukma berdiri dan mengejar dita yang berusaha kabur

"emang enak dikerjain, makannya jangan bengong terus kayak rumah kosong."

Dita lari dan menghindar jauh dari kejaran gadis gemuk itu, ia takut kalau sukma akan mencubit pipinya yang tak berdaging.

Dan.... bruk...bruk

Tepat didepan dita seseorang berhenti, dita memberi kode untuk minggir. Tapi dia hanya memberi cela sedikit dari jalan. Membuka kakinya yang lebar, orang itu membuat dita tersandung. Dengan lutut yang jatuh duluan ke lantai lorong kelas.

"ehhhh... dwi. Kan ku bilang minggir."

"kan udah." dwi hanya melihat dita terjatuh dan tak peduli.

"iya, udah. Tapi kakimu kenapa dijulurkan. Kan aku jatuh nii." muka dita yang kesel memerah terengah-ngeah.

"haaaa. dapat juga kan." Sukma membantu dita berdiri, lalu mencubit pipinya sebagai ganti rugi atas perbuatannya.

"aaaaa... sakit suk." mengelus-elus pipinya yang memerah

"ehhh dwi, makasih yaaa. Oia jadikan hari ini kita ke rumah dita?"

REYSA [Reyvan & Sarah] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang