13 • Pengintai

5 1 0
                                    

~Efemeral Series 2~

"Jika aku harus berkorban, aku sama sekali tidak keberatan asal bisa terus bersamamu."

✷✷✷

Orion kembali ke Efemeral.

Hari pertama ke sekolah setelah perjalanan yang menegangkan kemarin. Entah sejak kapan, Orion mulai lebih sering memperhatikan lingkungan di sekitarnya. Wajah monster yang diberi nama Freax itu masih teringat jelas di kepalanya. Orion membayangkan makhluk itu berada di Efemeral sekarang. Tidak hanya itu, bagaimana jika seisi kota diserang? Bahkan seisi Indonesia, juga dunia?

Orion menggeleng cepat dugaan bodoh dan sangat, sangat, sangat tidak boleh terjadi. Karena hal itu, Orion menjadi bimbang. Dia pikir, bumi memang bukan tempat asalnya. Namun dia juga tidak pernah melakukan sihir sebelumnya. Dia tidak habis pikir jika dia memang bukan manusia asli bumi. Orion sampai frustrasi dengan mengacak-acak rambutnya.

“Orion.”

Saat Orion menoleh ke belakang, dia menemukan Azaela dengan rambutnya yang dikepang sedang tersenyum manis padanya. Untuk beberapa hari ke depan, Orion akan terus ditemani Azaela dan Folan sampai pria tua itu kembali memanggilnya. Orion tidak tahu bagaimana kakek Wilf akan memanggil mereka, namun hal yang pasti mereka melakukannya dengan bantuan sihir. Ah, benar-benar tidak dapat dipercaya.

“Oh, hai.”

Azaela menyamakan posisi langkahnya dengan Orion berjalan menuju kelas. “Apa kamu baik-baik saja?”

Entahlah.

“Gue, nggak apa-apa. Oh iya, Folan mana?” Dari pada membuat Azaela khawatir padanya, lebih baik dia mengalihkan perhatian cewek itu.

“Dia sudah duluan tadi, aku ditinggal sendiri.” Azaela menghela napas. “Tapi sepertinya dia mulai terbiasa di sini. Dia bahkan lebih cepat beradaptasi dari pada aku,” ucapnya kemudian tertawa.

“Oh, gitu. Jadi ... apa yang lo bisa lakuin selain mengeluarkan sulur-sulur itu?” tanya Orion dari banyaknya pertanyaan yang belum terjawab.

Azaela tampak berpikir sejenak, lalu dia terlihat seperti baru mengingat sesuatu. “Oh, benar. Pertama kali kecurigaanmu tentang taman sekolah itu benar. Aku melakukannya ‘kan? Juga, Aku penasaran bagaimana kamu bisa mencurigaiku seperti itu?”

Orion menyeringai, “Insting gue sangat tajam. Tapi kelakuan lo waktu itu memang mencurigakan. Kalau boleh tahu ... gue penasaran kenapa lo sedih waktu lihat bunga di taman, sebelum lo buat jadi taman indah gitu.” Sebenarnya Orion tidak ingin bertanya, namun dia sudah penasaran.

Azaela terlihat terkejut mendengarnya, menatap Orion dengan kening berkerut. “K-kamu tahu dari mana?”

Orion berdeham, sepertinya dia terlalu terang-terangan. “G-gue cuman nebak, kok.”  

“Bunga itu ... mengingatkanku dengan ibuku. Aku merindukannya.”

 “M-maaf, gue nggak bermaksud.”

“Eh, nggak apa-apa kok. Lagian itu sudah lama,” ucapnya getir.

Orion jadi merasa bersalah dan merutuk dirinya karena telah bertanya tanpa berpikir dulu. “Gue jadi nggak enak. Sorry, sekali lagi.”

“Rion!”

Terlihat dari kejauhan, cowok jangkung berlari kecil ke arah mereka berdua. Sial, gua jawab apa kalau dia tanyain tentang kemarin.

“R-Reno?” Orion berpikir keras, mencari jawaban untuk berbohong.

“Ke mana lo kemarin?!” Reno langsung meremas kedua bahunya dengan sangat kuat. Amukan Reno sudah pantas dia dapatkan karena telah meninggalkan sahabatnya sendirian.

ORION | EFEMERAL SERIES II (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang