09 • The Truth

9 2 0
                                    

~Efemeral Series~

"Sebentar lagi, kita akan bertemu dengannya."

▼▼▼

“Dengan demikian, sebagai warga Indonesia yang mencintai negerinya, kita sudah pasti harus melestarikan budaya dan adat yang berada di negara kita tercinta. Kami harap, melalui video kami dapat menginspirasi kalian dan juga dapat memberikan hal-hal positif kepada orang banyak.”

Cut!” seru laki-laki yang bernama Folan itu. Dari tadi Orion tidak melepas tatapannya pada laki-laki itu, Orion rasa dia juga tahu tentang keanehan yang dialami cowok itu. Walau begitu, dia juga tidak boleh langsung berasumsi bahwa penyebab fenomena yang terjadi kepada Orion adalah mereka berdua.

Selain itu, Orion terkagum-kagum dengan cara presentasi Marvi tadi. Dia benar-benar berbakat, pikir Orion. Walau itu benar, namun tetap saja Orion masih menaruh alasan untuk marah. Persoalan kemarin belum selesai, dia merasa mulai tidak dianggap dalam kelompok.

“Keren, Marvi!” puji Azaela sembari mengacungkan kedua jempolnya pada Marvi. Melihat itu, cowok berkacamata itu langsung melirik Orion sambil tersenyum menyeringai.

“Sip, semuanya sudah direkam. Tinggal diedit.” Laki-laki bermata tajam itu menyodorkan kamera milik Orion pada pemiliknya. Seharusnya, Orion yang berada di posisi itu. Tapi cowok memutuskan membatalkannya karena Marvi meminta Azaela mencari seseorang untuk mengambil posisi tersebut.

“Gue pulang duluan,” pamit Orion setelah merapikan peralatan merekamnya. Suasana hatinya benar-benar hancur, dia merasa tidak dianggap di kelompoknya.

“Orion, tunggu!” Azaela mengejarnya, berusaha mencegah Orion pergi. Sampai cewek itu berhenti tepat di hadapannya, Orion menatap Azaela dingin. “Minggir.”

“Kamu yakin mau pergi?” tanya cewek itu menyeringai. “Kamu mau tahu yang sebenarnya, ‘kan?”

Ah, benar-benar. Orion memijat hidungnya, mengatur napasnya agar emosinya surut. “Ck,” decak cowok vegen itu. Akhirnya, Orion mengurungkan niatnya untuk pergi. Dia juga tidak ingin terus diteror oleh fenomena-fenomena aneh itu tanpa tahu penyebabnya.

Dengan tidak minat, Orion kembali melangkahkan kakinya ke mereka lagi. Marvi yang terlihat menatapnya heran dan Folan itu memandangnya.

“Lo nggak jadi pergi?” tanya Marvi.

Orion yang dari tadi kesal dengan pemuda itu menatapnya tajam. Tapi cowok itu tidak ingin menanggapinya, lebih baik diam daripada berbicara yang akan menimbulkan perang dunia.

“Kayaknya tugas kita sudah selesai untuk pertemuan ini. Masalah edit, ting—“

“Biar gue yang urus, nggak bisa diganggu gugat.” Orion memotong kalimat Marvi barusan.

Marvi berdecap, tapi dia juga pikir dirinya telah banyak mengambil tugas. “Oke, kali ini gue serahin ke lo.” Orion dapat dengar kalimatnya yang disampaikan dengan nada tidak ikhlas.

“Kalau gitu, kita makan-makan, yuk!” tawar Azaela pada tiga cowok di depannya. “Folan yang traktir,” tambahnya.

Azaela menunjuk sebuah tempat yang tak jauh dari patung pahlawan di belakang mereka. “Itu ada restoran di sana. Kita makan di sana aja,” ujar cewek itu. Begitu mereka semua menyetujui, mereka berjalan ke arah tempat tersebut.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang