24 • Bertemu Sang Fajar

4 0 0
                                    

~Efemeral Series~

"Sebentar lagi Tuanku, saya akan menjemputmu!"

✯✯✯

Orion semakin bingung ditengah situasi yang tidak seharusnya. Jantungnya berdetak cepat, napasnya berderu tak teratur, dan keringat di pelipisnya perlahan bercucuran. Kecemasan yang tinggi membuatnya merasakan itu semua, nyali cowok itu mengecil setelah melihat apa yang dilakukan para penyihir gelap tadi. Pikiran-pikiran negatif yang membuai di kepalanya membuat Orion tidak bisa mengambil keputusan yang tepat.

"Tuan ..., Tuan!"

Panggilan Rigel membuatnya terbangun dari berendam di pikiran negatifnya tadi. Napas Orion mulai kembali teratur, perhatiannya kini tertuju ke kucing hitam itu. "Tuan, tidak akan pernah sendirian. Kami selalu bersama Tuan Orion, saya yakin Tuan pasti bisa melawannya. Kami akan selalu bersama Anda!"

Setelah mendengarnya, Orion merasakan sesuatu yang aneh pada telapak tangannya. Sebuah cahaya yang bersinar dengan sangat terang terpencar, sesuatu keluar dari sana. Mata Orion berbinar, begitu satu persatu roh pendampingnya keluar dengan penampilan baru mereka.

Pakaian perang di zaman kerajaan, mereka benar-benar membuat cowok itu hanya menatap mereka tidak percaya hingga tanpa sadar mulutnya terbuka. Rigel, Bella, Nilam, Kappa, dan Mintaka berbaris sejajar dengan pose khas kesatria.

Rigel dengan pakaian sederhana dengan tali kain yang mengikat di leher bajunya. Bella dengan terusan berwarna putih dengan sepatu bot dengan ornamen emas. Kappa dengan pakaian khas barbarian dan Mintaka dengan kaos berlengan panjang yang memiliki tudung di belakangnya.

"Kalian ... luar biasa!" cicit Orion yang tak bisa dia tahan lagi untuk mengatakannya.

"Tuan, sekarang waktunya kita bergerak. Petinggi api membutuhkan kita," ujar Rigel sembari mengulurkan tangannya pada Orion. Anak laki-laki yang berambut acak-acakan tersenyum padanya, meyakinkan bahwa mereka dapat melakukannya bersama-sama.

Orion menerima uluran tangan laki-laki itu, rasa cemasnya yang tadi menggerogoti pikirannya hilang bersama timbulnya rasa percaya dirinya yang mulai meningkat. Jubah Orion kembali berkibar akibat hembusan angin di sekitar puncak gunung berapi itu membuatnya terlihat sangat mengagumkan.

"Baiklah, lets do this!"

Mereka semua menyerang, berlari dengan teriakan semangat yang membara di dalam diri mereka. Para penyihir bertudung hitam itu terkejut setelah melihat Orion dengan timnya. Jeratan yang mengikat laki-laki yang Orion yakini sebagai petinggi api itu perlahan mulai melonggar.

Satu persatu roh pendampingnya menyerang masing-masing satu penyihir itu. Orion berlari ke arah petinggi api yang masih terikat kepulan sihir hitam. Laki-laki itu tampak menatap Orion dengan dahi berkerut, "Siapa kau?"

"Akan gue jelasin nanti, kita ada di pihak lo," tukas Orion sembari menyerap sihir hitam itu. Hingga semua sihir yang mengikat petinggi api itu terserap, barulah Orion kembali fokus ke para penyihir itu.

"Siapa mereka sebenarnya?"

Petinggi api itu masih terlihat kebingungan, walau begitu dia tetap menjawab pertanyaan Orion. "Mereka ingin menguasai Volkano, setiap tahun mereka melakukannya. Sudah turun temurun suku kami bertarung dengan mereka, kau tidak perlu khawatir."

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang